tag:blogger.com,1999:blog-16365857903855905912024-03-20T14:14:19.301+07:00Fisika ..desianaputripermanahttp://www.blogger.com/profile/18033096004955827275noreply@blogger.comBlogger15125tag:blogger.com,1999:blog-1636585790385590591.post-76493522290963039962010-12-17T11:46:00.003+07:002010-12-18T12:09:38.796+07:00MEDAN MAGNET<b>Medan magnet</b>, dalam ilmu <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Fisika" title="Fisika">Fisika</a>, adalah suatu medan yang dibentuk dengan menggerakan muatan listrik (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Arus_listrik" title="Arus listrik">arus listrik</a>) yang menyebabkan munculnya <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gaya" title="Gaya">g</a><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gaya" title="Gaya">aya</a> di muatan listrik yang bergerak lainnya. (Putaran <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mekanika_kuantum" title="Mekanika kuantum">mekanika kuantum</a> dari satu partikel membentuk medan magnet dan putaran itu dipengaruhi oleh dirinya sendiri seperti arus listrik; inilah yang menyebabkan medan magnet dari ferromagnet "permanen"). Sebuah medan magnet adalah medan vektor: yaitu berhubungan dengan setiap titik dalam ruang vektor yang dapat berubah menurut waktu. Arah dari medan ini adalah seimbang dengan arah jarum <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kompas" title="Kompas">kompas</a> yang diletakkan di dalam medan tersebut.<br /><br /><h2><span class="mw-headline" id="Sifat">Sifat</span><span class="mw-headline" id="Sifat"> </span></h2>Hasil kerja <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/James_Clerk_Maxwell" title="James Clerk Maxwell">Maxwell</a> telah banyak menyatukan listrik statis dengan kemagnetan, yang menghasilkan sekumpulan empat persamaan mengenai kedua medan tersebut. Namun, berdasarkan rumus Maxwell, masih terdapat dua medan yang berbeda yang menjelaskan gejala yang berbeda. <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Albert_Einstein" title="Albert Einstein">Einsteinlah</a> yang berhasil menunjukkannya dengan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_relativitas" title="Teori relativitas">relativitas khusus</a>, bahwa <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Medan_listrik" title="Medan listrik">medan listrik</a> dan medan magnet adalah dua aspek dari hal yang sama (<a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tensor&action=edit&redlink=1" title="Tensor (halaman belum tersedia)">tensor</a> tingkat 2), dan seorang pengamat bisa merasakan gaya magnet di mana seorang pengamat bergerak hanya merasakan gaya <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Elektrostatik" title="Elektrostatik">elektrostatik</a>. Jadi, dengan menggunakan relativitas khusus, gaya magnet adalah wujud gaya elektrostatik dari muatan listrik yang bergerak, dan bisa diprakirakan dari pengetahuan tentang gaya elektrostatik dan gerakan muatan tersebut (relatif terhadap seorang pengamat).<br /><br />-----------------------------------------------------------------------------------------------------<br /><br />KEMAGNETAN ( MAGNETOSTATIKA )<br /><br />Benda yang dapat menarik besi disebut MAGNET.<br />Macam-macam bentuk magnet, antara lain :<br />magnet batang magnet ladam magnet jarum<br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjVXYIoki-SK4VcSumBkvhdMdJfGsLdo89JKQA_QHLAULMnRK-YIbTrst8PU_cJAyYwu4djx07O8DY9EOnHDCLtiL_grQ8aBOd1ffTJQmIUxYj58RZpAvx_0-e9utFOAQ2j7DEdxnSjP7PZ/s1600/9.gif"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 244px; height: 56px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjVXYIoki-SK4VcSumBkvhdMdJfGsLdo89JKQA_QHLAULMnRK-YIbTrst8PU_cJAyYwu4djx07O8DY9EOnHDCLtiL_grQ8aBOd1ffTJQmIUxYj58RZpAvx_0-e9utFOAQ2j7DEdxnSjP7PZ/s320/9.gif" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5551879662966795058" border="0" /></a><br /><br /><br /><br />Magnet dapat diperoleh dengan cara buatan.<br />Jika baja di gosok dengan sebuah magnet, dan cara menggosoknya dalam arah yang tetap, maka baja itu akan menjadi magnet.<br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6P6WFyEdeNkiaroyYJsvKqSQ1_bs6hM0O1o7LANzKrjfYdntKPhaHCo14bqge3TOYmvqTjdlC6wn0XQ7mjjXa7yvBRJn2vMgIrkYeqpLmjsr3kEskFVF63asa1gcfpd2VQzgP03zqpdYl/s1600/10.gif"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 150px; height: 105px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6P6WFyEdeNkiaroyYJsvKqSQ1_bs6hM0O1o7LANzKrjfYdntKPhaHCo14bqge3TOYmvqTjdlC6wn0XQ7mjjXa7yvBRJn2vMgIrkYeqpLmjsr3kEskFVF63asa1gcfpd2VQzgP03zqpdYl/s320/10.gif" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5551880054128968834" border="0" /></a><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Baja atau besi dapat pula dimagneti oleh arus listrik.<br />Baja atau besi itu dimasukkan ke dalam kumpara n kawat, kemudian ke dalam kumparan kawat dialiri arus listrik yang searah. Ujung-ujung sebuah magnet disebut <i>Kutub Magnet</i>. Garis yang menghubungkan kutub-kutub magnet disebut sumbu magnet dan garis tegak lurus sumbu magne t serta membagi dua sebuah magnet disebut garis sumbu.<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLwuLAvgI1Q7CNiUKV7RjxvZ157SXRDp87C693GrDkIsXM9Le26n_me2XVWfPPGCYgRZYhCMsppGU0f42R6sC15ETaRGf-JIVU8riwtx2sggCzcEFzt8uv6XgSk2JVZ9AY9LZozXeFzsPD/s1600/11.gif"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 244px; height: 76px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLwuLAvgI1Q7CNiUKV7RjxvZ157SXRDp87C693GrDkIsXM9Le26n_me2XVWfPPGCYgRZYhCMsppGU0f42R6sC15ETaRGf-JIVU8riwtx2sggCzcEFzt8uv6XgSk2JVZ9AY9LZozXeFzsPD/s320/11.gif" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5551880256777160194" border="0" /></a><br /><br /><br /><br /><br /><br />Sebuah magnet batang digantung pada titik beratnya. Sesudah keadaan setimbang tercapai, ternyata kutub-kutub batang magnet itu menghadap ke Utara dan Selatan.<br />Kutub magnet yang menghadap ke utara di sebut kutub Utara.<br />Kutub magnet yang menghadap ke Selatan disebut kutub Selatan.<br />Hal serupa dapat kita jumpai pada magnet jarum yang dapat berputar pada sumbu tegak ( jarum deklinasi ).<br />Kutub Utara jarum magnet deklinasi yang seimbang didekati kutub Utara magnet batang, ternyata kutub Utara magnet jarum bertolak. Bila yang didekatkan adalah kutub selatan magnet batang, kutub utara magnet jarum tertarik.<br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjftSpMGo-rp4NZbZVlBpaaV3yZ78kSIda1pvg79H63OAHh47TwRV_ViYsU0u9CsFTrz_yMqFpXKMboLJJjdRu5yMVSvvQNchdPht-gFzth2Z8z5tBArgvOHato3fkOEZ0YlvNBA_0IwHak/s1600/12.gif"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 244px; height: 122px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjftSpMGo-rp4NZbZVlBpaaV3yZ78kSIda1pvg79H63OAHh47TwRV_ViYsU0u9CsFTrz_yMqFpXKMboLJJjdRu5yMVSvvQNchdPht-gFzth2Z8z5tBArgvOHato3fkOEZ0YlvNBA_0IwHak/s320/12.gif" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5551880525390840370" border="0" /></a><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Kesimpulan : Kutub-kutub yang sejenis tolak-menolak dan kutub-kutub yang tidak sejenis tarik-menarik<br />Jika kita gantungkan beberapa paku pada ujung-ujung sebuah magnet batang ternyata jumlah paku yang dapat melekat di kedua kutub magnet sama banyak. Makin ke tengah, makin berkurang jumlah paku yang dapat melekat.<br />Kesimpulan : Kekuatan kutub sebuah magnet sama besarnya semakin ke tengah kekuatannya makin berkurang.<br /><br /><br />HUKUM COULOMB.<br /><br />Definisi : Besarnya gaya tolak-menolak atau gaya tarik menarik antara kutub-kutub magnet, sebanding dengan kuat kutubnya masing-masing dan berbanding terbalik dengan kwadrat jaraknya.<br /><br /><br /><h2><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMJfFda4KJsREfn9WdEQyFCCUGgtyVPcrd2BH-KpvpOyuy4lGX_TogDrOTL3p1XWOnUusq5A37PUs-RaZaL0-WMuOSYMODj8gOJnn-b-qLfXvWEw9yKK4JLQL-xm_-vqIiwfkjdNgjP80K/s1600/13.gif"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 217px; height: 53px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMJfFda4KJsREfn9WdEQyFCCUGgtyVPcrd2BH-KpvpOyuy4lGX_TogDrOTL3p1XWOnUusq5A37PUs-RaZaL0-WMuOSYMODj8gOJnn-b-qLfXvWEw9yKK4JLQL-xm_-vqIiwfkjdNgjP80K/s320/13.gif" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5551881020402529682" border="0" /></a></h2><br /><br /><br /><h2><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9RgJnQO3USoxXNRTeQxMS-fYd894Kgrs9l5fnM2xCPoCKgOjF4Zbjv7BA-r5yNDXZAR9JoY9ztB1OCJwRjBQJxUrPQltaaKt0jS5MSupQaqvE4mz6qTi42J-MejWyagDtipZAT5w1Idxi/s1600/14.gif"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 109px; height: 44px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9RgJnQO3USoxXNRTeQxMS-fYd894Kgrs9l5fnM2xCPoCKgOjF4Zbjv7BA-r5yNDXZAR9JoY9ztB1OCJwRjBQJxUrPQltaaKt0jS5MSupQaqvE4mz6qTi42J-MejWyagDtipZAT5w1Idxi/s320/14.gif" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5551881256117461298" border="0" /></a></h2><br /><br /><br />F = gaya tarik menarik/gaya tolak menolak dalam newton.<br />R = jarak dalam meter.<br /><br /><b>PENGERTIAN MEDAN MAGNET</b>.<br /><br />Me dan magnet adalah ruangan di sekitar kutub magnet, yang gaya tarik/tolaknya masih dirasakan oleh magnet lain.<br /><br /><b>Kuat Medan ( H ) = ITENSITY.</b><br />Kuat medan magnet di suatu titik di dalam medan magnet ialah besar gaya pada suatu satuan kuat kutub di titik itu di dalam medan magnet m adalah kuat kutub yang menimbulkan medan magnet dalam Ampere-meter. R jarak dari kutub magnet sampai titik yang bersangkutan dalam meter.<br /><br /><b>Garis Gaya</b>.<br />Garis gaya adalah : Lintasan kutub Utara dalam medan magnet atau garis yang bentuknya demikian hingga kuat medan di tiap titik dinyatakan oleh garis singgungnya.<br />Sejalan dengan faham ini, garis-garis gaya keluar dari kutub-kutub dan masuk ke dalam kutub Selatan. Untuk membuat pola garis-garis gaya dapat dengan jalan menaburkan serbuk besi disekitar sebuah magnet.<br />Gambar pola garis-garis gaya.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_kuJ8yxBj486zO2It-vSWVpncRF1PYJuVRhzbkCuR_iTMH5OoRyv0YFfrsNhVDGx8MhA_y6nEZdvyevDRuFsbf5FfhXii54sw3ROPzu60NvJaeWyG9a71SNDvK84m7r6kYXrdKghfiPwI/s1600/15.gif"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 244px; height: 89px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_kuJ8yxBj486zO2It-vSWVpncRF1PYJuVRhzbkCuR_iTMH5OoRyv0YFfrsNhVDGx8MhA_y6nEZdvyevDRuFsbf5FfhXii54sw3ROPzu60NvJaeWyG9a71SNDvK84m7r6kYXrdKghfiPwI/s320/15.gif" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5551882387749523250" border="0" /></a><br /><br /><br /><br /><br /><br /><b>Rapat Garis-Garis Gaya ( FLUX DENSITY ) = B</b><br />Definisi : Jumlah garis gaya tiap satuan luas yang tegak lurus kuat medan.<br /><a href="http://lh4.ggpht.com/_p0mMiAb9_c4/SnjFX0pIzFI/AAAAAAAABEs/-9-QSoS08M4/s1600-h/clip_image022%5B3%5D.gif"><img alt="clip_image022" src="http://lh4.ggpht.com/_p0mMiAb9_c4/SnjFYrx1XpI/AAAAAAAABEw/tDDHBghw1AA/clip_image022_thumb.gif?imgmax=800" style="border: 0px none; display: inline;" title="clip_image022" width="48" border="0" height="41" /></a><br /><br />Kuat medan magnet di suatu titik sebanding dengan rapat garis-garis gaya dan berbanding terbalik dengan permeabilitasnya.<br /><a href="http://lh6.ggpht.com/_p0mMiAb9_c4/SnjFZvMHOnI/AAAAAAAABE0/RurKr7j0cPQ/s1600-h/clip_image024%5B3%5D.gif"><img alt="clip_image024" src="http://lh3.ggpht.com/_p0mMiAb9_c4/SnjFahRsDnI/AAAAAAAABE4/1zYUUkjFYeI/clip_image024_thumb.gif?imgmax=800" style="border: 0px none; display: inline;" title="clip_image024" width="49" border="0" height="44" /></a><br /><a href="http://lh4.ggpht.com/_p0mMiAb9_c4/SnjFbpn9p6I/AAAAAAAABE8/xH7uuknEXjc/s1600-h/clip_image026%5B3%5D.gif"><img alt="clip_image026" src="http://lh3.ggpht.com/_p0mMiAb9_c4/SnjFce0BK-I/AAAAAAAABFA/eno3KnFb0b0/clip_image026_thumb.gif?imgmax=800" style="border: 0px none; display: inline;" title="clip_image026" width="153" border="0" height="24" /></a><br />B = rapat garis-garis gaya.<br /><a href="http://lh5.ggpht.com/_p0mMiAb9_c4/SnjFdasjIqI/AAAAAAAABFE/MufHZGckXT0/s1600-h/clip_image011%5B4%5D%5B2%5D.gif"><img alt="clip_image011[4]" src="http://lh5.ggpht.com/_p0mMiAb9_c4/SnjFeBl4KXI/AAAAAAAABFI/sWZZB5EqPm8/clip_image011%5B4%5D_thumb.gif?imgmax=800" style="border: 0px none; display: inline;" title="clip_image011[4]" width="16" border="0" height="17" /></a> = Permeabilitas zat itu.<br />H = Kuat medan magnet.<br />catatan : rapat garis-garis gaya menyatakan kebesaran induksi magnetik.<br />Medan magnet yang rapat garis-garis gayanya sama disebut : medan magnet serba sama ( homogen )<br /><br /><b>Diamagnetik Dan Para Magnetik</b>.<br />Sehubungan dengan sifat-sifat kemagnetan benda dibedakan atas Diamagnetik dan Para magnetik.<br />Benda magnetik : bila ditempatkan dalam med an magnet yang tidak homogen, ujung-ujung benda itu mengalami gaya tolak sehingga benda akan mengambil posisi yang tegak lurus pada kuat medan. Benda-benda yang demikian mempunyai nilai permeabilitas relatif lebih kecil dari satu. Contoh : Bismuth, tembaga, emas, antimon, kaca flinta.<br />Benda paramagnetik : bila ditempatkan dalam medan magnet yang tidak homogen, akan mengambil posisi sejajar dengan arah kuat medan. Benda-benda yang demikian mempunyai permeabilitas relatif lebih besar dari pada satu. Contoh : Aluminium, platina, oksigen, sulfat tembaga dan banyak lagi garam-garam logam adalah zat paramagnetik.<br />Benda feromagnetik : Benda-benda yang mempunyai effek magnet yang sangat besar, sangat kuat ditarik oleh magnet dan mempunyai permeabilitas relatif sampai beberapa ribu. Contoh : Besi, baja, nikel, cobalt dan campuran logam tertentu ( almico )<br /><br /><br /><br /><b><u>MEDAN MAGNET DI</u></b><b><u> SEKITAR ARUS LISTRIK</u></b>.<br />Percobaan OERSTED<br />Di atas jarum kompas yang seimbang dibentangkan seutas kawat, sehingga kawat itu sejajar dengan jarum kompas. jika kedalam kaewat dialiri arus listrik, ternyata jarum kompas berkisar dari keseimbangannya.<br />Kesimpulan : Disekitar arus listrik ada medan magnet<br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhX83QmCAQyjd0UPpJiQnwOPUQun3ySuRA1My8rVXhkN2E2Ksi3EZST7Lrhuwns89GanqoOt5S0jgNdQe_NB20O6Zjnb2QRXv1Y7p_mb0fySswvGoekyf1PVYC4hrgFTocL2yxmj73RknlJ/s1600/a.gif"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 244px; height: 80px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhX83QmCAQyjd0UPpJiQnwOPUQun3ySuRA1My8rVXhkN2E2Ksi3EZST7Lrhuwns89GanqoOt5S0jgNdQe_NB20O6Zjnb2QRXv1Y7p_mb0fySswvGoekyf1PVYC4hrgFTocL2yxmj73RknlJ/s320/a.gif" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5551883233735403234" border="0" /></a><br /><br /><br /><br /><br /><u>Cara menentukan arah perkisaran jarum.</u><br />a. Bila arus listrik yang berada anatara telapak tangan kanan dan jarum magnet mengalir dengan arah dari pergelangan tangan menuju ujung-ujung jari, kutub utara jarum berkisar ke arah ibu jari.<br />b. Bila arus listrik arahnya dari pergelangan tangan kanan menuju ibu jari, arah melingkarnya jari tangan menyatakan perkisaran kutub Utara.<br /><u>Pola garis-garis gaya di sekitar arus lurus.</u><br />Pada sebidang karton datar ditembuskan sepotong kawat tegak lurus, di atas karbon ditaburkan serbuk besi menempatkan diri berupa lingkaran-lingkaran yang titik pusatnya pada titik tembus kawat.<h2><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvkwNlxYkERS4c2xpYCKRDYabKhg78uz2f3Y6WcfuhmvDJMdVSPKLNhXjEQzgSskw39drPL7HaQ6aTsYfCvdrFck-0ZjOoMmYrhHdXxlYabzPsaqKmHqB4iPGkvB1KhMx2KamPdM7iA7IF/s1600/b.gif"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 87px; height: 105px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvkwNlxYkERS4c2xpYCKRDYabKhg78uz2f3Y6WcfuhmvDJMdVSPKLNhXjEQzgSskw39drPL7HaQ6aTsYfCvdrFck-0ZjOoMmYrhHdXxlYabzPsaqKmHqB4iPGkvB1KhMx2KamPdM7iA7IF/s320/b.gif" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5551883316086036258" border="0" /></a></h2><br /><br /><br /><br /><br /><br />Kesimpulan : Garis-garis gaya di sekitar arus lurus berupa lingkaran-lingkaran yang berpusatkan pada arus tersebut.<br /><u>Cara menentukan arah medan magnet</u><br />Bila arah dari pergelangan tangan menuju ibu jari, arah melingkar jari tangan menyatakan arah medan magnet.<br /><br /><u>HUKUM BIOT SAVART.</u><br /><br />Definisi : Besar induksi magnetik di satu titik di sekitar elemen arus, sebanding dengan panjang elemen arus, besar kuat arus, sinus sudut yang diapit arah arus dengan jaraknya sampai titik tersebut dan berbanding terbalik dengan kwadrat jaraknya.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHA4AKUiMYI8SqGYdDK4n_hpK5O8_d82ZoH-VVPkFJ57EsdSe30Yt4RGCtro8hvk1bc6DMGLLIqviZUPMnm5qZpgKdZqwCV1ugi81IQujGlTGKyU6DTF8N93OsYGy497r1yC2E4yegf6oi/s1600/c.gif"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 84px; height: 44px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHA4AKUiMYI8SqGYdDK4n_hpK5O8_d82ZoH-VVPkFJ57EsdSe30Yt4RGCtro8hvk1bc6DMGLLIqviZUPMnm5qZpgKdZqwCV1ugi81IQujGlTGKyU6DTF8N93OsYGy497r1yC2E4yegf6oi/s320/c.gif" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5551884379522006738" border="0" /></a><br /><br /><u><br /><br />INDUKSI MAGNETIK</u><br /><br /><b><i>Induksi magnetik di sekitar arus lurus</i></b>.<br /><br /><a href="http://lh6.ggpht.com/_p0mMiAb9_c4/SnjGInWDi4I/AAAAAAAABHE/0SRGB_bp31I/s1600-h/clip_image046%5B3%5D.gif"><img alt="clip_image046" src="http://lh6.ggpht.com/_p0mMiAb9_c4/SnjGLH3NU6I/AAAAAAAABHI/Oz_ToRT5eoY/clip_image046_thumb.gif?imgmax=800" style="border: 0px none; display: inline;" title="clip_image046" width="244" border="0" height="103" /></a><br /><br /><br /><b><i>Toroida</i></b><br />Sebuah solenoide yanfg dilengkungkan sehingga sumbunya membentuk lingkaran di sebut <i>Toroida</i>.<br />Bila keliling sumbu toroida 1 dan lilitannya berdekatan, maka induksi magnetik pada sumbu toroida.<br /><a href="http://lh6.ggpht.com/_p0mMiAb9_c4/SnjHAz163VI/AAAAAAAABJ8/jb58iDKyPEA/s1600-h/clip_image081%5B3%5D.gif"><img alt="clip_image081" src="http://lh4.ggpht.com/_p0mMiAb9_c4/SnjHBx3YulI/AAAAAAAABKA/1bXn1EG403M/clip_image081_thumb.gif?imgmax=800" style="border: 0px none; display: inline;" title="clip_image081" width="91" border="0" height="36" /></a><br /><br />Kesimpulan :<br /><br /><span style="font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: x-small;"><b> • Adanya medan magnet di dalam ruang dapat ditunjukkan<br /> dengan mengamati pengaruh yang ditimbulkan.</b><br /><ol><li> Bila di dalam ruang tersebut ditempatkan benda magnetik maka benda tersebut mengalami gaya.</li><li> Bila di ruang terdapat partikel/benda bermuatan, maka benda tersebut mengalami gaya.</li></ol></span><br /><span style="font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: x-small;"> <b>• Medan magnet merupakan besaran vektor</b>,<br /> adapun kuat/lemahnya medan tersebut ditunjukkan oleh <i>intensitas<br /> magnet </i>(H)<i>.</i></span><br /><span style="font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: x-small;"><b>• Efek medan magnet disebut induksi magnetik (B)</b>,<br /> juga merupakan besaran vektor.</span><br /><span style="font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: x-small;"> <b>•</b><b> Hubungan antara H dan B :</b></span><br /><div align="center"><span style="font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: x-small;"> <b>B = <span style="font-family: Symbol;">m<sub>o</sub> </span>H</b></span></div><span style="font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: x-small;"><i>dengan :</i></span><br /><span style="font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: x-small;">B = induksi magnetik, satuan dalam SI = Weber/m<sup>2</sup> atau Tesla<br />H = intensitas magnet<br /><span style="font-family: Symbol;">m</span><sub>o</sub> = permeabilitas = 4<span style="font-family: Symbol;">p</span> x 10<sup>-7</sup> Wb/A.m (udara)</span>desianaputripermanahttp://www.blogger.com/profile/18033096004955827275noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-1636585790385590591.post-26591862333141225482010-12-17T11:40:00.003+07:002010-12-18T11:44:51.589+07:00GAYA LORENTZ<b>Gaya Lorentz</b> adalah gaya (dalam bidang <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Fisika" title="Fisika">fisika</a>) yang ditimbulkan oleh <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Muatan&action=edit&redlink=1" title="Muatan (halaman belum tersedia)">muatan</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Listrik" title="Listrik">listrik</a> yang bergerak atau oleh <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Arus" title="Arus">arus</a> listrik yang berada dalam suatu <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Medan_magnet" title="Medan magnet">medan magnet</a>, B. Arah gaya ini akan mengikuti arah maju skrup yang diputar dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Vektor" title="Vektor">vektor</a> arah gerak muatan listrik (v) ke arah medan magnet, B, seperti yang terlihat dalam rumus berikut:<br /><dl><dd><img alt="\mathbf{F} = q (\mathbf{v} \times \mathbf{B})" class="tex" src="http://upload.wikimedia.org/math/f/9/6/f965f9ede0199cd77c83a5b72c6f3b48.png" /></dd></dl>di mana<br /><dl><dd><b>F</b> adalah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gaya" title="Gaya">gaya</a> (dalam satuan/unit <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Newton" title="Newton">newton</a>)</dd><dd><b>B</b> adalah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Medan_magnet" title="Medan magnet">medan magnet</a> (dalam unit <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tesla" title="Tesla">tesla</a>)</dd><dd><i>q</i> adalah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Muatan_listrik" title="Muatan listrik">muatan listrik</a> (dalam satuan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Coulomb" title="Coulomb">coulomb</a>)</dd><dd><b>v</b> adalah arah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kecepatan" title="Kecepatan">kecepatan</a> muatan (dalam unit <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Meter" title="Meter">meter</a> per <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Detik" title="Detik">detik</a>)</dd><dd><b><big>×</big></b> adalah perkalian silang dari operasi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Vektor" title="Vektor">vektor</a>.</dd></dl>Untuk gaya Lorentz yang ditimbulkan oleh arus listrik, I, dalam suatu medan magnet (B), rumusnya akan terlihat sebagai berikut (lihat arah gaya dalam kaidah tangan kanan):<br /><dl><dd><img alt="\mathbf{F} = \mathbf{L} I \times \mathbf{B} \," class="tex" src="http://upload.wikimedia.org/math/1/5/b/15bdf299e03b4406c3ca394d2c915ecf.png" /></dd></dl>di mana<br /><dl><dd><b>F</b> = gaya yang diukur dalam unit satuan newton</dd><dd><i>I</i> = arus listrik dalam <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ampere" title="Ampere">ampere</a></dd><dd><b>B</b> = medan magnet dalam satuan tesla</dd><dd><img alt="\times" class="tex" src="http://upload.wikimedia.org/math/9/e/e/9eedd61e32f7a8e70e171028a7e5dc08.png" /> = perkalian silang vektor, dan</dd><dd><b>L</b> = panjang kawat listrik yang dialiri listrik dalam satuan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Meter" title="Meter">meter</a>.</dd><dd><br /></dd><dd>-------------------------------------------------------------------------------------------------</dd></dl> Telah kita bahas bahwa apabila kawat dialiri arus listrik maka akan menimbulkan medan magnet disekitarnya (baca bab medan magnet disekitar kawat berarus).<br />Bila penghantar berarus di letakkan di dalam medan magnet , maka pada penghantar akan timbul gaya. Gaya ini disebut dengan gaya <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hendrik_Lorentz" target="lorentz">lorent</a><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hendrik_Lorentz" target="lorentz">z</a>. Jadi <a href="http://en.wikipedia.org/wiki/Lorentz_Force" target="gaya lorentz">gaya lorentz</a> adalah gaya yang dialami kawat berarus listrik di dalam medan magnet. Sehingga dapat disimpulkan bahwa gaya Lorentz dapat timbul dengan syarat sebagai berikut :<br />(a) ada kawat pengahantar yang dialiri arus<br />(b) penghantar berada di dalam medan magnet<br />perhatikan gambar di bawah ini<br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjIMTnKcOhtJoIWOUatfeAoaazt6qxrIEp6Ae-T8LWkbvfiK39yAvDV8cLLDPF5AivLNN7LlTvP9YyHiXe3s-1h3sRT5dCJ-hi0yy9B80iAZjIqEgC_1_vLITG8wyhDVaQJwi4nmqzWo8MQ/s1600/7.png"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 320px; height: 198px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjIMTnKcOhtJoIWOUatfeAoaazt6qxrIEp6Ae-T8LWkbvfiK39yAvDV8cLLDPF5AivLNN7LlTvP9YyHiXe3s-1h3sRT5dCJ-hi0yy9B80iAZjIqEgC_1_vLITG8wyhDVaQJwi4nmqzWo8MQ/s320/7.png" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5551877934334390658" border="0" /></a><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Bagaimana gaya lorentz berfungsi, maka lakukan percobaan dengan mengamati bentuk medan magnet atau garis gaya magnet selama percobaan.<br />Bila pengamatan dilakukan dengan benar maka akan diperoleh :<br />(a) Makin besar arus listrik yang mengalir, makin besar pula gaya yang bekerja dan makin cepat batang penghantar bergulir.<br />(b) Bila polaritas sumbu dirubah, maka penghantar akan bergerak dalam arah yang berlawanan dengan gerak sebelumnya.<br /><br /><br /><strong><em>MENENTUKAN ARAH GAYA LORENTZ</em></strong><br /><br />Arah gaya lorentz dapat ditentukan dengan aturan tangan kanan. Jari-jari tangan kanan diatur sedemikian rupa, sehingga Ibu jari tegak lurus terjadap telunjuk dan tegak lurus juga terhadap jari tengah. Bila arah medan magnet (B) diwakili oleh telunjuk dan arah arus listrik (I) diwakili oleh ibu jari, maka arah gaya lorentz (F) di tunjukkan oleh jari tengah.<br />perhatikan gambar berikut :<br /><br /><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgva1KPFNe_52tuxRkV9_LayZZO_SWqnwQjfS1Onbo_YRLYD7TM9W0TwTSHuDMc5t9n5S2_kW2ntLd7I5GrkH-ATlu97g_a1bAy_P3s3q604M6wCqv1J5Qkd2oLca9IgJ4ItQab2fiF1V9c/s1600/8.png"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 305px; height: 320px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgva1KPFNe_52tuxRkV9_LayZZO_SWqnwQjfS1Onbo_YRLYD7TM9W0TwTSHuDMc5t9n5S2_kW2ntLd7I5GrkH-ATlu97g_a1bAy_P3s3q604M6wCqv1J5Qkd2oLca9IgJ4ItQab2fiF1V9c/s320/8.png" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5551878238132770482" border="0" /></a><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Gaya lorentz pada penghantar bergantung pada faktor sebagai berikut :<br />(1) kuat medan magnet (B)<br />(2) besar arus listrik (I)<br />(3) panjang penghantar<br /><br />sehingga dapat dirumuskan<br />F = B.I.L<br />keterangan :<br />F adalah gaya lorentz (N)<br />B adalah kuat medan magnet (Tesla)<br />I adalah kuat arus listrik (A)<br />L adalah panjang penghantar (m)<br /><dl><dd> ----------------------------------------------------------------------------------------------</dd><dd><br /></dd></dl>Pada percobaan <i>oersted</i> telah dibuktikan pengaruh arus listrik terhadap kutub magnet, bagaimana pengaruh kutub magnet terhadap arus listrik akan dibuktikan dari percobaan berikut :<br />Seutas kawat PQ ditempatkan diantara kutub-kutub magnet ladam kedalam kawat dialirkan arus listrik ternyata kawat melengkung kekiri.<br />Gejala ini menunjukkan bahwa medan magnet mengerjakan gaya pada arus listrik, disebut <i>Gaya Lorentz</i>. Vektor gaya Lorentz tegak lurus pada I dan B. Arah gaya Lorentz dapat ditentukan dengan tangan kanan. Bila arah melingkar jari-jari tangan kanan sesuai dengan putaran dari I ke B, maka arah ibu jari menyatakan arah gaya Lorents.<br /><b><i>Besar Gaya Lorentz</i></b>.<br />Hasil-hasil yang diperoleh dari percobaan menyatakan bahwa besar gaya Lorentz dapat dirumuskan sebagai :<br />F = B I <a href="http://lh4.ggpht.com/_p0mMiAb9_c4/SnjHIiidEgI/AAAAAAAABKU/9F_TCxvlitM/s1600-h/clip_image086%5B5%5D.gif"><img alt="clip_image086" src="http://lh5.ggpht.com/_p0mMiAb9_c4/SnjHJcZf1UI/AAAAAAAABKY/wrm3X-aeuu8/clip_image086_thumb.gif?imgmax=800" style="border: 0px none; display: inline;" title="clip_image086" width="20" border="0" height="28" /></a>sin a<br />F = gaya Lorentz.<br />B = induksi magnetik medan magnet.<br />I = kuat arus.<br /><a href="http://lh6.ggpht.com/_p0mMiAb9_c4/SnjHKOVdwVI/AAAAAAAABKc/Heiywytqz7c/s1600-h/clip_image086%5B1%5D%5B2%5D.gif"><img alt="clip_image086[1]" src="http://lh6.ggpht.com/_p0mMiAb9_c4/SnjHLWHUq2I/AAAAAAAABKg/UrU7qrtB3rI/clip_image086%5B1%5D_thumb.gif?imgmax=800" style="border: 0px none; display: inline;" title="clip_image086[1]" width="20" border="0" height="28" /></a>= panjang kawat dalam medan magnet.<br />a = sudut yang diapit I dan B.<br /><i>Satuan Kuat Arus.</i><br />Kedalam kawat P dan Q yang sejajar dialirkan arus listrik. Bila arah arus dalam kedua kawat sama, kawat itu saling menarik.<br />Penjelasannya sebagai berikut :<br />Dilihat dari atas arus listrik P menuju kita digambarkan sebagai arus listrik dalam kawat P menimbulkan medan magnet. Medan magnet ini mengerjakan gaya Lorentz pada arus Q arahnya seperti dinyatakan anak panah F. Dengan cara yang sama dapat dijelaskan gaya Lorentz yang bekerja pada arus listrik dalam kawat P.<br /><br />Kesimpulan :<br /><i>Arus listrik yang sejajar dan searah tarik-menarik dan yang berlawanan arah tolak- menolak. </i><br />Bila jarak kawat P dan Q adalah a, maka besar induksi magnetik arus P pada jarak a :<br /><a href="http://lh3.ggpht.com/_p0mMiAb9_c4/SnjHOyiHmWI/AAAAAAAABKs/NZ2dk7Fz-iI/s1600-h/clip_image089%5B3%5D.gif"><img alt="clip_image089" src="http://lh6.ggpht.com/_p0mMiAb9_c4/SnjHPmwnC2I/AAAAAAAABKw/fLNA6_LrVvo/clip_image089_thumb.gif?imgmax=800" style="border: 0px none; display: inline;" title="clip_image089" width="93" border="0" height="53" /></a><br />Besar gaya Lorentz pada arus dalam kawat Q<br /><a href="http://lh5.ggpht.com/_p0mMiAb9_c4/SnjHU3UFYKI/AAAAAAAABK0/MyvrvzXROrY/s1600-h/clip_image091%5B3%5D.gif"><img alt="clip_image091" src="http://lh4.ggpht.com/_p0mMiAb9_c4/SnjHWbeummI/AAAAAAAABK4/I3Xt8wICk80/clip_image091_thumb.gif?imgmax=800" style="border: 0px none; display: inline;" title="clip_image091" width="87" border="0" height="24" /></a><br />Besar gaya Lorentz tiap satuan panjang<br /><a href="http://lh4.ggpht.com/_p0mMiAb9_c4/SnjHXJRnlPI/AAAAAAAABK8/oVkJIWUHg7g/s1600-h/clip_image093%5B3%5D.gif"><img alt="clip_image093" src="http://lh6.ggpht.com/_p0mMiAb9_c4/SnjHYbYsrWI/AAAAAAAABLA/L_rHNS54kg4/clip_image093_thumb.gif?imgmax=800" style="border: 0px none; display: inline;" title="clip_image093" width="65" border="0" height="24" /></a><br /><a href="http://lh5.ggpht.com/_p0mMiAb9_c4/SnjHZibCNuI/AAAAAAAABLE/rcwDik2uOwY/s1600-h/clip_image095%5B3%5D.gif"><img alt="clip_image095" src="http://lh5.ggpht.com/_p0mMiAb9_c4/SnjHbGRcFcI/AAAAAAAABLI/QGt2Hi4vMps/clip_image095_thumb.gif?imgmax=800" style="border: 0px none; display: inline;" title="clip_image095" width="113" border="0" height="53" /></a><br /><a href="http://lh6.ggpht.com/_p0mMiAb9_c4/SnjHcV_AEfI/AAAAAAAABLM/ZXEGtgacjME/s1600-h/clip_image097%5B3%5D.gif"><img alt="clip_image097" src="http://lh6.ggpht.com/_p0mMiAb9_c4/SnjHdaZsjII/AAAAAAAABLQ/jhmEl_pRCXo/clip_image097_thumb.gif?imgmax=800" style="border: 0px none; display: inline;" title="clip_image097" width="107" border="0" height="53" /></a><br />F tiap satuan panjang dalam N/m.<br />I<sub>p</sub> dan I<sub>Q</sub> dalam Ampere dan a dalam meter.<br />Bila kuat arus dikedua kawat sama besarnya, maka :<br /><a href="http://lh3.ggpht.com/_p0mMiAb9_c4/SnjHfjIsBcI/AAAAAAAABLU/yC4Wk7Z9yGc/s1600-h/clip_image099%5B3%5D.gif"><img alt="clip_image099" src="http://lh5.ggpht.com/_p0mMiAb9_c4/SnjHgTFXH8I/AAAAAAAABLY/DfGkC1fZVrU/clip_image099_thumb.gif?imgmax=800" style="border: 0px none; display: inline;" title="clip_image099" width="240" border="0" height="51" /></a><br />Untuk I = 1 Ampere dan a = 1 m maka F = 2.10<sup>-7</sup> N/m<br />Kesimpulan :<br /><i>1 Ampere adalah kuat arus dalam kawat sejajar yang jaraknya 1 meter dan menimbulkan gaya Lorentz sebesar 2.10<sup>-7</sup> N tiap meter.</i><br /><u>Gerak Partikel Bermuatan Dalam Medan Listrik</u>.<br />Pertambahan energi kinetik.desianaputripermanahttp://www.blogger.com/profile/18033096004955827275noreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-1636585790385590591.post-14818759805216168142010-12-16T21:13:00.015+07:002010-12-18T11:39:20.419+07:00GGL INDUKSI<div style="text-align: justify;">Pada bab sebelumnya, kamu sudah mengetahui bahwa kelistrikan dapat menghasilkan kemagnetan. Menurutmu, dapatkah kemagnetan menimbulkan kelistrikan? Kemagnetan dan kelistrikan merupakan dua gejala alam yang prosesnya dapat dibolak-balik. Ketika H.C. Oersted membuktikan bahwa di sekitar kawat berarus listrik terdapat medan magnet (artinya listrik menimbulkan magnet), para ilmuwan mulai berpikir keterkaitan antara kelistrikan dan kemagnetan. Tahun 1821 Michael Faraday membuktikan bahwa perubahan medan magnet dapat menimbulkan arus listrik (artinya magnet menimbulkan listrik) melalui eksperimen yang sangat sederhana. Sebuah magnet yang digerakkan masuk dan keluar pada kumparan dapat menghasilkan arus listrik pada kumparan itu. Galvanometer merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya arus listrik yang mengalir. Ketika sebuah magnet yang digerakkan masuk dan keluar pada kumparan (seperti kegiatan di atas), jarum galvanometer menyimpang ke kanan dan ke kiri. Bergeraknya jarum galvanometer menunjukkan bahwa magnet yang digerakkan keluar dan masuk pada kumparan menimbulkan arus listrik. Arus listrik bisa terjadi jika pada ujung-ujung kumparan terdapat GGL (gaya gerak listrik). GGL yang terjadi di ujung-ujung kumparan dinamakan GGL induksi. Arus listrik hanya timbul pada saat magnet bergerak. Jika magnet diam di dalam kumparan, di ujung kumparan tidak terjadi arus listrik.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><strong>1. Penyebab Terjadinya GGL Induksi</strong></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ketika kutub utara magnet batang digerakkan masuk ke dalam kumparan, jumlah garis gaya-gaya magnet yang terdapat di dalam kumparan bertambah banyak. Bertambahnya jumlah garis- garis gaya ini menimbulkan GGL induksi pada ujung-ujung kumparan. GGL induksi yang ditimbulkan menyebabkan arus listrik mengalir menggerakkan jarum galvanometer. Arah arus induksi dapat ditentukan dengan cara memerhatikan arah medan magnet yang ditimbulkannya. Pada saat magnet masuk, garis gaya dalam kumparan bertambah. Akibatnya medan magnet hasil arus induksi bersifat mengurangi garis gaya itu. Dengan demikian, ujung kumparan itu merupakan kutub utara sehingga arah arus induksi seperti yang ditunjukkan Gambar 12.1.a (ingat kembali cara menentukan kutub-kutub solenoida).</div><div style="text-align: justify;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmo87iv2DbWP23oRD2RDCWh7ipv3vXdJAJ50sMsMplIGl_HUwjcyp_G-fx6qV68_v20Vp0BL1jz3OA702ao2mgk2M7x3-5q5VF6dbPujX4EqVE3fABFxxR9hiwSvh6ZrqLnGO-X5c3Ybob/s1600/1.gif"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 320px; height: 115px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmo87iv2DbWP23oRD2RDCWh7ipv3vXdJAJ50sMsMplIGl_HUwjcyp_G-fx6qV68_v20Vp0BL1jz3OA702ao2mgk2M7x3-5q5VF6dbPujX4EqVE3fABFxxR9hiwSvh6ZrqLnGO-X5c3Ybob/s320/1.gif" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5551873883225933122" border="0" /></a></div><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><div style="text-align: justify;">Ketika kutub utara magnet batang digerakkan keluar dari dalam kumparan, jumlah garis-garis gaya magnet yang terdapat di dalam kumparan berkurang. Berkurangnya jumlah garis-garis gaya ini juga menimbulkan GGL induksi pada ujung-ujung kumparan. GGL induksi yang ditimbulkan menyebabkan arus listrik mengalir dan menggerakkan jarum galvanometer. Sama halnya ketika magnet batang masuk ke kumparan. pada saat magnet keluar garis gaya dalam kumparan berkurang. Akibatnya medan magnet hasil arus induksi bersifat menambah garis gaya itu. Dengan demikian, ujung, kumparan itu merupakan kutub selatan, sehingga arah arus induksi seperti yang ditunjukkan Gambar 12.1.b. Ketika kutub utara magnet batang diam di dalam kumparan, jumlah garis-garis gaya magnet di dalam kumparan tidak terjadi perubahan (tetap). Karena jumlah garis-garis gaya tetap, maka pada ujung-ujung kumparan tidak terjadi GGL induksi. Akibatnya, tidak terjadi arus listrik dan jarum galvanometer tidak bergerak. Jadi, GGL induksi dapat terjadi pada kedua ujung kumparan jika di dalam kumparan terjadi perubahan jumlah garis-garis gaya magnet (fluks magnetik). GGL yang timbul akibat adanya perubahan jumlah garis-garis gaya magnet dalam kumparan disebut GGL induksi. Arus listrik yang ditimbulkan GGL induksi disebut arus induksi. Peristiwa timbulnya GGL induksi dan arus induksi akibat adanya perubahan jumlah garis-garis gaya magnet disebut induksi elektromagnetik. Coba sebutkan bagaimana cara memperlakukan magnet dan kumparan agar timbul GGL induksi?</div><div style="text-align: justify;">2. Faktor yang Memengaruhi Besar GGL Induksi Sebenarnya besar kecil GGL induksi dapat dilihat pada besar kecilnya penyimpangan sudut jarum galvanometer. Jika sudut penyimpangan jarum galvanometer besar, GGL induksi dan arus induksi yang dihasilkan besar. Bagaimanakah cara memperbesar GGL induksi? Ada tiga faktor yang memengaruhi GGL induksi, yaitu : a. kecepatan gerakan magnet atau kecepatan perubahan jumlah garis-garis gaya magnet (fluks magnetik), b. jumlah lilitan, c. medan magnet</div><br /><br /><br /><div style="text-align: justify;"><strong>B. PENERAPAN INDUKSI ELEKTROMAGNETIK </strong></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Pada induksi elektromagnetik terjadi perubahan bentuk energi gerak menjadi energi listrik. Induksi elektromagnetik digunakan pada pembangkit energi listrik. Pembangkit energi listrik yang menerapkan induksi elektromagnetik adalah generator dan dinamo. Di dalam generator dan dinamo terdapat kumparan dan magnet. Kumparan atau magnet yang berputar menyebabkan terjadinya perubahan jumlah garis-garis gaya magnet dalam kumparan. Perubahan tersebut menyebabkan terjadinya GGL induksi pada kumparan. Energi mekanik yang diberikan generator dan dinamo diubah ke dalam bentuk energi gerak rotasi. Hal itu menyebabkan GGL induksi dihasilkan secara terus-menerus dengan pola yang berulang secara periodik</div><div style="text-align: justify;"><strong>1. Generator</strong> </div><div style="text-align: justify;"> Generator dibedakan menjadi dua, yaitu generator arus searah (DC) dan generator arus bolak-balik (AC). Baik generator AC dan generator DC memutar kumparan di dalam medan magnet tetap. Generator AC sering disebut alternator. Arus listrik yang dihasilkan berupa arus bolak-balik. Ciri generator AC menggunakan cincin ganda. Generator arus DC, arus yang dihasilkan berupa arus searah. Ciri generator DC menggunakan cincin belah (komutator). Jadi, generator AC dapat diubah menjadi generator DC dengan cara mengganti cincin ganda dengan sebuah komutator. Sebuah generator AC kumparan berputar di antara kutub- kutub yang tak sejenis dari dua magnet yang saling berhadapan. Kedua kutub magnet akan menimbulkan medan magnet. Kedua ujung kumparan dihubungkan dengan sikat karbon yang terdapat pada setiap cincin. Kumparan merupakan bagian generator yang berputar (bergerak) disebut rotor. Magnet tetap merupakan bagian generator yang tidak bergerak disebut stator. Bagaimanakah generator bekerja? Ketika kumparan sejajar dengan arah medan magnet (membentuk sudut 0 derajat), belum terjadi arus listrik dan tidak terjadi GGL induksi (perhatikan Gambar 12.2). Pada saat kumparan berputar perlahan-lahan, arus dan GGL beranjak naik sampai kumparan membentuk sudut 90 derajat. Saat itu posisi kumparan tegak lurus dengan arah medan magnet. Pada kedudukan ini kuat arus dan GGL induksi menunjukkan nilai maksimum. Selanjutnya, putaran kumparan terus berputar, arus dan GGL makin berkurang. Ketika kumparan mem bentuk sudut 180 derajat kedudukan kumparan sejajar dengan arah medan magnet, maka GGL induksi dan arus induksi menjadi nol.<br /><br /><div style="text-align: justify;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRAbW0bIveh0cVs5LFgJBAWZHrJd-nNj0hTS0LZ5gAYqb9QACxr68uR9X6kyyroV0VsLCNEJFO37rZjg2u91SVbscwmpSvmBscMNu2VP62XigIorVK5yt0r9nnp0jarLFLVbeh221B4FYB/s1600/2.gif"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 149px; height: 176px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRAbW0bIveh0cVs5LFgJBAWZHrJd-nNj0hTS0LZ5gAYqb9QACxr68uR9X6kyyroV0VsLCNEJFO37rZjg2u91SVbscwmpSvmBscMNu2VP62XigIorVK5yt0r9nnp0jarLFLVbeh221B4FYB/s320/2.gif" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5551874186035828274" border="0" /></a></div></div><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><div style="text-align: justify;"><br />Putaran kumparan berikutnya arus dan tegangan mulai naik lagi dengan arah yang berlawanan. Pada saat membentuk sudut 270 derajat, terjadi lagi kumparan berarus tegak lurus dengan arah medan magnet. Pada kedudukan kuat arus dan GGL induksi menunjukkan nilai maksimum lagi, namun arahnya berbeda. Putaran kumparan selanjutnya, arus dan tegangan turun perlahanlahan hingga mencapai nol dan kumparan kembali ke posisi semula hingga memb entuk sudut 360 derajat.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><strong>2. Dinamo</strong> </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dinamo dibedakan menjadi dua yaitu, dinamo arus searah (DC) dan dinamo arus bolak-balik (AC). Prinsip kerja dinamo sama dengan generator yaitu memutar kumparan di dalam medan magnet atau memutar magnet di dalam kumparan. Bagian dinamo yang berputar disebut rotor. Bagian dinamo yang tidak bergerak disebut strator<br /><br /></div><br /><div style="text-align: justify;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjChm7UkiSwkz0qNprGFC7YqfwVYNSlK39lMU5qlckfzCEQGvixWpu-3Wnfs5XC2Qb5SZfUFgfov_HllANDncr7PI5KNIcUVWTlsoMy0dyDj7pxssbFibzNlrwgddbnAXUYJz3Wucv0pUxc/s1600/3.gif"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 320px; height: 160px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjChm7UkiSwkz0qNprGFC7YqfwVYNSlK39lMU5qlckfzCEQGvixWpu-3Wnfs5XC2Qb5SZfUFgfov_HllANDncr7PI5KNIcUVWTlsoMy0dyDj7pxssbFibzNlrwgddbnAXUYJz3Wucv0pUxc/s320/3.gif" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5551874510797844914" border="0" /></a></div><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Perbedaan antara dinamo DC dengan dinamo AC terletak pada cincin yang digunakan. Pada dinamo arus searah menggunakan satu cincin yang dibelah menjadi dua yang disebut cincin belah (komutator). Cincin ini memungkinkan arus listrik yang dihasilkan pada rangkaian luar Dinamo berupa arus searah walaupun di dalam dinamo sendiri menghasilkan arus bolak-balik. Adapun, pada dinamo arus bolak-balik menggunakan cincin ganda (dua cincin). Alat pembangkit listrik arus bolak balik yang paling sederhana adalah dinamo sepeda. Tenaga yang digunakan untuk memutar rotor adalah roda sepeda. Jika roda berputar,<br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0GUrn9kLggucQlH0qZYAFKlNBGfQYMe2n9lGJav4eNHAS5dbn0GKL2rgpqQ8ueZbQ3hOTWByEeUhQ4x-BpIwguyw6y4aR8-mHbaMyXPun0rLFCaTE4Q-_cUlDK46ijhptG87RfNDtDe_o/s1600/4.gif"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 150px; height: 165px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0GUrn9kLggucQlH0qZYAFKlNBGfQYMe2n9lGJav4eNHAS5dbn0GKL2rgpqQ8ueZbQ3hOTWByEeUhQ4x-BpIwguyw6y4aR8-mHbaMyXPun0rLFCaTE4Q-_cUlDK46ijhptG87RfNDtDe_o/s320/4.gif" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5551874889305536722" border="0" /></a><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><div style="text-align: justify;">kumparan atau magnet ikut berputar. Akibatnya, timbul GGL induksi pada ujung-ujung kumparan dan arus listrik mengalir. Makin cepat gerakan roda sepeda, makin cepat magnet atau kumparan berputar. Makin besar pula GGL induksi dan arus listrik yang dihasilkan. Jika dihubungkan dengan lampu, nyala lampu makin terang. GGL induksi pada dinamo dapat diperbesar dengan cara putaran roda dipercepat, menggunakan magnet yang kuat (besar), jumlah lilitan diperbanyak, dan menggunakan inti besi lunak di dalam kumparan.</div><br /><div style="text-align: justify;"><strong>C. TRANSFORMATOR</strong></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><strong>1. Macam-Macam Transformator</strong></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Apabila tegangan terminal output lebih besar daripada tegangan yang diubah, trafo yang digunakan berfungsi sebagai penaik tegangan. Sebaliknya apabila tegangan terminal output lebih kecil daripada tegangan yang diubah, trafo yang digunakan berfungsi sebagai penurun tegangan. Dengan demikian, transformator (trafo) dibedakan menjadi dua, yaitu trafo step up dan trafo step down.</div><div style="text-align: justify;"><br /><strong> </strong></div><strong>Trafo step up</strong> adalah transformator yang berfungsi untuk menaikkan tegangan<br />Trafo ini memiliki ciri-ciri:<br />a. jumlah lilitan primer lebih sedikit daripada jumlah lilitan sekunder,<br />b. tegangan primer lebih kecil daripada tegangan sekunder,<br />c. kuat arus primer lebih besar daripada kuat arus sekunder.<br /><strong>Trafo step down</strong> adalah transformator yang berfungsi untuk menurunkan tegangan AC. Trafo ini memiliki ciri-ciri:<br />a. jumlah lilitan primer lebih banyak daripada jumlah lilitan sekunder,<div style="text-align: justify;">b. tegangan primer lebih besar daripada tegangan sekunder,<br />c. kuat arus primer lebih kecil daripada kuat arus sekunder.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><strong>2. Transformator Ideal</strong></div><div style="text-align: justify;"><br /></div>Besar tegangan dan kuat arus pada trafo bergantung banyaknya lilitan. Besar tegangan sebanding dengan jumlah lilitan<br /><br /><div style="text-align: justify;"><strong>3. Efisiensi Transformator</strong></div><br />Di bagian sebelumnya kamu sudah mempelajari transformator atau trafo yang ideal. Namun, pada kenyataannya trafo tidak pernah ideal. Jika trafo digunakan, selalu timbul energi kalor. Dengan demikian, energi listrik yang masuk pada kumparan primer selalu lebih besar daripada energi yang keluar pada kumparan sekunder. Akibatnya, daya primer lebih besar daripada daya sekunder. Berkurangnya daya dan energi listrik pada sebuah trafo ditentukan oleh besarnya efisiensi trafo.<br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjuARDXgzXTXQ3cjuJmRZkmOhK7NAMDs2wNxnjLOuq2pGY0o4yJDGQ2rpiexmpT-8fxiZv1l_8ZceiIq3eu703N-xQ2yLBclAwXWWpFPFDnIwXyXjbOSh2A1KsTjYeeVHu3Xd460sulwty9/s1600/5.gif"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 278px; height: 95px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjuARDXgzXTXQ3cjuJmRZkmOhK7NAMDs2wNxnjLOuq2pGY0o4yJDGQ2rpiexmpT-8fxiZv1l_8ZceiIq3eu703N-xQ2yLBclAwXWWpFPFDnIwXyXjbOSh2A1KsTjYeeVHu3Xd460sulwty9/s320/5.gif" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5551876375057729874" border="0" /></a><br /><br /><br /><br /><br /><br /><div style="text-align: justify;"><strong>penggunaan transformator<br /></strong></div><br /><div style="text-align: justify;"><strong>a. Power supply (catu daya)</strong><br />Catu daya merupakan alat yang digunakan untuk menghasilkan tegangan AC yang rendah. Catu daya menggunakan trafo step down yang berfungsi untuk menurunkan tegangan 220 V menjadi beberapa tegangan AC yang besarnya antara 2 V sampai 12 V</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><strong>b. Adaptor (penyearah arus)</strong><br />Adaptor terdiri atas trafo step down dan rangkaian penyearah arus listrik yang berupa diode. Adaptor<br /><div style="text-align: justify;">merupakan catu daya yang ditambah denga<img alt="gb129" class="alignright size-full wp-image-69" src="http://memetmulyadi.files.wordpress.com/2009/02/gb129.gif?w=145&h=151" title="gb129" width="145" height="151" />n penyearah arus. Fungsi penyearah arus adalah mengubah tegangan AC menjadi tegangan DC.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><strong>c. Transmisi daya listrik jarak jauh</strong><br />Pembangkit listrik biasanya dibangun jauh dari permukiman penduduk. Proses pengiriman daya listrik kepada pelanggan listrik (konsumen) yang jaraknya jauh disebut transmisi daya listrik jarak jauh. Untuk menyalurkan energi listrik ke konsumen yang jauh, tegangan yang dihasilkan generator pembangkit listrik perlu dinaikkan mencapai ratusan ribu volt. Untuk itu, diperlukan trafo step up. Tegangan tinggi ditransmisikan melalui kabel jaringan listrik yang panjang menuju konsumen. Sebelum masuk ke rumah-rumah penduduk tegangan diturunkan menggunakan trafo step down hingga menghasilkan 220 V. Transmisi daya listrik jarak jauh dapat dilakukan dengan menggunakan tegangan besar dan arus yang kecil. Dengan cara itu akan diperoleh beberapa keuntungan, yaitu energi yang hilang dalam perjalanan dapat dikurangi dan kawat penghantar yang diperlukan dapat lebih kecil serta harganya lebih murah.<br /><br /><br /><br /></div></div>desianaputripermanahttp://www.blogger.com/profile/18033096004955827275noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-1636585790385590591.post-14702653539138018792010-09-16T19:54:00.011+07:002010-10-07T17:27:30.445+07:00GELOMBANGGelombang adalah usikan yang merambat atau getaran yang merambat. <span style="font-family:georgia;">Bentuk ideal dari suatu gelombang akan mengikuti gerak sinusoide. Selain </span><a style="font-family: georgia;" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Radiasi_elektromagnetik" title="Radiasi elektromagnetik">radiasi elektromagnetik</a><span style="font-family:georgia;">, dan mungkin </span><a style="font-family: georgia;" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Radiasi_gravitasional&action=edit&redlink=1" class="new" title="Radiasi gravitasional (halaman belum tersedia)">radiasi gravitasional</a><span style="font-family:georgia;">, yang bisa berjalan lewat vakum, gelombang juga terdapat pada </span><a style="font-family: georgia;" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Medium" title="Medium">medium</a><span style="font-family:georgia;"> (yang karena perubahan bentuk dapat menghasilkan </span><a style="font-family: georgia;" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gaya" title="Gaya">gaya</a><span style="font-family:georgia;"> memulihkan yang lentur) di mana mereka dapat berjalan dan dapat memindahkan </span><a style="font-family: georgia;" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Energi" title="Energi">energi</a><span style="font-family:georgia;"> dari satu tempat kepada lain tanpa mengakibatkan </span><a style="font-family: georgia;" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Partikel" title="Partikel">partikel</a><span style="font-family:georgia;"> medium berpindah secara permanen; yaitu tidak ada perpindahan secara masal.</span><br /><br /><span style="font-family:georgia;">Periode gelombang (T) adalah waktu yang diperlukan oleh gelombang untuk menempuh satu panjang gelombang penuh.</span><br /><span style="font-family:georgia;">Panjang gelombang (λ) adalah jarak yang ditempuh dalam waktu satu periode (jarak antara A dan C)</span><br /><span style="font-family:georgia;">Frekuensi gelombang adalah banyaknya gelombang yang terjadi tiap satuan waktu.</span><br /><span style="font-family:georgia;">Cepat rambat gelombang (v) adalah jarak yang ditempuh gelombang tiap satuan waktu.</span><br /><br /><span style="font-family:georgia;">v = λ.f<br />Dituliskan dengan persamaan : v = , dalam hal ini jika t diambil nilai ekstrem yaitu periode (T), maka S dapat digantikan dengan λ (panjang gelombang). Sehingga persamaan di atas dapat ditulis menjadi :</span><br /><span style="font-family:georgia;">v = , dan karena f = , maka persamaan tersebut juga dapat ditulis sbb:</span><br /><span style="font-family:georgia;">Keterangn : T = periode ( s )</span><br /><span style="font-family:georgia;"> f = frekuensi ( Hz )</span><br /><span style="font-family:georgia;"> λ = panjang gelombang ( m )</span><br /><span style="font-family:georgia;"> v = cepat rambat gelombang ( m/s )</span><br /><br />..Macam-macam gelombang..<br />Gelombang dibagi menjadi 2 macam :<br /><span style="font-weight: bold;">A.</span> <span style="font-weight: bold;">Gelombang mekanik</span><br />Gelombang mekanik adalah gelombang yang perambatannya memerlukan perantara.<br />Gelombang air , gelombang tali termasuk dalam gelombang mekanik.<br />Gelombang mekanik terdiri dari dua jenis, yakni <strong style="font-weight: normal;"><em>gelombang transversal</em></strong> (transverse wave) dan <strong style="font-weight: normal;"><em>gelombang longitudinal </em></strong>(longitudinal wave).<br /><br />- <span style="font-weight: bold;">gelombang transversal</span><br /><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDOGwFtnfIkqIDNoZZHxNVCUJldEy1pQDprSSpWfuVi9QCjJ-ysXzdYCVydPrhdpU8YUmlfp_DuDmz-e4WcxwPkxbcezr7X1Vk2PWhBqABBz9P5sn3FJxz8df-MAUzqxD3c620IdSBn6JE/s1600/trans.jpeg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 316px; height: 159px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDOGwFtnfIkqIDNoZZHxNVCUJldEy1pQDprSSpWfuVi9QCjJ-ysXzdYCVydPrhdpU8YUmlfp_DuDmz-e4WcxwPkxbcezr7X1Vk2PWhBqABBz9P5sn3FJxz8df-MAUzqxD3c620IdSBn6JE/s320/trans.jpeg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5517509119816157522" border="0" /></a><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Gelombang transversal adalah gelombang yang arah rambatannya tegak lurus dengan arah rambatannya. Satu gelombang terdiri atas satu lembah dan satu bukit.<br /><br /><br />- <span style="font-weight: bold;">gelombang longitudinal</span><br /><br /><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0bfZF7X_ftY9Eg5zneD2MYRKfcfHd256Pu1p4tNyXvgToadcFKUEmeMh2u6F4GcFfKSt93ptvZSrFLbRHYTVi4jI3fnS6x6gp2orFoQDLFd_DmMZIbV03O9tb4H7UWK4-vIETDwQ-efz_/s1600/longi.jpeg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 320px; height: 124px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0bfZF7X_ftY9Eg5zneD2MYRKfcfHd256Pu1p4tNyXvgToadcFKUEmeMh2u6F4GcFfKSt93ptvZSrFLbRHYTVi4jI3fnS6x6gp2orFoQDLFd_DmMZIbV03O9tb4H7UWK4-vIETDwQ-efz_/s320/longi.jpeg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5517511220744165298" border="0" /></a><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Gelombang logitudinal adalah gelombang yang merambat dalam arah yang berimpitan dengan arah getaran pada tiap bagian yang ada. Gelombang yang terjadi berupa rapatan dan renggangan. Contoh gelombang longitudinal seperti slingki / pegas yang ditarik ke samping lalu dilepas.<br /><br /><br /><span style="font-weight: bold;">B. Gelombang elektromagnetik</span><br />Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang tidak memerlukan perantara.<br /><span lang="IN">Keberadaan gelombang elektromagnetik didasarkan pada hipotesis Maxwell (James Clark Maxwell)</span><span lang="IN"> “Jika</span><span style="" lang="IN"> </span>medan magnet dapat menimbulkan medan listrik, maka sebaliknya, perubahan medan listrik<span lang="IN"> dapat menyebabkan medan magnet.”</span><br /><br /><span style="font-weight: bold;">Gelombang Stationer</span><br />gelombang stationer adalah gelombang yang memiliki amplitudo yang berubah – ubah antara nol sampai nilai maksimum tertentu.<br />Gelombang stasioner dibagi menjadi dua, yaitu gelombang stasioner akibat pemantulan pada ujung terikat dan gelombang stasioner pada ujung bebas.<br /><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRIW9X1XXw4f3Mc8JZZYWeLYSkJ_5iztVTt6Q6_BOBNTUk3eLlSAqZ9jNWRBwsNn64_jQNbhleOKoNx6EB5LR2cy5TOE_Pp9RgfzcuHVsMeSD9An8SYIhfskJne95Wr6y9XUfwdK9R1y90/s1600/stas+uj.terikat.jpeg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 256px; height: 174px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRIW9X1XXw4f3Mc8JZZYWeLYSkJ_5iztVTt6Q6_BOBNTUk3eLlSAqZ9jNWRBwsNn64_jQNbhleOKoNx6EB5LR2cy5TOE_Pp9RgfzcuHVsMeSD9An8SYIhfskJne95Wr6y9XUfwdK9R1y90/s320/stas+uj.terikat.jpeg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5524859698823618514" border="0" /></a><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />gambar diatas adalah gambar gelombang stationer pada ujung terikat<br /><br /><br /><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgypD2tn4LkLVJevCWFmMA3H5PCfWtuF3BVZOHqeKHVSq8QV7Y1EInb0uQgpDG2dukrfLpQVQH6rc6FFsF5sg1ao7rmaC9QP3eAt0yEEzMNVLFSFtBVoRfQSmjDBe5Y57UfE07iC_IAruA6/s1600/stas+uj.bebas.jpeg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 272px; height: 185px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgypD2tn4LkLVJevCWFmMA3H5PCfWtuF3BVZOHqeKHVSq8QV7Y1EInb0uQgpDG2dukrfLpQVQH6rc6FFsF5sg1ao7rmaC9QP3eAt0yEEzMNVLFSFtBVoRfQSmjDBe5Y57UfE07iC_IAruA6/s320/stas+uj.bebas.jpeg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5524860448580472258" border="0" /></a><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />sedangkan gambar diatas ini adalah gambar gelombang stationer pada ujung bebas.<br /><br />Seutas tali yang panjangnya l m kita ikat ujungnya pada satu tiang sementara ujung lainnya kita biarkan, setela itu kita goyang ujung yang bebas itu keatas dan kebawah berulang – ulang. Saat tali di gerakkan maka gelombang akan merambat dari ujung yang bebas menuju ujung yang terikat, gelombang ini disebut sebagai gelombang dating. Ketika gelombang dating tiba diujung yang terikat maka gelombang ini akan dipantulkan sehingga terjadi interferensi gelombang.<br />Untuk menghitung waktu yang diperlukan gelombang untuk merambat dari titik 0 ke titik P adalah (l- x)/v . sementara itu waktu yang diperlukan gelombang untuk merambat dari titik 0 menuju titik P setelah gelombang mengalami pemantulan adalah(l+x)/v , kita dapat mengambil persamaan dari gelombang dating dan gelombang pantul sebagai berikut:<br /><br /><br /><b>y<sub>1</sub>= A sin 2π/T (t- (l-x)/v) untuk gelombang datang,</b><p> </p><b>y<sub>2</sub>= A sin 2π/T (t- (l+x)/v+ 180<sup>0</sup>) untuk gelombang pantul</b><br /><br />sehingga untuk hasil interferensi gelombang datang dan gelombang pantul di titik P yang berjarak x dari ujung terikat adalah sebagai berikut: <p><br />y = y<sub>1</sub>+ y<sub>2</sub><br />=A sin 2π (t/T- (l-x)/λ)+ A sin2π(t/T- (1+x)/λ+ 180<sup>0</sup> )<br />Dengan menggunakan aturan sinus maka penyederhanaan rumus menjadi:<br />sin A + sin B = 2 sin 1/2 (A+B) - cos1/2 (A-B) </p><p><br /><b>Menjadi:</b><br />y= 2 A sin (2π x/λ ) cos 2π (t/T - l/λ)<br />y= 2 A sin kx cos (2π/T t - 2πl/λ)<br /></p><p><b>Rumus interferensi</b><br /></p><p><b>y= 2 A sin kx cos (ωt- 2πl/λ)</b><br /></p><p><b>Keterangan :</b><br />A = amplitude gelombang datang atau pantul (m)<br />k = 2π/λ<br />ω = 2π/T (rad/s)<br />l = panjang tali (m)<br />x = letak titik terjadinya interferensi dari ujung terikat (m)<br />λ = panjang gelombang (m)<br />t = waktu sesaat (s)<br />Ap = besar amplitude gelombang stasioner (AP)<br />Ap = 2 A sin kx<br />Jika kita perhatikan gambar pemantulan gelombang diatas , gelombang yang terbentuk adalah gelombang transversal yang memiliki bagian – bagian diantaranya perut dan simpul gelombang. Perut gelombang terjadi saat amplitudonya maksimum sedangkan simpul gelombang terjadi saat amplitudonya minimum. Dengan demikian kita akan dapat mencari letak titik yang merupakan tempat terjadinya perut atau simpul gelombang.<br /><br />T<b>empat simpul (S) dari ujung pemantulan</b><br />S=0,1/2 λ,λ,3/2 λ,2λ,dan seterusnya<br />=n (1/2 λ),dengan n=0,1,2,3,…. </p><p><b>Tempat perut (P) dari ujung pemantulan</b><br />P= 1/4 λ,3/4 λ,5/4 λ,7/4 λ,dan seterusnya<br />=(2n-1)[1/4 λ],dengan n=1,2,3,….</p><h2><span class="mw-headline"> Gelombang Berjalan </span></h2> <p> Amplitudo pada tali yang digetarkan terus menerus akan selalu tetap, oleh karenanya gelombang yang memiliki amplitudo yang tetap setiap saat disebut gelombang berjalan.<br />Misalkan seutas tali kita getarkan ke atas dan ke bawah berulang-ulang seperti pada Gambar disamping ini. Titik P berjarak x dart titik 0 (sumber getar), Ketika titik 0 bergetar maka getaran tersebut merambat hingga ke titik P,Waktu yang diperlukan oleh gelombang untuk merambat dari titik o ke titik P adalah x / v dengan demikian bila titik 0 telah bergetar selama t detik maka titik p telah bergetar selama tP dengan </p><p><br /><b>t<sub>p</sub>= t- x/v</b><br /></p><br />Berdasarkan uraian diatas maka akan didapatkan persamaan simpangan gelombang, sebagai berikut:<br /><br /><b>y=A sin 2π/T t<br /><br /><br /></b>desianaputripermanahttp://www.blogger.com/profile/18033096004955827275noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1636585790385590591.post-38568334307622548392010-06-19T06:57:00.014+07:002010-06-19T08:32:11.880+07:00TERMODINAMIKA<span style="font-size:130%;"><span style="font-weight: bold;">A. Usaha dan hukum I termodinamika<br /></span> </span>Termodinamika merupakan ilmu yang mempelajari hubungan kalor dan bentuk lain dari energi. Kalor bergerak secara alami dari materi yang lebih panas ke materi yang lebih dingin .Contohnya lemari es ,panas secara terus menerus diambil dari ruangan dalam yang dingin dan dibuang ke udara luar yang lebih panas ,itu sebabnya bagian samping dan belakang biasanya hangat .<br />Dalam termodinamika dikenal dengan istilah sistem dan lingkungan .Sistem merupakan benda yang akan diteliti dan lingkungan merupakan semua benda yang ada dialam .<br /><br /><br /><span style="font-weight: bold;">Energi dalam</span><br />Suatu gas yang berada dalam suhu tertentu dikatakan memiliki energi dalam. Energi dalam gas berkaitan dengan suhu gas tersebut dan merupakan sifat mikroskopik gas tersebut. Meskipun gas tidak melakukan atau menerima usaha, gas tersebut dapat memiliki energi yang tidak tampak tetapi terkandung dalam gas tersebut yang hanya dapat ditinjau secara mikroskopik. <p class="MsoNormal">Berdasarkan teori kinetik gas, gas terdiri atas partikel-partikel yang berada dalam keadaan gerak yang acak. Gerakan partikel ini disebabkan energi kinetik rata-rata dari seluruh partikel yang bergerak. Energi kinetik ini berkaitan dengan suhu mutlak gas. Jadi, energi dalam dapat ditinjau sebagai jumlah keseluruhan energi kinetik dan potensial yang terkandung dan dimiliki oleh partikel-partikel di dalam gas tersebut dalam skala mikroskopik. Dan, energi dalam gas sebanding dengan suhu mutlak gas. Oleh karena itu, perubahan suhu gas akan menyebabkan perubahan energi dalam gas. Secara matematis, perubahan energi dalam gas dinyatakan sebagai</p> <p class="MsoNormal">untuk gas monoatomik</p><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbSW2j6nPxseR74fotYe2genngtOnPe4WjT67bsL1lHT7hSyjVvGfbuuD2j413gr49pkK_1UnKGc0VKgJy0MLGXe5cgmL7EW91MdcKgRQBfDYzZoaHJHgfxO71xge40wT3qQnHvXJWGo-M/s1600/monoatomik.gif"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 88px; height: 38px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbSW2j6nPxseR74fotYe2genngtOnPe4WjT67bsL1lHT7hSyjVvGfbuuD2j413gr49pkK_1UnKGc0VKgJy0MLGXe5cgmL7EW91MdcKgRQBfDYzZoaHJHgfxO71xge40wT3qQnHvXJWGo-M/s320/monoatomik.gif" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5484272165344966418" border="0" /></a><br /><br /><br />untuk gas diatomik<br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXCpTHUp_NImYbL2y2LSHUrLnvr6PRl8F3W6MzwNr6BgP5L-prK50fjoGTgiQHe9LZmidE_0e-P-_SwurVsiqRjYV0QKaDKPZgadpClhEkLiRYG-lKVbWEKOzDm7eYcoLSo8w5XoSGymTg/s1600/diatonik.gif"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 88px; height: 38px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXCpTHUp_NImYbL2y2LSHUrLnvr6PRl8F3W6MzwNr6BgP5L-prK50fjoGTgiQHe9LZmidE_0e-P-_SwurVsiqRjYV0QKaDKPZgadpClhEkLiRYG-lKVbWEKOzDm7eYcoLSo8w5XoSGymTg/s320/diatonik.gif" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5484272390488961794" border="0" /></a><br /><br /><br />Dimana perubahan energi dalam <span style=";font-family:";font-size:12pt;" ><em></em></span> <span style=";font-family:";font-size:12pt;" ><em></em></span> <span style="position: relative; top: 3pt;"><!--[if gte vml 1]> <![endif]--><!--[if !vml]--><!--[endif]--></span><!--[if gte mso 9]> <![endif]--><span style="font-size:100%;">a</span>dalah perubahan energi dalam gas, <em>n</em> adalah jumlah mol gas, <em>R</em> adalah konstanta umum gas (<em>R</em> = 8,31 J mol<sup>−1</sup> K<sup>−1</sup>, d<span style="font-size:100%;">an perubahan suhu</span><span style=";font-family:";font-size:12pt;" ><em> </em></span><span style="font-size:100%;">ada</span>lah perubahan suhu gas (dalam kelvin).<br /><br /><br /><strong>Hukum I Termodinamika</strong> <p class="MsoNormal">Jika kalor diberikan kepada sistem, volume dan suhu sistem akan bertambah (sistem akan terlihat mengembang dan bertambah panas). Sebaliknya, jika kalor diambil dari sistem, volume dan suhu sistem akan berkurang (sistem tampak mengerut dan terasa lebih dingin). Prinsip ini merupakan hukum alam yang penting dan salah satu bentuk dari hukum kekekalan energi.</p><p class="MsoNormal">Sistem yang mengalami perubahan volume akan melakukan usaha dan sistem yang mengalami perubahan suhu akan mengalami perubahan energi dalam. Jadi, kalor yang diberikan kepada sistem akan menyebabkan sistem melakukan usaha dan mengalami perubahan energi dalam. Prinsip ini dikenal sebagai hukum kekekalan energi dalam termodinamika atau disebut hukum I termodinamika. Secara matematis, hukum I termodinamika dituliskan sebagai<span style="font-style: italic;"><br /></span></p><p class="MsoNormal">perubahan kalor (Q)=perubahan usaha(W)+ perubahan energi dalam(U)<br /></p><span style=";font-family:";font-size:12pt;" ><em></em></span> <span style=";font-family:";font-size:12pt;" ><em></em></span> <span style="position: relative; top: 3pt;"><!--[if gte vml 1]> <![endif]--><!--[if !vml]--><!--[endif]--></span><!--[if gte mso 9]> <![endif]--><p class="MsoNormal">Dimana <em>Q</em> adalah kalor, <em>W</em> adalah usaha, dan <span style="position: relative; top: 3pt;"><!--[if gte vml 1]> <![endif]--><!--[if !vml]--><!--[endif]--></span><!--[if gte mso 9]> <![endif]--><span style=";font-family:";font-size:12pt;" ><em> </em></span>adalah perubahan energi dalam. Secara sederhana, hukum I termodinamika dapat dinyatakan sebagai berikut.</p> <p class="MsoNormal"><em>Jika suatu ben</em><em>da (misa</em><em>lnya k</em><em>rupuk) dipanaskan (atau digoreng) yang berarti diberi kalor Q, benda (krupuk) akan mengembang atau bertambah volumenya yang berarti melakukan usaha W dan benda (krupuk) akan bertambah panas (co</em><em>ba aja dipegang, pasti panas deh</em>!<em>) yang berarti me</em><em>ngalami perubahan energi dalam </em><span style="position: relative; top: 3pt;"><!--[if gte vml 1]> <![endif]--><!--[if !vml]--><!--[endif]--></span><!--[if gte mso 9]> <![endif]-->.</p><p class="MsoNormal"><br /><em></em></p> <p class="MsoNormal"><strong>Proses Isotermik</strong></p><p class="MsoNormal">Suatu sistem dapat mengalami proses termodinamika dimana terjadi perubahan-perubahan di dalam sistem tersebut. Jika proses yang terjadi berlangsung dalam suhu konstan, proses ini dinamakan proses isotermik. Karena berlangsung dalam suhu konstan, tidak terjadi perubahan energi dalam<span style="font-size:100%;"> (</span><span style="position: relative; top: 3pt;font-size:100%;" ><!--[if gte vml 1]> <![endif]--><!--[if !vml]--><!--[endif]--></span><!--[if gte mso 9]> <![endif]--><span style=";font-family:";font-size:100%;" ><em> </em></span>perubahan energi dalam = 0) dan berdasarkan hukum I termodinamika kalor yang diberikan sama dengan usaha yang dilakukan sistem (<em>Q</em> = <em>W</em>).</p> <p class="MsoNormal">Proses isotermik dapat digambarkan dalam grafik <em>p</em> – <em>V</em> di bawah ini. Usaha yang dilakukan sistem dan kalor dapat dinyatakan sebagai</p><p class="MsoNormal"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSLQOZ8GTGnBiRP_9y6r3Qw6y4ahmFdO9y18djmJouE-QkQbYK4ARSmHmPTT7Njjo_0jpwSH5XnrWMQ9Y4BW0CL35AiJThL9iVrxpJO0mU-CGLTWVB7drNqjJ6SN7ekEFoPlC_VFH6yXhL/s1600/isoter.gif"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 129px; height: 42px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSLQOZ8GTGnBiRP_9y6r3Qw6y4ahmFdO9y18djmJouE-QkQbYK4ARSmHmPTT7Njjo_0jpwSH5XnrWMQ9Y4BW0CL35AiJThL9iVrxpJO0mU-CGLTWVB7drNqjJ6SN7ekEFoPlC_VFH6yXhL/s320/isoter.gif" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5484273519919729538" border="0" /></a></p> <p class="MsoNormal"><br /></p><p class="MsoNormal"><br /></p><p class="MsoNormal"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSGaIuWbJoMPdoDLHnl4czMrUw8yEA_Lmct12aTUnJmHKln18ohxSuF0aSXAV839K1mL6Wwut8IMFnlfjqUxPa3hG5m9FBJCSmciY8UnfX7l5_a3mwKQiEpbhLcpQAGnw7LDEqyYNLfO69/s1600/gambar+isoter.png"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 262px; height: 299px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSGaIuWbJoMPdoDLHnl4czMrUw8yEA_Lmct12aTUnJmHKln18ohxSuF0aSXAV839K1mL6Wwut8IMFnlfjqUxPa3hG5m9FBJCSmciY8UnfX7l5_a3mwKQiEpbhLcpQAGnw7LDEqyYNLfO69/s320/gambar+isoter.png" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5484274921226388066" border="0" /></a></p> <p class="MsoNormal"><strong><br /></strong></p><p class="MsoNormal"><strong><br /></strong></p><p class="MsoNormal"><strong><br /></strong></p><p class="MsoNormal"><strong><br /></strong></p><p class="MsoNormal"><strong><br /></strong></p><p class="MsoNormal"><strong><br /></strong></p><p class="MsoNormal"><strong><br /></strong></p><p class="MsoNormal"><strong><br /></strong></p><p class="MsoNormal"><strong><br /></strong></p><p class="MsoNormal"><strong><br /></strong></p><p class="MsoNormal"><strong><br /></strong></p><p class="MsoNormal"><strong>Proses Isokhorik</strong></p> <p class="MsoNormal">Jika gas melakukan proses termodinamika dalam volume yang konstan, gas dikatakan melakukan proses isokhorik. Karena gas berada dalam volume konstan (perubahan kalor= perubahan energi dalam ), gas tidak melakukan usaha (<em>W</em> = 0) dan kalor yang diberikan sama dengan perubahan energi dalamnya. Kalor di sini dapat dinyatakan sebagai kalor </p> <p class="MsoNormal">gas pada volume konstan <em>Q<sub>V</sub></em>.</p> <span> </span><em>Q<sub>V</sub></em> = perubahan energi dalam<br /><br /><strong><br /><br />Proses Isobarik</strong> <p class="MsoNormal">Jika gas melakukan proses termodinamika dengan menjaga tekanan tetap konstan, gas dikatakan melakukan proses isobarik. Karena gas berada dalam tekanan konstan, gas melakukan usaha (<em>W</em> = <em>p.perubahan volume</em><span style=";font-family:";font-size:12pt;" ><em></em></span><span style="position: relative; top: 3pt;"><!--[if gte vml 1]> <![endif]--><!--[if !vml]--><!--[endif]--></span><!--[if gte mso 9]> <![endif]-->). Kalor di sini dapat dinyatakan sebagai kalor gas pada tekanan konstan <em>Q<sub>p</sub></em>. Berdasarkan hukum I termodinamika, pada proses isobarik berlaku</p> <p class="MsoNormal"><span> </span><span style="position: relative; top: 7pt;"><!--[if gte vml 1]> <![endif]--><!--[if !vml]--><!--[endif]--></span><!--[if gte mso 9]> <![endif]--><span> </span></p> <p class="MsoNormal"><img class="aligncenter size-full wp-image-276" title="pers05" src="http://aktifisika.files.wordpress.com/2009/02/pers05.gif?w=85&h=24" alt="pers05" width="85" height="24" />Sebelumnya telah dituliskan bahwa perubahan energi dalam sama dengan kalor yang diserap gas pada volume konstan</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span> </span><em>Q<sub>V</sub></em> =perubahan energi dalam</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style=";font-family:";font-size:12pt;" ><em></em></span> <span style="position: relative; top: 3pt;"><!--[if gte vml 1]> <![endif]--><!--[if !vml]--><!--[endif]--></span><!--[if gte mso 9]> <![endif]--></p> <p class="MsoNormal">Dari sini usaha gas dapat dinyatakan sebagai</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span> </span><em>W</em> = <em>Q<sub>p</sub></em> − <em>Q<sub>V</sub></em> <span> </span></p> <p class="MsoNormal">Jadi, usaha yang dilakukan oleh gas (<em>W</em>) dapat dinyatakan sebagai selisih energi (kalor) yang diserap gas pada tekanan konstan (<em>Q<sub>p</sub></em>) dengan energi (kalor) yang diserap gas pada volume konstan (<em>Q<sub>V</sub></em>).</p><p class="MsoNormal"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghkyW48EIj7p0BxkMOmq92faSm4HUQMuJCR-ETGnQoqjzgaMOqCTCYvb7wtjWLZHc1KVdP9WH8oyUFNnmxH-5gFS5QI8rkRaBllY_NXaLY_N-6HY2blLyNqfgrc9rQ6Y-vlRWEwmy0aJhf/s1600/isobar.gif"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 258px; height: 189px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghkyW48EIj7p0BxkMOmq92faSm4HUQMuJCR-ETGnQoqjzgaMOqCTCYvb7wtjWLZHc1KVdP9WH8oyUFNnmxH-5gFS5QI8rkRaBllY_NXaLY_N-6HY2blLyNqfgrc9rQ6Y-vlRWEwmy0aJhf/s320/isobar.gif" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5484276757865156914" border="0" /></a></p><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><strong>Proses Adiabatik</strong> <p class="MsoNormal">Dalam proses adiabatik tidak ada kalor yang masuk (diserap) ataupun keluar (dilepaskan) oleh sistem (<em>Q</em> = 0). Dengan demikian, usaha yang dilakukan gas sama dengan perubahan energi dalamnya (<em>-perubahan usaha = </em>perubahan energi dalam<span style=";font-family:";font-size:12pt;" ><em></em></span><span style="position: relative; top: 3pt;"><!--[if gte vml 1]> <![endif]--><!--[if !vml]--><!--[endif]--></span><!--[if gte mso 9]> <![endif]-->)</p> <p class="MsoNormal">Jika suatu sistem berisi gas yang mula-mula mempunyai tekanan dan volume masing-masing <em>p</em><sub>1</sub> dan <em>V</em><sub>1</sub> mengalami proses adiabatik sehingga tekanan dan volume gas berubah menjadi <em>p</em><sub>2</sub> dan <em>V</em><sub>2</sub>, usaha yang dilakukan gas dapat dinyatakan sebagai</p><br /><p class="MsoNormal"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfGQlYFuMS4i3ecNaghyphenhyphenb-nZCZrHswLECQXbhyphenhyphenpaG8swHGxRSNOdRhTcwrfDdnCezPj6x5ZJns82QsGJsdgTfr1Q4Ex0dIRkauQv-xmKKEJRZDDYX3lp10VcD7p0qG-auG-C-Hvfm1Atio/s1600/adia.gif"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 138px; height: 41px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfGQlYFuMS4i3ecNaghyphenhyphenb-nZCZrHswLECQXbhyphenhyphenpaG8swHGxRSNOdRhTcwrfDdnCezPj6x5ZJns82QsGJsdgTfr1Q4Ex0dIRkauQv-xmKKEJRZDDYX3lp10VcD7p0qG-auG-C-Hvfm1Atio/s320/adia.gif" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5484277222834627730" border="0" /></a></p> <br /><br /><br /><br /><br /><span style="font-size:130%;"><span style="font-weight: bold;"><br />B. Siklus termodinamika dan hukum II termodinamika </span></span><br /><br /><span style="font-size:130%;"><span style="font-weight: bold;">1. Siklus Carnot</span></span><br /><p class="MsoNormal"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjuiqtu5r1tGZtKTe6BkfFzpA5Pyqq-SyuukJFf5grDGZs_LmSIzZrhPjDT0W0lh3MI1a3SQQG9b_0FHwWkHIHaimkSbPN_2n2Gy7ILK6I5PP7b-SqelnVuTrjyiEsYCcBWCwIZ_Jt-WOsM/s1600/siklus+carnot.jpeg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 147px; height: 127px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjuiqtu5r1tGZtKTe6BkfFzpA5Pyqq-SyuukJFf5grDGZs_LmSIzZrhPjDT0W0lh3MI1a3SQQG9b_0FHwWkHIHaimkSbPN_2n2Gy7ILK6I5PP7b-SqelnVuTrjyiEsYCcBWCwIZ_Jt-WOsM/s320/siklus+carnot.jpeg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5484280948542370306" border="0" /></a></p><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Berdasarkan sifatnya siklus dibagi menjadi 2 ,yaitu siklus reversible (dapat balik) dan siklus irreversible (tidak dapat balik). Siklus carnot termasuk siklus reversible.<br />- pada proses A-B terjadi ekspansi isotermik<br />- pada proses B-C terjadi ekspansi adiabatik<br />- pada proses C-D terjadi pemampatan isotermik<br />- pada proses D-A terjadi pemampatan adiabatik<br /><p>Mesin kalor dan mesin pendingin menggunakan siklus energi kalor secara spontan dan tidak spontan. Jika mesin kalor kalor menyerap energi <img src="http://l.wordpress.com/latex.php?latex=%5Cbf%7BQ_1%7D&bg=ffffff&fg=333333&s=0" alt="\bf{Q_1}" title="\bf{Q_1}" class="latex" /> dari benda bersuhu tinggi ~ sebab <img src="http://l.wordpress.com/latex.php?latex=%5Cbf+secara+%5C+spontan+%5C+kalor+%5C+melepaskan+%5C+panas+%5C+atau+%5C+energinya+%5C+pada+%5C+suhu+%5C+tinggi&bg=ffffff&fg=333333&s=0" alt="\bf secara \ spontan \ kalor \ melepaskan \ panas \ atau \ energinya \ pada \ suhu \ tinggi" title="\bf secara \ spontan \ kalor \ melepaskan \ panas \ atau \ energinya \ pada \ suhu \ tinggi" class="latex" /> dan benda yang bersuhu rendah akan secara spontan menyerap energi tersebut. Benda bersuhu rendah dinyatakan mempunyai energi sebesar <img src="http://l.wordpress.com/latex.php?latex=%5Cbf%7BQ_2%7D&bg=ffffff&fg=333333&s=0" alt="\bf{Q_2}" title="\bf{Q_2}" class="latex" />. </p> <p>Berdasar prinsip mesin pemanas tersebut, maka</p> <p> perhitungan efisiensi mesin panas menjadi :<br /></p><img src="http://l.wordpress.com/latex.php?latex=%5Ceta+%3D+%5Cfrac%7BQ_1-Q_2%7D%7BQ_1%7D+&bg=ffffff&fg=333333&s=2" alt="\eta = \frac{Q_1-Q_2}{Q_1} " title="\eta = \frac{Q_1-Q_2}{Q_1} " class="latex" /> x 100%<br /><br /><br />Efisiensi mesin pendingin Carnot adalah sebagai berikut :<br /><br />K=Q2/Q1-Q2<br /><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/HP/LOCALS%7E1/Temp/moz-screenshot.png" alt="" /><br />karena <img src="http://l.wordpress.com/latex.php?latex=%5Cbf%7BQ_1%7D&bg=ffffff&fg=333333&s=0" alt="\bf{Q_1}" title="\bf{Q_1}" class="latex" /> selalu lebih besar nilainya dari <img src="http://l.wordpress.com/latex.php?latex=%5Cbf%7BQ_2%7D&bg=ffffff&fg=333333&s=0" alt="\bf{Q_2}" title="\bf{Q_2}" class="latex" /> maka hasil pembagian fungsi tersebut selalu lebih dari angka 1.<br /><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/HP/LOCALS%7E1/Temp/moz-screenshot-1.png" alt="" /><br /><br /><span style="font-weight: bold;font-size:130%;" >2. Siklus Otto</span><br /><br />Siklus mesin bakar atau biasa disebut siklus Otto ..<br /><p class="MsoNormal"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgAWf6Y2lxXUIJvseAurf0AXRq2EvgxSqA4cm_kcGDMcKDRkdg-QKqofafvKJVD3mhfrWHgy6W5Vt14KeGBaOAs2FQZGVuC7zmYKz7qX0caPNwBlKQfdVhIieIyEjPkO_Q1bNRV7UtfNk2g/s1600/200px-Stirling_Cycle.png"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 200px; height: 200px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgAWf6Y2lxXUIJvseAurf0AXRq2EvgxSqA4cm_kcGDMcKDRkdg-QKqofafvKJVD3mhfrWHgy6W5Vt14KeGBaOAs2FQZGVuC7zmYKz7qX0caPNwBlKQfdVhIieIyEjPkO_Q1bNRV7UtfNk2g/s320/200px-Stirling_Cycle.png" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5484285151214576930" border="0" /></a></p><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />- pada proses 1-2 terjadi pemampatan adiabatik<br />- pada proses 2-3 terjadi isokhorik<br />- pada proses 3-4 terjadi ekspansi adiabatik<br />- pada proses 4-1 terjadi iskhorik<br /><br />Usaha yang dilakukan sistem pada siklus Otto adalah :<br />W= Q1 - Q2<br /><br />Efisiensi siklus Otto adalah :<br />efisiensi= 1 - Q2/Q1<br /><br /><br /><br /><span style="font-size:130%;"><span style="font-weight: bold;">3. Siklus Diesel</span></span><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBg8sfTPIYPbCYbMSlP4Puqbi0cVjecz7hRNV1DdEibojJhzrFdNawHyG7DOKk-lLLaA3SAVlEzbpvHehyzsPF4xG8T-V_2F9dcQT47ZnDTLgf4rh4FYtwOxaqeBnd8AVAiVSfH8K-Xhwv/s1600/diesel.gif"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 319px; height: 320px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBg8sfTPIYPbCYbMSlP4Puqbi0cVjecz7hRNV1DdEibojJhzrFdNawHyG7DOKk-lLLaA3SAVlEzbpvHehyzsPF4xG8T-V_2F9dcQT47ZnDTLgf4rh4FYtwOxaqeBnd8AVAiVSfH8K-Xhwv/s320/diesel.gif" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5484287376472686834" border="0" /></a><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />- pada proses 1-3 terjadi pemampatan adiabatik<br />- pada proses 3-3a langkah daya pertama ekspansi isobarik<br />- pada proses 3a-4 terjadi ekspansi adiabatik<br />- pada proses 4-1 terjadi penurunan suhu<br /><br /><br /><span style="font-size:130%;"><span style="font-weight: bold;">4. Siklus Rankine</span></span><br /><br />Siklus mesin uap disebut juga siklus Rankine.<br /><br /><p class="MsoNormal"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgiLqx7YrKH39OmnTQ079xOYKStWf87NDAPMxeA_ezCsbswXZ_79a_2Ln2LKnA6EVNW4OT1Y5wnrdhowUQC_hjNao6wB_IZjBjAD7tB6d9Zr3Ohc3TC_5I5pBtdGsJy_2YQKOCjTUsBoPQt/s1600/siklus-renkin.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 320px; height: 279px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgiLqx7YrKH39OmnTQ079xOYKStWf87NDAPMxeA_ezCsbswXZ_79a_2Ln2LKnA6EVNW4OT1Y5wnrdhowUQC_hjNao6wB_IZjBjAD7tB6d9Zr3Ohc3TC_5I5pBtdGsJy_2YQKOCjTUsBoPQt/s320/siklus-renkin.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5484290298473108370" border="0" /></a></p>desianaputripermanahttp://www.blogger.com/profile/18033096004955827275noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1636585790385590591.post-58714718725233198712010-06-19T06:12:00.003+07:002010-06-19T06:56:12.385+07:00TEORI KINETIK GAS<span style="font-size:130%;"><span style="font-weight: bold;">A. Teori gas ideal<br /></span><span style="font-size:100%;">Mengapa balon bisa meletus ?hal ini terjadi karena 2 hal ,yaitu danya kenaikan suhu dan naiknya tekanan gas didalam balon .Apabila balon diletakkan dibawah sinar matahari dakam waktu yang lama balon ini akan pecah .Hal ini disebabkan oleh 2 hal yang tadi telah disebutkan .<br />Teori kinetik adalah teori yang menjelaskan sistem-sistem fisis dengan menganggap bahwa sistem-sistem fisisterdiri atas sejumlah besar molekul yang bergerak sangat cepat .Teori kinetik gas adalah teori kinetik yang digunakan untuk menjelaskan sifat-sifat suatu gas .Teori kinetik gas meninjau sifat zat secara keseluruhan sebag</span></span><span style="font-size:130%;"><span style="font-size:100%;">ai hasil rata-rata partikel tersebut .<br /><br />Sifat-sifat gas ideal ,sebagai berikut :<br />1. Gas terdiri atas partikel dalam jumlah banyak yang disebut molekul<br />2. Partikelnya bergerak bebas (3 dimensi)<br />3. Tidak ada gaya tarik menarik antar partikel karena jaraknya yang jauh .Akan ada gaya tarik menarik antar partikel jika terjadi tumbukan lenting sempurna<br />4. Partikel berbentuk molekul yang berupa bola pejal<br />5. Selang waktu tumbukan sangat cepat<br />6. Kecepatannya tetap<br />7.berlakunya hukum Newton tentang gerak<br /></span></span><br /><span style="font-size:130%;"><span style="font-size:100%;">Kondisi suatu gas ditentukan oleh faktor tekanan , suhu dan volume .Dalam proses isitermik (suhu tetap), tekanan gas ideal berbanding terbalik dengan volumenya atau perkalian antara tekanan dengan volume adalah konstan .<br />Pernyataan tersebut dikenal dengan hukum Boyle dan dirumuskan sebagai berikut ;<br /><br />P.V=konstan (suhu tidak berubah)<br />atau<br />P1.V1=P2=V2<br /><br /><br />Persamaan gas ideal : </span></span><p style="text-align: justify;"><strong>PV </strong><strong>= </strong><strong>nRT<br /></strong></p><p style="text-align: justify;"><strong><span style="font-weight: normal;">keterangan :</span></strong></p><p style="text-align: justify;"><strong><span style="font-weight: normal;">P= tekanan</span></strong></p><p style="text-align: justify;"><strong><span style="font-weight: normal;">V= volume</span></strong></p><p style="text-align: justify;"><strong><span style="font-weight: normal;">n= jumlah mol gas</span></strong></p><p style="text-align: justify;"><strong><span style="font-weight: normal;">R= konstanta umum gas (</span></strong><strong><span style="font-weight: normal;">0.0821)</span></strong></p><p style="text-align: justify;"><strong><span style="font-weight: normal;">T= suhu + 273</span></strong></p><p style="text-align: justify;"><br /><strong></strong></p><p style="text-align: justify;"><strong><span style="font-weight: normal;">Hukum Boyle-Gay Lusac</span><br /></strong></p><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKtzZwDNJ7XjYclsI120hKnwwGkMCxR7rXh0S73UJfODnAqxicRjZJiPz_k_OBNLfpBNE-G0h1x6-PiNwovuvteug6zziACn6XPkoEI8ykLqjSL5dA3qpilUQvcv6hNWcTkzQjjT3D0mv7/s1600/perb+2.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 257px; height: 100px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKtzZwDNJ7XjYclsI120hKnwwGkMCxR7rXh0S73UJfODnAqxicRjZJiPz_k_OBNLfpBNE-G0h1x6-PiNwovuvteug6zziACn6XPkoEI8ykLqjSL5dA3qpilUQvcv6hNWcTkzQjjT3D0mv7/s320/perb+2.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5484264427029908322" border="0" /></a><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><p style="text-align: justify;">Keterangan :</p> <p style="text-align: justify;">P<sub>1</sub> = tekanan awal (Pa atau N/m<sup>2</sup>)</p> <p style="text-align: justify;">P<sub>2</sub> = tekanan akhir (Pa atau N/m<sup>2</sup>)</p> <p style="text-align: justify;">V<sub>1</sub> = volume awal (m<sup>3</sup>)</p> <p style="text-align: justify;">V<sub>2</sub> = volume akhir (m<sup>3</sup>)</p> <p style="text-align: justify;">T<sub>1</sub> = suhu awal (K)</p> <p style="text-align: justify;">T<sub>2</sub> = suhu akhir (K)</p> <p style="text-align: justify;">(Pa = <span class="IL_AD" id="IL_AD5">pascal</span>, N = <span class="IL_AD" id="IL_AD2">Newton</span>, m<sup>2</sup> = meter kuadrat, m<sup>3</sup> = meter kubik, K = Kelvin)</p> <p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><br /><span style="font-size:130%;"><span style="font-size:100%;"><br /><span style="font-weight: bold;"></span></span><span style="font-weight: bold;"></span></span>desianaputripermanahttp://www.blogger.com/profile/18033096004955827275noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1636585790385590591.post-37485972478451440322010-03-15T15:44:00.022+07:002010-06-19T06:12:00.965+07:00FLUIDA<span style="font-weight: bold;font-size:130%;" >Pengertian Fluida</span><br /><br /><p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; color: rgb(0, 0, 0);"><span style="" lang="ES">Fluida adalah zat yang dapat mengalir a</span><span style="" lang="ES">tau sering disebut Zat Alir.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; color: rgb(0, 0, 0);"><span style="" lang="ES">Jadi perkataan fluida dapat mencakup zat cair atau gas.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; color: rgb(0, 0, 0);"><span style="" lang="ES">Antara zat cair </span><span style="" lang="ES">dan gas dapat dibedakan :<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; color: rgb(0, 0, 0);"><span style="" lang="ES">Zat cair adalah Flu</span><span style="" lang="ES">ida yang non kompresibel (tidak dapat ditekan) artinya tidak berubah volumenya jika mendapat tekanan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; color: rgb(0, 0, 0);"><span style="" lang="SV">Gas adalah fluida yang kompresibel, artinya dapat ditekan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; color: rgb(0, 0, 0);"><span style="" lang="SV">Pembahasan dalam bab ini hanya dibatasi sampai fluida yang non kompresibel saja.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; color: rgb(0, 0, 0);"><span style="" lang="SV">Bagian dalam fisika yang mempelajari tekanan-tekanan dan gaya-gaya dalam zat cair disebut : HIDROLIKA atau M</span><span style="" lang="SV">EKANIKA FLUIDA yang dapat dibedakan dalam :<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; color: rgb(0, 0, 0);"><span style="" lang="SV">Hidrostatika :</span><span style="" lang="SV"> Mempelajari tentang gaya maupun tekanan di dalam zat cair yang diam.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; color: rgb(0, 0, 0);"><span style="" lang="SV">Hidrodinamika : Mempelajari g</span><span style="" lang="SV">aya-gaya maupun tekanan di dalam zat cair yang<span style=""> </span>bergerak.<o:p></o:p></span></p> <span style="color: rgb(0, 0, 0);" lang="SV">(Juga disebut mekanika fl</span><span style="color: rgb(0, 0, 0);" lang="SV">uida bergerak)</span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 0);" lang="SV"><br /><span style="font-size:130%;"><span style="font-weight: bold;">A. Fluida statik</span></span></span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 0);" lang="SV"><br /></span> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; color: rgb(0, 0, 0);"><b>Statika fluida</b>, kadang disebut juga <b>hidrostatika</b>, adalah cabang <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu" title="Ilmu">ilmu</a> yang mempelajari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Fluida" title="Fluida">fluida</a> dalam keadaan diam, dan merupakan sub-bidang kajian <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mekanika_fluida" title="Mekanika fluida">mekanika fluida</a>. Istilah ini biasanya merujuk pada penerapan matematika pada subyek tersebut. Statika fluida mencakup kajian kondisi fluida dalam keadaan <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kesetimbangan_hidrostatik&action=edit&redlink=1" class="new" title="Kesetimbangan hidrostatik (halaman belum tersedia)">kesetimbangan</a> yang <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Stabil&action=edit&redlink=1" class="new" title="Stabil (halaman belum tersedia)">stabil</a>. Penggunaan fluida untuk melakukan kerja disebut <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hidrolika" title="Hidrolika">hidrolika</a>, dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu" title="Ilmu">ilmu</a> mengenai fluida dalam keadaan bergerak disebut sebagai <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dinamika_fluida" title="Dinamika fluida">dinami</a><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dinamika_fluida" title="Dinamika fluida">ka fluida</a>.</p><br />a. fluida ideal<br />fluida ideal adalah fluida yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :<br />*tidak kompresibel (volumenya tidak berubah karena perubahan tekanan)<br />*berpindah tanpa mengalami gesekan (viskositasnya nol)<br /><br />b. fluida sejati<br />fluida sejati memiliki ciri-ciri sebagai berikut :<br />*kompresibel<br />*berpindah dengan mengalami gaya gesekan (viskositasnya tertentu)<br /><br /><br /><span style="font-size:130%;"><span style="font-weight: bold;">1. Kohesi dan adhesi</span></span><br />Kohesi adalah gaya tarik menarik antar molekul yang sejenis. Adhesi adalah gaya tarik menarik antar molekul yang tidak sejenis. Gaya kohesi dan adhesi mempengaruhi bentuk permukaan zat cair dalam wadahnya , misalnya sebuah tabung reaksi yang berisi cairan air raksa dan sebuah tabung reaksi yang berisi air. Permukaan tabung reaksi yang berisi air raksa berbentuk cekung karena gaya adhesi antar molekul air raksa dan kaca lebih kecil daripada gaya kohesi antar molekul air raksa. Sedangkan permukaan tabung reaksi yang berisi air berbentuk cembung karena gaya adhesi antar molekul air dengan kaca lebih besar daripada gaya kohesi antar molekul air. Permukaan yang berbentuk cekung disebut meniskus cekung dan permukaan yang berbentuk cembung disebut meniskus cembung yang menimbulkan sudut kontak (teta) >90 derajat dan meniskus cekung menimbulkan sudut kontak (teta) <90>Konsep Tegangan Permukaan<br />Sebelum mengenal lebih jauh tentang tegangan permukaan , mari kita melakukan percobaan . Siapkan wadah atau gelas yang berisi air dan siapkan satu penjepit kertas atau klip . Secara perlahan kita masukkan klip kedalam wadah atau gelas tersebut dan lihat apa yang terjadi ?<br />maka klip tersebut akan mengapung di atas permukaan air. Mengapa demikian ? dan mengapa klip tersebut tidak tenggelam ?Ketika klip diletakan secara hati-hati ke atas permukaan air, molekul-molekul air yang terletak di permukaan agak ditekan oleh gaya berat klip tersebut, sehingga molekul-molekul air yang terletak di bawah memberikan gaya pemulih ke atas untuk menopang klip tersebut (ingat kembali elastisitas). Dalam kenyataannya, bukan hanya klip alias penjepit kertas, tetapijuga bisa benda lain seperti jarum. Apabila kita meletakan jarum secara hati-hati di atas permukaan air, maka jarum akan terapung. Adanya tegangan permukaan cairan juga menjadi alasan mengapa serangga bisa mengapung di atas air.<br /><strong></strong>Tegangan permukaan adalah permukaan zat cair yang meregang sehingg cairannya ditutupi seperti suatu lapisan elastis. Tegangan permukaan didefinisikan sebagai perbandingan antara gaya tegangan permukaan dan panjang permukaan.<br /><strong></strong><p style="text-align: justify;"><strong>Persam</strong><strong>a</strong><strong>an</strong><strong> Te</strong><strong>gangan Permukaan</strong></p> <p style="text-align: justify;">Pada pembahasan sebelumnya, kita telah mempelajari konsep tegangan permukaan secara kualitatif (tidak ada persamaan matematis). Kali ini kita tinjau tegangan permukaan secara kuantitatif. Untuk membantu kita menurunkan persamaan tegangan permukaan, kita tinjau sebuah kawatyang dibengkokkan membentuk huruf U. Sebuah kawat lain yang berbentuk lurus dikaitkan pada kedua kaki kawat U, di mana kawat lurus tersebut bisa digerakkan<span style="font-style: italic;">.</span>Jika kawat ini dimasukan ke dalam larutan sabun, maka setelah dikeluarkan akan terbentuk lapisan air sabun pada permukaan kawat tersebut. Mirip seperti ketika dirimu bermain gelembung sabun. Karena kawat lurusbisa digerakkan dan massanya tidak terlalu besar, maka lapisan air sabun akan memberikan gaya tegangan permukaan pada kawat lurus sehingga kawat lurus bergerak ke atas .Untuk mempertahankan kawat lurus tidak bergerak (kawat berada dalam kesetimbangan), maka diperlukan gaya total yang arahnya ke bawah, di mana besarnya gaya total adalah F = w + T. Dalam kesetimbangan, F = gaya tegangan permukaan yang dikerjakan oleh lapisan air sabun pada kawat lurus.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Misalkan panjang kawat lurus adalah l. Karena lapisan air sabun yang menyentuh kawat lurus memiliki dua permukaan, maka gaya tegangan permukaan yang ditimbulkan oleh lapisan air sabun bekerja sepanjang 2l. <em>Tegangan permukaan</em> pada lapisan sabun <em>merupakan perbandingan</em> <em>antara Gaya Tegangan Permukaan (F)</em> dengan panjang permukaan di mana gaya bekerja (d).<br /></p><p style="text-align: justify;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBLKNA6LTs4z7gUxp_sjOwY3T8VFPKcCc9Bry_oxn9VtwxDpGE6Zw86GZ7TJcAJbIjDweKy3FkOlzYyejoUfsGBsGX9YQ1qfT-fW_0XFlt-mV9yb86hyphenhyphenPI1EgyPcle-CndaN_EGLRbv2xk/s1600/tegangan-permukaan-1.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 248px; height: 164px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBLKNA6LTs4z7gUxp_sjOwY3T8VFPKcCc9Bry_oxn9VtwxDpGE6Zw86GZ7TJcAJbIjDweKy3FkOlzYyejoUfsGBsGX9YQ1qfT-fW_0XFlt-mV9yb86hyphenhyphenPI1EgyPcle-CndaN_EGLRbv2xk/s320/tegangan-permukaan-1.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5484104300917023266" border="0" /></a></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Untuk kasus ini, panjang permukaan adalah 2l. Secara matematis, ditulis :</p><p style="text-align: justify;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiIoBRhwxXha2GT7WynyJ6uS-3HgjPkW-MpNYrr-ukAURAK8jKF8qHvWFMsIzSpGcE5tWSrU6JUvZn1_DLnyLVTXhxFdJk__kdZAaZ8Uoide2sYBDzIuzJuzHR_1duE8DOSP3hJFQrm-yFO/s1600/tegangan-permukaan-2.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 213px; height: 185px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiIoBRhwxXha2GT7WynyJ6uS-3HgjPkW-MpNYrr-ukAURAK8jKF8qHvWFMsIzSpGcE5tWSrU6JUvZn1_DLnyLVTXhxFdJk__kdZAaZ8Uoide2sYBDzIuzJuzHR_1duE8DOSP3hJFQrm-yFO/s320/tegangan-permukaan-2.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5484104943743853426" border="0" /></a></p><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /> <p style="text-align: justify;">Karena tegangan permukaan merupakan perbandingan antara <em>Gaya</em><em> tegangan permukaan</em> dengan <em>Satuan</em> <em>panjang</em>, makasatuan tegangan permukaan adalah Newton per meter (N/m) atau dyne per centimeter (dyn/cm).</p><p style="text-align: justify;">1 dyn/cm = 10<sup>-3</sup> N/m = 1 mN/m</p> <p style="text-align: justify;">Berikut ini beberapa nilai <em>Tegangan Permukaan</em> yang diperoleh berdasarkan percobaan.</p><table style="text-align: justify;" width="475" border="1" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody><tr><td width="206"><strong>Zat cair yang</strong> <p><strong>bersentuhan dengan udara</strong></p> </td> <td width="90"><strong>Suh</strong> <strong>u (<sup>o</sup>C)</strong></td> <td width="179"><strong>Tegangan Permukaan</strong> <p><strong>(mN/m = dyn/cm)</strong></p></td> </tr> <tr> <td width="206" valign="top">Air </td> <td width="90">0</td> <td width="179" valign="top">75,60</td> </tr> <tr> <td width="206" valign="top">Air</td> <td width="90">20</td> <td width="179" valign="top">72,80</td> </tr> <tr> <td width="206" valign="top">Air </td> <td width="90">25</td> <td width="179" valign="top">72,20</td> </tr> <tr> <td width="206" valign="top">Air </td> <td width="90">60</td> <td width="179" valign="top">66,20</td> </tr> <tr> <td width="206" valign="top">Air</td> <td width="90">80</td> <td width="179" valign="top">62,60</td> </tr> <tr> <td width="206" valign="top">Air</td> <td width="90">100</td> <td width="179" valign="top">58,90</td> </tr> <tr> <td width="206" valign="top">Air sabun </td> <td width="90">20</td> <td width="179" valign="top">25,00</td> </tr> <tr> <td width="206" valign="top">Minyak Zaitun </td> <td width="90">20</td> <td width="179" valign="top">32,00</td> </tr> <tr> <td width="206" valign="top">Air Raksa</td> <td width="90">20 </td> <td width="179" valign="top">465,00</td> </tr> <tr> <td width="206" valign="top">Oksigen </td> <td width="90">-193</td> <td width="179" valign="top">15,70</td> </tr> <tr> <td width="206" valign="top">Neon </td> <td width="90">-247</td> <td width="179" valign="top">5,15</td> </tr> <tr> <td width="206" valign="top">Helium </td> <td width="90">-269</td> <td width="179" valign="top">0,12</td> </tr> <tr> <td width="206" valign="top">Aseton</td> <td width="90">20</td> <td width="179" valign="top">23,70</td> </tr> <tr> <td width="206" valign="top">Etanol </td> <td width="90">20</td> <td width="179" valign="top">22,30</td> </tr> <tr> <td width="206" valign="top">Gliserin</td> <td width="90">20</td> <td width="179" valign="top">63,10</td> </tr> <tr> <td width="206" valign="top">Benzena</td> <td width="90">20</td> <td width="179" valign="top">28,90</td></tr></tbody></table> <p style="text-align: justify;">Berdasarkan data</p> <p style="text-align: justify;"> Tegangan Permukaan, tampak bahwa suhu mempengaruhi nilai tegangan permukaan fluida.</p> <p style="text-align: justify; font-weight: bold;"><span style="font-size:130%;">3. Tekanan hidrostatik</span></p>Tekanan hidros tatis adalah tekanan yang dilakukan zat cair pada bidang dasar tempatnya. Tekanan adalah gaya per satuan luas yang bekerja pada arah tegak lurus suatu permukaan , demikian rumus tekanan adlah :<br /><br />P=F/A<br /><br />keterangan :<br />P= tekanan<br />F= gaya<br />A= luas permukaan<br /><br /><br /><span style="font-size:100%;">PARADOKS HIDROSTATIS</span><br /><br />Gaya yang bekerja pada dasar sebuah bejana tidak tergantung pa da bentuk bejana dan jumlah zat cair dalam bejana , tetapi tergantung pada luas dasar bejana ( A ), tinggi ( h ) dan massa jenis zat cair ( r )<br />dalam bejana.<br />Ph = r g h<br />Pt = Po + Ph<br />F = P h A = r g V r = m assa jenis zat cair<br />h = tinggi zat cair d ari permukaan<br />g = percepatan gravitasi<br />Pt = tekanan total<br />Po = tekanan uda ra luar<br /><br /><br /><span style="font-size:130%;"><span style="font-weight: bold;">4. Hukum Pascal</span></span><br />Bunyi hukum pascal : <em>tekanan yang diberikan pada fluida dalam suatu tempat tertutup akan diteruskan oleh fluida tersebut ke segala arah dengan sama besar.<br /></em>Aplikasi dalam kehidupan sehari-hari adalah dongkrak hidrolik , pompa hidrolik , alat pengangkat m obil.<br /><br /><br /><p style="text-align: justify;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCIFk-xo6TyXYFy-g4CFkdw_HUdLLGt5V3fMe_ff3wdQMDEDz1DFBI9MjS6844VRNprzgjENrNgSyOmayYoTOMxDSk6tTWXA2ZDPZ1CijebMn0k4jGUel6vf1AE-Aiq9VZZJ7paa1m14l7/s1600/pascal+2.gif"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 261px; height: 262px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCIFk-xo6TyXYFy-g4CFkdw_HUdLLGt5V3fMe_ff3wdQMDEDz1DFBI9MjS6844VRNprzgjENrNgSyOmayYoTOMxDSk6tTWXA2ZDPZ1CijebMn0k4jGUel6vf1AE-Aiq9VZZJ7paa1m14l7/s320/pascal+2.gif" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5484111489315420146" border="0" /></a></p> <p style="text-align: justify;"><br /></p> <p style="text-align: justify;"><br /></p> <p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><br /><br /><br /><br /><br /><br />Permukaan fluida pada kedua kaki bejana berhubungan sama tinggi .Bila kaki 1 mendapatkan luas penampang A1 mendapat gaya F1 dan kaki 2 mendapatkan luas penampang A2 mendapat gaya F2 .. maka berlaku hukum pascal P1=P2<br /><br /><br /><span style="font-size:130%;"><span style="font-weight: bold;">5. Hukum utama hidrostatik</span></span><br />Hukum utama hidrostatik ,berbunyi : tekanan hidrostatik pada sembarang titik yang terletak pada bidang mendatar didalam wadah suatu jenis zat ca ir sejenis dalam keadaan seimbang adalah sama .<br />hukum ut ama hidrostatik berlaku pada pipa U , dan tidak berlaku apabila flida tidak seimbang , bejana diisi fluida yang berbeda dan salah satu bejan a ditutup .<br /><br /><br /><span style="font-size:130%;"><span style="font-weight: bold;">6. Hukum Archimedes</span></span><br /><p>Hukum Archimedes menyatakan sebagai berikut, Sebuah benda yang tercelup sebagian atau seluruhnya ke dalam zat cair akan mengalami gaya ke atas yang besarnya sama dengan berat zat cair yang dipindahkannya.<br />Sebuah benda yang tenggelam seluruhnya atau sebagian dalam suatu fluida akan mendapatkan gaya angkat keatas yang sama besar dengan berat fluida fluida yang dipindahkan. Besarnya gaya ke atas menurut Hukum Archimedes</p> <p> ditulis dalam persamaan :</p> <p>Fa = ρ v g<br /></p> <p>Keterangan :<br /></p> <p>Fa = gaya ke atas (N)<br />V = volume benda yang tercelup (m3)<br />ρ = massa jenis zat cair (kg/m3)<br />g = percepatan gravitasi</p> <p> (N/kg)</p> <p>Hukum ini juga bukan suatu hukum fundamental karena dapat diturunkan dari hukum newton juga.<br />- Bila gaya archimedes sama dengan gaya berat W maka resultan gaya =0 dan benda<br />melayang .<br />- Bila FA>W maka benda akan terdorong keatas akan melayang<br /><w maka="" benda="" akan="" terdorong="" kebawah="" dan="" tenggelam=""></w></p> <p>Jika rapat massa fluida lebih kecil daripada rapat massa balok maka agar balok berada dalam keadaan seimbang,volume zat cair yang dipindahkan harus lebih kecil dari pada volume balok.Artinya tidak seluruhnya berada terendam dalam cairan dengan perkataan lain bendamengapung. Agar benda melayang maka volume zat cair yang dipindahkan harus sama dengan volume balok dan rapat massa cairan sama dengan rapat rapat massa benda.<br />Jika rapat massa benda lebih besar daripada rapat massa fluida, maka benda akan mengalami gaya total ke bawah yang tidak sama dengan nol. Artinya benda akan jatuh tenggelam.<br />Berdasarkan Hukum Archimedes, sebuah benda yang tercelup ke dalam zat cair akan mengalami dua gaya, yaitu gaya gravitasi atau gaya berat (W) dan gaya ke atas (Fa) dari zat cair itu. Dalam hal ini ada tiga peristiwa yang berkaitan dengan besarnya kedua gaya tersebut yaitu seperti berikut.</p> <p>• Tenggelam<br />Sebuah benda yang dicelupkan ke dalam zat cair akan tenggelam jika berat benda (w)<br />lebih besar dari gaya ke atas (Fa).</p>w > Fa<br /><p>ρb X Vb X g > ρa X Va X g<br />ρb > ρa</p> <p>Volume bagian benda yang tenggelam bergantung dari rapat massa zat cair (ρ)</p> <p>• Melayang</p> <p>Sebuah benda yang dicelupkan ke dalam zat cair akan melayang jika berat benda (w)<br />sama dengan gaya ke atas (Fa) atu benda tersebut tersebut dalam keadaan setimbang</p> <p>w = Fa<br />ρb X Vb X g = ρa X Va </p> <p>X g<br />ρb = ρa</p> <p>Pada 2 benda atau lebih yang melayang dalam zat cair akan berlaku :</p>FA)tot = Wtot<br />rc . g (V1+V2+V3+V4+…..) = W1 + W2 + W3 + W4 +….. <p>• Terapung</p> <p>Sebuah benda yang dicelupkan ke dalam zat cair akan terapung jika berat benda (w)<br />lebih kecil dari gaya ke atas (Fa).</p> <p>w = Fa<br /></p> <p>ρb X Vb X g = ρa X </p> <p>Va X g<br /></p> <p>ρb < ρa</p> <p>Misal : Sepotong gabus ditahan pada dasar bejana berisi zat cair, setelah dilepas, gabus<br />tersebut akan naik ke permukaan zat cair (terapung) karena :</p><p>FA > W<br />rc . Vb . g > rb . Vb . g<br />rc $rb</p> <p>Selisih antara Wdan FA disebut gaya naik (Fn).</p> <p>Fn = FA - W</p> <p>Benda terapung tentunya dalam keadaan setimbang, sehingga berlaku :</p> <p>FA’ = W<br /></p> <p>rc . Vb2 . g = rb . Vb . g</p> <p>FA’ = Gaya ke atas yang dialami oleh bagian benda yang tercelup di dalam zat cair.<br />Vb1 = Volume bend</p> <p>a yang berada dipermukaan zat cair.<br />Vb2 = Volume benda yang tercelup di dalam zat cair.<br />Vb = Vb1 + Vb 2<br />FA’ = rc . Vb2 . g</p> <p>Berat (massa) benda terapung = berat (massa) zat cair yang dipindahkan daya apung </p> <p>(bouyancy) ada 3 macam, yaitu :<br />1. Daya apung positif (positive bouyancy) : bila suatu benda mengapung.<br />2. Daya apung negatif (negative bouyancy) : bila suatu benda tenggelam.<br />3. Daya apung netral (neutral bouyancy) : bila benda dapat melayang.</p> <p>Bouyancy adalah suatu faktor yang sangat penting di dalam penyelaman. Selama<br />bergerak dalam air dengan scuba, penyelam harus mempertahankan posisi neutral<br />bouyancy.</p><p>Konsep Melayang, Tenggelam dan Terapung.</p> Kapankah suatu benda dapat terapung, tenggelam dan melayang ?<br />a. Benda dapat terapung bila massa jenis benda lebih besar dari massa jenis zat cair.<br />(miskonsepsi).<br />b. Benda dapat terapung bila massa jenis benda lebih kecil dari massa jenis zat cair.<br />konsepsi ilmiah)<br />c. Benda dapat melayang bila massa jenis benda sama dengan massa jenis zat cair.<br />(konsepsi ilmiah)<br />d. Benda dapat t engge lam bila massa jenis benda lebih besar dari massa jenis zat cair.<br />(konsepsi ilmiah).<br />e. Terapung, me layang dan tenggelam dipengaruhi oleh volume benda. (miskonsepsi).<br />f. Terapung, melayang dan tenggelam dipengaruhi oleh berat dan massa benda<br />(miskonsepsi). <p>Tambahan</p> <p>Mengapa Telur Tenggelam Dalam AirBiasa?Pada saat telurtenggelam dalam air, berlakulah HUKUM ARCHIMEDES…”Benda yang dicelupkan sebagian atau seluruhnya akan mengalami gaya ke atas yang besarnya sama dengan berat zat cair yang dipindahkan.”Mengapa Telur Tenggelam Dalam Air Biasa? Sesuai dengan Hukum Archimedes mengenai prinsip TENGGELAM, maka telur tenggelam dalam air biasa disebabkan karena :</p> <p><br />- W telur > Fa (berat telur > gaya ke atas oleh air)<br />- S telur > S zat cair<br />(berat jenis telur>berat jenis zat cair)</p> <p>dimana rumus berat jenis :<br />S = massa jenis x gravitasi</p> <p>Supaya telur tersebut tidak tenggelam, kita dapat menambahkan garam pada air tersebut.<br /></p><p><br /></p><p style="font-weight: bold;"><span style="font-size:130%;">B. Fluida dinamik</span></p><p>Fluida dinamik</p> <p> adalah fluida yang tidak bergerak .3 hal dasar untuk menyerdehanakan pembahasan fluida dinamik ,sebagai berkut:</p> <p>- Fluida dianggap tidak kompresibel</p><p>- fluida dianggap bergerak tanpa gesekan walaupun ada gerakan (tidak mempunyai kekentalan)<br /></p> <p>- Aliran fluida adalah stationer ,yaitu kecepatan dan arah gerak partikel fluida yang melalui suatu titik tertentu selalu tetap</p> <p><span style="font-size:130%;"><span style="font-weight: bold;">1. Debit</span></span><br /></p> <p>Debit adalah volume fluida tiap satuan wktu yang mengalir dalam pipa .Secara matematis , dinyatakan dengan rumus </p> <p>sebagai berikut :</p><p>Q=V/T</p> <p><br /></p> <p style="font-weight: bold;"><span style="font-size:130%;">2,. Persamaan kontinuitas</span></p><p style="text-align: justify;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTIpoO-u1bEse9-xAFzDEwYvElxC-_fAyfFJnY6VFf2yG0hyphenhyphenO4GmIMAeJGD4axiSKrblKtCDViPao6nMG888c2UTjzUWTvXg6RQLi_ap-QNapZEhHVDOTT0vMHw513y9BUEQGe_l-Rce8M/s1600/5-kontinuitas1.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 280px; height: 126px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTIpoO-u1bEse9-xAFzDEwYvElxC-_fAyfFJnY6VFf2yG0hyphenhyphenO4GmIMAeJGD4axiSKrblKtCDViPao6nMG888c2UTjzUWTvXg6RQLi_ap-QNapZEhHVDOTT0vMHw513y9BUEQGe_l-Rce8M/s320/5-kontinuitas1.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5484120700141206818" border="0" /></a></p><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Gambar ini menujukan aliran fluida dari kiri ke kanan (fluida mengalir dari pipa yang diameternya besar menuju diameter yang kecil). Garis putus-putus merupakan garis arus. <p style="text-align: justify;">Keterangan gambar : A<sub>1</sub> = luas penampang bagian pipa yang berdiameter besar, A<sub>2</sub>= luas penampang bagian pipa yang berdiameter kecil, v<sub>1</sub>= laju aliran fluida pada bagian pipa yang berdiameter besar, v<sub>2</sub> = laju aliran fluida pada bagian pipa yang berdiameter kecil, L = jarak tempuh fluida.</p>Pada aliran tunak, kecepatan aliran partikel fluida di suatu titik sama dengan kecepatan aliran partikel fluida lain yang melewati titik itu. Aliran fluida juga tidak saling berpotongan (garis arusnya sejajar). Karenanya massa fluida yang masuk ke salah satu ujung pipa harus sama dengan massa fluida yang keluar di ujung lainnya. Jika fluida memiliki massa tertentu masuk pada pipa yang diameternya besar, maka fluida tersebut akan keluar pada pipa yang diameternya kecil deng an massa yang tetap.<br /><br />Selama selang waktu tertentu, sejumlah fluida mengalir melalui bagian pipa yang diameternya besar (A<sub>1</sub>) sejauh L<sub>1</sub> (L<sub>1</sub> = v<sub>1</sub>t). Volume fluida yang mengalir adalah V<sub>1 </sub>= A<sub>1</sub>L<sub>1 </sub>= A<sub>1</sub>v<sub>1</sub>t. Nah, Selama selang wakt u yang sama, sejumlah fluida yang lain mengalir melalui bagian pipa yang diameternya kecil ( A<sub>2</sub>) sejauh L<sub>2</sub> (L<sub>2</sub> = v<sub>2</sub>t). Volume fluida yang mengalir adalah V<sub>2</sub> = A<sub>2</sub>L<sub>2</sub> = A<sub>2</sub>v<sub>2</sub>t.<br /><p style="text-align: justify;"><strong>Persamaan Kontinuitas untuk Fluida Tak-termampatkan (</strong>incompressible)</p> <p style="text-align: justify;">Pertama-tama mari kita tinjau kasus untuk Fluida Tak-termampatkan. Pada fluida tak-termampatkan (incompressible), kerapatan alias massa jenis fluida tersebut selalu sama di setiap titik yang dilaluinya.Massa fluida yang mengalir dalam pipa yang memiliki luas penampang A<sub>1 </sub>(diameter pipa yang besar) selama selang waktu tertentu adalah :</p><p style="text-align: justify;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYBLh9TmhheUVU8ML5htnAloQrYb-tsgjbjyUvzGKnkxSM97j6WWsAw2g58hWPFTJxTlgRVYFpdhFxJaya3IKuDqmqqJom0yLaLECq9OQ80luszZoU-6A4IMxWWEo1dlEoL_E8OFINVY_h/s1600/8-kontinuitas2.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 237px; height: 58px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYBLh9TmhheUVU8ML5htnAloQrYb-tsgjbjyUvzGKnkxSM97j6WWsAw2g58hWPFTJxTlgRVYFpdhFxJaya3IKuDqmqqJom0yLaLECq9OQ80luszZoU-6A4IMxWWEo1dlEoL_E8OFINVY_h/s320/8-kontinuitas2.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5484122772670510946" border="0" /></a></p><br /><br /><br /><br />Demikian juga, massa fluida yang mengalir dalam pipa yang memiliki luas penampang A<sub>2</sub> (diameter pipa yang kecil) selama selang waktu tertentu adalah :<br /><br /><br /><p style="text-align: justify; font-weight: bold;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjJjP1O8V61yUAEEsl9gZ6rOwDZZCT-8d19e9klBZvBeI9KG7MT6sVeWgfiIpeFWGJ8qUZT_eoV4gBj228dYWUxAhW9-_Si66JSI7wtX2US1MnmNAUqyxe6efp_h0yiqoxrGcKXOgtRrB2/s1600/9-kontinuitas3.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 237px; height: 53px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjJjP1O8V61yUAEEsl9gZ6rOwDZZCT-8d19e9klBZvBeI9KG7MT6sVeWgfiIpeFWGJ8qUZT_eoV4gBj228dYWUxAhW9-_Si66JSI7wtX2US1MnmNAUqyxe6efp_h0yiqoxrGcKXOgtRrB2/s320/9-kontinuitas3.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5484123582491193794" border="0" /></a></p><br /><br /><br /><br />Mengingat bahwa dalam aliran tunak, massa fluida yang masuk sama dengan massa fluida yang keluar, maka :<br /><br /><p style="text-align: justify;"><a style="font-weight: bold;" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixsh8ZqjcJfcCf1xHo1mmwKWxdU7IiITLBUfc-KK6JCFa4RgF62gRpjgw0oUuZaxPKn-o2UIF6DNo5KWHB3Q28lFlFKJ7Jej12VhdQFLeqsDMgzyeWnvxnXhRroLWlTqNMg6pD100b030z/s1600/10-kontinuitas4.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 237px; height: 86px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixsh8ZqjcJfcCf1xHo1mmwKWxdU7IiITLBUfc-KK6JCFa4RgF62gRpjgw0oUuZaxPKn-o2UIF6DNo5KWHB3Q28lFlFKJ7Jej12VhdQFLeqsDMgzyeWnvxnXhRroLWlTqNMg6pD100b030z/s320/10-kontinuitas4.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5484125173587222386" border="0" /></a></p><br /><br /><br /><br /><br /><br />Di mana A<sub>1</sub> = luas penampang 1, A<sub>2</sub> = luas penampang 2, v<sub>1</sub> = laju aliran fluida pada penampang 1, v<sub>2</sub> = laju aliran fluida pada penampang 2. Av adalah laju aliran volume V/t alias debit<br /><br /><br /><br /><br /><span style="font-size:130%;"><span style="font-weight: bold;">3. Hukum Bernoulli</span></span><br /><span style=""></span><span class="GramE" style="font-size:100%;"><span style="line-height: 150%;font-family:Tahoma;" >Persamaan dasar dalam hidrodinamika telah dapat dirintis dan dirumuskan oleh Bernoulli secara baik, sehingga dapat dimanfaatkan untuk menjelaskan gejala fisis yang berhubungan dengan dengan aliran air.</span></span><span style="line-height: 150%;font-family:Tahoma;font-size:100%;" > <span class="GramE">Persamaan dasar tersebut disebut sebagai persamaan Bernoulli atau teorema Bernoulli, yakni suatu persamaan yang menjelaskan berbagai hal yang berkaitan dengan kecepatan, tinggi permukaan zat cair dan tekanannya.</span> <span class="GramE">Persamaan yang telah dihasilkan oleh Bernoulli tersebut juga dapat disebut sebagai Hukum Bernoulli, yakni suatu hukum yang dapat digunakan untuk menjelaskan gejala yang berhubungan dengan gerakan zat alir melalui suatu penampang pipa.</span> Hukum tersebut diturunkan dari Hukum Newton dengan berpangkal tolak pada teorema kerja-tenaga aliran zat cair dengan beberapa persyaratan antara lain aliran yang terjadi merupakan aliran <i style="">steady</i> (mantap, tunak), tak berolak (laminier, garis alir <i style="">streamline</i>), tidak kental dan tidak termampatkan. <span class="GramE">Persamaan dinyatakan dalam Hukum Bernoulli tersebut melibatkan hubungan berbagai besaran fisis dalam fluida, yakni kecepatan aliran yang memiliki satu garis arus, tinggi permukaan air yang mengalir, dan tekanannya.</span> <span class="GramE">Bentuk hubungan yang dapat dijelaskan melalui besaran tersebut adalah besaran usaha tenaga pada zat cair.</span><o:p></o:p></span> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-family:Tahoma;font-size:100%;" ><span style=""> </span>Selanjutnya apabila pengkajian hukum ini berpangkal tolak pada hukum kekekalan <st1:city st="on"><span class="GramE">massa</span></st1:city> seperti yang telah disajikan pada bab terdahulu, dengan menggunakan persyaratan seperti yang telah disajikan di bagian depan maka dalam aliran ini hukum kekekalan <st1:city st="on">massa</st1:city> tersebut lebih mengacu pada hukum kekekalan flux <st1:place st="on"><st1:city st="on">massa</st1:city></st1:place>. Oleh sebab itu dalam tabung aliran semua partikel zat cair yang lewat melalui pipa/tabung yang memiliki luas penampang tertentu diandaikan memiliki kecepatan pengaliran di satu titik adalah <span class="GramE">sama</span> pada garis aliran yang sama. <span class="GramE">Namun demikian pada titik-titik lainnya dapat memiliki kecepatan yang berbeda.</span> <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-family:Tahoma;font-size:100%;" ><span style=""> </span><span class="GramE">Selanjutnya untuk menurunkan persamaan yang menyatakan Hukum Bernoulli tersebut dapat dikemukakan dengan gambar sebagai berikut.</span></span></p><br /><br /><span class="GramE"><span style="line-height: 150%;font-family:Tahoma;font-size:11pt;" ></span></span><br /><p style="text-align: justify;"><a style="font-weight: bold;" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCaySEZtusoHYhRFN7P2tbmnqDSrEKNQSLI4LXmgKydGAr6fL-SFEh-KaAMi8crZ3-vEnFXFuOrhyCJgdI4eX22J_p3RysXlUAd4HUmiT7s9PRrhFLXStbkwG5Dge2wS6m3RPhzjYPbtBv/s1600/berno+1.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 290px; height: 193px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCaySEZtusoHYhRFN7P2tbmnqDSrEKNQSLI4LXmgKydGAr6fL-SFEh-KaAMi8crZ3-vEnFXFuOrhyCJgdI4eX22J_p3RysXlUAd4HUmiT7s9PRrhFLXStbkwG5Dge2wS6m3RPhzjYPbtBv/s320/berno+1.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5484126566438883426" border="0" /></a></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><br /></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><br /></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><br /></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><br /></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><br /></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><br /></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: left;font-family:arial;"><span style="line-height: 150%;font-size:100%;" >Keterangan gambar:<o:p></o:p></span></p><div style="font-family: arial;"> </div><p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt; line-height: 150%; text-align: left;font-family:arial;"><!--[if !supportLists]--><span style="line-height: 150%;font-size:100%;" ><span style="">1.<span style=""> </span></span></span><!--[endif]--><span class="GramE" style="font-size:100%;"><span style="line-height: 150%;">h<sub>1</sub></span></span><span style="line-height: 150%;font-size:100%;" > dan h<sub>2</sub> masing-masing adalah tinggi titik tertentu zat cair dalam tabung/pipa bagian kiri dan bagian kanan.<o:p></o:p></span></p><div style="text-align: left; font-family: arial;"> </div><p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt; line-height: 150%; text-align: left;font-family:arial;"><!--[if !supportLists]--><span style="line-height: 150%;font-size:100%;" ><span style="">2.<span style=""> </span></span></span><!--[endif]--><span class="GramE" style="font-size:100%;"><span style="line-height: 150%;">v<sub>1</sub></span></span><span style="line-height: 150%;font-size:100%;" > dan v<sub>2</sub> adalah kecepatan aliran pada titik tertentu sari suatu zat cair kiri dan kanan.<o:p></o:p></span></p><div style="text-align: left; font-family: arial;"> </div><p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt; line-height: 150%; text-align: left;font-family:arial;"><!--[if !supportLists]--><span style="line-height: 150%;font-size:100%;" ><span style="">3.<span style=""> </span></span></span><!--[endif]--><span style="line-height: 150%;font-size:100%;" >A<sub>1</sub> dan A<sub>2</sub> adalah luas penampang pipa bagian dalam yang dialiri zat cair sebelah kiri dan sebelah kanan.<o:p></o:p></span></p><div style="text-align: left; font-family: arial;"> </div><p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt; line-height: 150%; text-align: left;font-family:arial;"><!--[if !supportLists]--><span style="line-height: 150%;font-size:100%;" ><span style="">4.<span style=""> </span></span></span><!--[endif]--><span style="line-height: 150%;font-size:100%;" >P<sub>1</sub> dan P<sub>2</sub> adalah tekanan pada zat cair tersebuut dari berturut-turut dari bagian kiri dan bagian kanan.<o:p></o:p></span></p><div style="text-align: left; font-family: arial;"> </div><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: left;font-family:arial;"><span style="line-height: 150%;font-size:100%;" ><span style=""> </span>Gambar di bagian depan merupakan aliran zat cair melalui pipa yang berbeda luas penampangnya dengan tekanan yang berbeda dan terletak pada ketinggian yang berbeda hingga kecepatan pengalirannya juga berbeda. Dalam aliran tersebut diandaikan zat cair tidak termampatkan, alirannya mantap sehingga garis alir merupakan garis yang <i style="">streamline</i>, demikian pula banyaknya volume yang dapat mengalir tiap satuan waktu dari pipa sebelah kiri dan kanan adalah sama. <o:p></o:p></span></p><div style="text-align: left; font-family: arial;"> </div><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: left;font-family:arial;"><span style="line-height: 150%;font-size:100%;" ><span style=""> </span>Dari gambar, dapat dikemukakan bahwa zat cair pada semua titik <span class="GramE">akan</span> mendapatkan tekanan. Hal ini berarti pada kedua permukaan yang kita tinjau (lihat gambar yang diarsir) <span class="GramE">akan</span> bekerja <st1:place st="on"><st1:city st="on">gaya</st1:city></st1:place> yang arahnya ke dalam. Jika bagian ini bergerak dari posisi pertama menuju bagian kedua, <st1:city st="on"><span class="GramE">gaya</span></st1:city> yang bekerja pada permukaan pertama akan melakukan usaha terhadap unsur yang ditinjau tadi sedangkan bagan tersebut akan melakukan usaha terhadap <st1:place st="on"><st1:city st="on">gaya</st1:city></st1:place> yang bekerja pada permukaan sebelah kanan. Selisih antara kedua besaran usaha tersebut <span class="GramE">sama</span> dengan perubahan energi gerak ditambah energi potensial dari bagian tersebut. <span class="GramE">Selisih kedua besaran energi tersebut disebut sebagai energi netto.</span> Secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut:<o:p></o:p></span></p><div style="text-align: left; font-family: arial;"> </div><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: left;font-family:arial;"><span style="line-height: 150%;font-size:100%;" >p<sub>1</sub> ∆<sub>1</sub> ∆1<sub>1</sub> – p<sub>2</sub> ∆<sub>2</sub> ∆1<sub>2</sub> = (½ mv<sup>2</sup><sub>1</sub> – ½ mv<sup>2</sup><sub>2</sub>) + (mgh<sub>2</sub> – mgh<sub>1</sub>)<o:p></o:p></span></p><div style="text-align: left; font-family: arial;"> </div><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: left;font-family:arial;"><span style="line-height: 150%;font-size:100%;" >A ∆ 1 = v<o:p></o:p></span></p><div style="text-align: left; font-family: arial;"> </div><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: left;font-family:arial;"><span style="line-height: 150%;font-size:100%;" >p<sub>1</sub> v<sub>1</sub> – p<sub>2</sub> v<sub>2</sub> = ½ m (v<sup>2</sup><sub>1</sub> – v<sup>2</sup><sub>2</sub>) + mg (h<sub>2</sub> – h<sub>1</sub>)<o:p></o:p></span></p><div style="text-align: left; font-family: arial;"> </div><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: left;font-family:arial;"><span style="line-height: 150%;font-size:100%;" ><o:p> </o:p></span></p><div style="text-align: left; font-family: arial;"> </div><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: left;font-family:arial;"><span style="line-height: 150%;font-size:100%;" >Pada hal v = m/<i style="">ρ</i>, maka persamaan dapat diubah menjadi:<o:p></o:p></span></p><div style="text-align: left; font-family: arial;"> </div><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: left;font-family:arial;"><span style="line-height: 150%;font-size:100%;" >p<sub>1</sub> (m/<i style="">ρ</i>) – p<sub>2</sub> (m/<i style="">ρ</i>) = ½ m (v<sup>2</sup><sub>1</sub> – v<sup>2</sup><sub>2</sub>) + mg (h<sub>2</sub> – h<sub>1</sub>)<o:p></o:p></span></p><div style="text-align: left; font-family: arial;"> </div><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: left;font-family:arial;"><span style="line-height: 150%;font-size:100%;" ><o:p> </o:p></span></p><div style="text-align: left; font-family: arial;"> </div><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: left;font-family:arial;"><span class="GramE" style="font-size:100%;"><span style="line-height: 150%;">atau</span></span><span style="line-height: 150%;font-size:100%;" > dapat diubah menjadi:<o:p></o:p></span></p><div style="text-align: left; font-family: arial;"> </div><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: left;font-family:arial;"><span style="line-height: 150%;font-size:100%;" >p<sub>1</sub> (m/<i style="">ρ</i>) + ½ m v<sup>2</sup><sub>1</sub> + mgh<sub>1</sub> = p<sub>2</sub> (m/<i style="">ρ</i>) + ½ m v<sup>2</sup><sub>2</sub> + mgh<sub>2<o:p></o:p></sub></span></p><div style="text-align: left; font-family: arial;"> </div><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: left;font-family:arial;"><span style="line-height: 150%;font-size:100%;" ><o:p> </o:p></span></p><div style="text-align: left; font-family: arial;"> </div><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: left;font-family:arial;"><span style="line-height: 150%;font-size:100%;" >Persamaan tersebut dapat disederhanakan menjadi:<o:p></o:p></span></p><div style="text-align: left; font-family: arial;"> </div><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: left;font-family:arial;"><span style="line-height: 150%;font-size:100%;" >p<sub>1</sub> + ½ <span class="GramE"><i style="">ρ</i><span style=""> </span>v<sup>2</sup><sub>1</sub></span> + <i style="">ρ</i> gh<sub>1</sub> = p<sub>2</sub> + ½ <i style="">ρ</i><span style=""> </span>v<sup>2</sup><sub>2 </sub>+ <i style="">ρ</i> gh<sub>2<o:p></o:p></sub></span></p><div style="text-align: left; font-family: arial;"> </div><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: left;font-family:arial;"><span style="line-height: 150%;font-size:100%;" ><o:p> </o:p></span></p><div style="text-align: left; font-family: arial;"> </div><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: left;font-family:arial;"><span class="GramE" style="font-size:100%;"><span style="line-height: 150%;">atau</span></span><span style="line-height: 150%;font-size:100%;" > ditulis secara umum menjadi:<o:p></o:p></span></p><div style="text-align: left; font-family: arial;"> </div><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: left;font-family:arial;"><span style="line-height: 150%;font-size:100%;" >p + ½ <i style="">ρ</i> v<sup>2</sup> + <i style="">ρ</i> <span class="GramE">gh</span> = konstan</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: left;font-family:arial;"><br /></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: left;font-family:arial;"><span style="line-height: 150%;font-size:100%;" ><span style="font-size:130%;"><span style="font-weight: bold;">3. Viskositas</span></span><br /></span></p><p class="MsoNormal" face="arial" style="line-height: 150%; text-align: left;"><span style="line-height: 150%;font-size:100%;" >Fluida yang real memilki gesekan internal yang besarnya tertentu disebut viskositas . Viskositas terdapat pada zat cair maupun gas yang memiliki ciri khas berbeda ,salah satu contoh oli mobil yang kita lihat lebih kental daripada minyak kelapa .Apa yang membedakan cairan tersebut kental atau tidak ? </span>Kekentalan atau viskositas dapat dibayangkan sebagai peristiwa gesekan antara satu bagian dan bagian yang lain dalam fluida. Dalam fluida yang kental kita perlu gaya untuk menggeser satu bagian fluida terhadap yang lain. Di dalam aliran kental kita dapat memandang persoalan tersebut seperti tegangan dan regangan pada benda padat. Kenyataannya setiap fluida baik gas maupun zat cair mempunyai sifat kekentalan karena partikel di dalamnya saling menumbuk. Bagaimana kita menyatakan sifat kekentalan tersebut secara kuantitatif atau dengan angka, sebelum membahas hal itu kita perlu mengetahui bagaimana cara membedakan zat yang kental dan kurang kental dengan cara kuantitatif. Salah satu alat yang digunakan untuk mengukur kekentalan suatu zat cair adalah viskosimeter.<br /></p><p class="MsoNormal" face="arial" style="line-height: 150%; text-align: left;">Apabila zat cair tidak kental maka koefesiennya sama dengan nol sedangkan pada zat cair kental bagian yang menempel dinding mempunyai kecepatan yang sama dengan dinding. Bagian yang menempel pada dinding luar dalam keadaan diam dan yang menempel pada dinding dalam akan bergerak bersama dinding tersebut. Lapisan zat cair antara kedua dinding bergerak dengan kecepatan yang berubah secara linier sampai V. Aliran ini disebut aliran laminer.<br />Aliran zat cair akan bersifat laminer apabila zat cairnya kental dan alirannya tidak terlalu cepat. Kita anggap gambar di atas sebagai aliran sebuah zat cair dalam pipa, sedangkan garis alirannya dianggap sejajar dengan dinding pipa. Karena adanya kekentalan zat cair yang ada dalam pipa, maka besarnya kecepatan gerak partikel yang terjadi pada penampang melintang tidak sama besar. Keadaan tersebut terjadi dikarenakan adanya gesekan antar molekul pada cairan kental tersebut, dan pada titik pusat pipa kecepatan yang terjadi maksimum.<br /></p><p class="MsoNormal" face="arial" style="line-height: 150%; text-align: left;"><br /> </p><span style="font-size:100%;"><span style="line-height: 150%;font-family:Tahoma;font-size:11pt;" ><br /></span></span><div style="text-align: left; font-family: arial;"> </div><div style="text-align: left; font-family: arial;"> </div><span class="GramE" style="font-size:100%;"><span style="line-height: 150%;"></span></span><span style="line-height: 150%;font-family:Tahoma;font-size:11pt;" ><span style="font-size:100%;"><span style="font-family:arial;"></span></span></span><span style="line-height: 150%;font-family:Tahoma;font-size:11pt;" ><span style="font-size:100%;"><span style="font-family:arial;"></span></span><o:p></o:p></span> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-family:Tahoma;font-size:11pt;" ><span style=""> </span><o:p></o:p></span></p> <span style="line-height: 150%;font-family:Tahoma;font-size:11pt;" ><!--[if gte vml 1]><v:shape id="_x0000_i1026" type="#_x0000_t75" style="'width:174pt;height:168pt'"> <v:imagedata src="HUKUM%20BERNOULLI_files/image003.jpg" title="gambar 14"> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--></span>desianaputripermanahttp://www.blogger.com/profile/18033096004955827275noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1636585790385590591.post-84440406960362932732010-03-15T14:56:00.004+07:002010-03-15T15:41:35.114+07:00Benda Tegar<span style="font-size:100%;">1. Dinamika Rotasi Benda Tegar<br /><br />sebuah benda tegar bergerak rotasi murni jika setiap partikel pada benda tersebut bergerak dalam lingkaran yang pusatnya terletak pada garis lurus yang disebut sumbu rotasi.<br /><br />2. Titik Berat Benda Tegar</span><p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;font-family:georgia;"><span style="font-size:100%;"><br /></span></p><p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;font-family:georgia;"><span style="font-size:100%;">Telah dikatakan sebelumnya bahwa suatu benda tegar dapat mengalami gerak translasi (gerak</span></p><p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;font-family:georgia;"><span style="font-size:100%;">lurus) dan gerak rotasi. Benda tegar akan melakukan gerak translasi apabila gaya yang</span></p><p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;font-family:georgia;"><span style="font-size:100%;">diberikan pada benda tepat mengenai suatu titik yang yang disebut <strong>titik berat</strong></span></p><p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><br /></p><p class="MsoNormal" face="georgia" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8yBoiX9BQHcYY__g0siuezQsHB2LIilj2oFDwX9fXIoL7WIKBpfZ6r4Zvk0LEotZE4bF_P_A2F8DIu4_VnY8EBjnF68YSpJh39w05oeGVg-DFXOjaNsEymeyAN7Qr8o6vznrzir9fv1Lt/s1600-h/bird.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 320px; height: 218px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8yBoiX9BQHcYY__g0siuezQsHB2LIilj2oFDwX9fXIoL7WIKBpfZ6r4Zvk0LEotZE4bF_P_A2F8DIu4_VnY8EBjnF68YSpJh39w05oeGVg-DFXOjaNsEymeyAN7Qr8o6vznrzir9fv1Lt/s320/bird.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5448776931005645202" border="0" /></a></p><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><p style="font-family: georgia;">Titik berat merupakan titik dimana benda akan berada dalam keseimbangan rotasi (tidak mengalami rotasi). Pada saat benda tegar mengalami gerak translasi dan rotasi sekaligus, maka pada saat itu titik berat akan bertindak sebagai sumbu rotasi dan lintasan gerak dari titik berat ini menggambarkan lintasan gerak translasinya.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: georgia;">Mari kita tinjau suatu benda tegar, misalnya tongkat pemukul kasti, kemudian kita lempar sambil sedikit berputar. Kalau kita perhatikan secara aeksama, gerakan tongkat pemukul tadi dapat kita gambarkan seperti membentuk suatu lintasan dari gerak translasi yang sedang dijalani dimana pada kasus ini lintasannya berbentuk parabola. Tongkat ini memang berputar pada porosnya, yaitu tepat di titik beratnya. Dan, secara keseluruhan benda bergerak dalam lintasan parabola. Lintasan ini merupakan lintasan dari posisi titik berat benda tersebut.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: georgia;">Demikian halnya seorang peloncat indah yang sedang terjun ke kolam renang. Dia melakukan gerak berputar saat terjun. sebagaimana tongkat pada contoh di atas, peloncat indah itu juga menjalani gerak parabola yang bisa dilihat dari lintasan titik beratnya. Perhatikan gambar berikut ini.</p><br /><p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9g-zT7MlXOlLAUZCMFnbDjkwU4UsvYdAq3CIyJHH7RDGp73CI8hG99173JHe4wC3nLWG6DJf7zuYaJhTFBEySguFEGqOOOZSGahdcChKoVQFQWJ7CqKEAwMmdL5V_9YQBbbhjEkV2C72E/s1600-h/diver.gif"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 320px; height: 281px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9g-zT7MlXOlLAUZCMFnbDjkwU4UsvYdAq3CIyJHH7RDGp73CI8hG99173JHe4wC3nLWG6DJf7zuYaJhTFBEySguFEGqOOOZSGahdcChKoVQFQWJ7CqKEAwMmdL5V_9YQBbbhjEkV2C72E/s320/diver.gif" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5448772886989513314" border="0" /></a></p><p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><br /></p><p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><br /></p><p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><br /></p><p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><br /></p><p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><br /></p><p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><br /></p><p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><br /></p><p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><br /></p><p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><br /></p><p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><br /></p><p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><br /></p><p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><br /></p><p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><br /></p><p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><br /></p><p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><br /></p><p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><br /></p><p style="font-family: georgia;">Jadi, lintasan gerak translasi dari benda tegar dapat ditinjau sebagai lintasan dari letak titik berat benda tersebut. Dari peristiwa ini<span> </span>tampak bahwa peranan titik berat begitu penting dalam menggambarkan<span> </span>gerak benda tegar.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: georgia;">Cara untuk mengetahui letak titik berat suatu benda tegar akan menjadi mudah untuk benda-benda yang memiliki simetri tertentu, misalnya segitiga, kubus, balok, bujur sangkar, bola dan lain-lain. Yaitu d sama dengan letak sumbu simetrinya. Hal ini jelas terlihat pada contoh diatas bahwa letak titik berat sama dengan sumbu rotasi yang tidak lain adalah sumbu simetrinya.</p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><br /></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><br /></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGFnQoTWOLXdARq62ZnaSVdz0xa8S0fU-NaSVYM9NbKDzWni5NNyfoSU5CbQcWJHBVahJ-2A6qMAUmo4aPT628qCqm1-bHKl8RPTKHCMGwf-iDA2Uo6XzPqXd_pXpyd6ak8hlA-1WRo0TL/s1600-h/captured.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 320px; height: 266px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGFnQoTWOLXdARq62ZnaSVdz0xa8S0fU-NaSVYM9NbKDzWni5NNyfoSU5CbQcWJHBVahJ-2A6qMAUmo4aPT628qCqm1-bHKl8RPTKHCMGwf-iDA2Uo6XzPqXd_pXpyd6ak8hlA-1WRo0TL/s320/captured.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5448773200894194866" border="0" /></a></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><br /></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><br /></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><br /></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><br /></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><br /></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><br /></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><br /></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><br /></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><br /></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><br /></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><br /></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: georgia;"><br /></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: georgia;">Di sisi lain untuk benda-benda yang mempunyai bentuk sembarang letak titik berat dicari dengan perhitungan. Perhitungan didasarkan pada asumsi bahwa kita dapat<span> </span>mengambil beberapa titik dari benda yang ingin dihitung titik beratnya dikalikan dengan berat di masing-masing titik kemudian dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah berat pada tiap-tiap titik. dikatakan titik berat juga merupakan pusat massa di dekat permukaan bumi, namun untuk tempat yang ketinggiannya tertentu di atas bumi titik berat dan pusat massa harus dibedakan.</p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: georgia;"><br /></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: georgia;"><br /></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: georgia;">3, Keserimbangan benda tegar<br /></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: georgia;"><br /></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: georgia;">Sebuah benda bisa bergerak lurus jika gaya yang dikerjakan pada benda itu lebih besar daripada gaya hambat (gaya gesekan). Selisih antara gaya yang dikerjakan pada benda dengan gaya gesekan disebut gaya total. Jadi yang membuat benda bisa bergerak lurus adalah gaya total. Mengenai hal ini sudah kita pelajari dalam hukum II Newton (Dinamika).<br />Selain melakukan gerak lurus, benda juga bisa melakukan gerak rotasi. Benda yang melakukan gerak rotasi disebabkan oleh adanya Torsi. Jika torsi yang dikerjakan pada benda yang diam lebih besar dari torsi yang menghambat, maka benda akan berputar alias berotasi. Dalam hal ini selisih antara torsi yang dikerjakan pada benda dengan torsi yang menghambat disebut torsi total. Jadi sebenarnya yang membuat benda berotasi adalah torsi total. Torsi = gaya x lengan gaya. Ketika kita memberikan torsi pada sebuah benda, sebenarnya kita memberikan gaya pada benda itu, tapi gaya itu dikalikan juga dengan panjang lengan gaya.</p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: georgia;"><br /></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-family:georgia;">Misalnya beton yang digunakan untuk membangun jembatan bisa bengkok,</span><br /><span style="font-family:georgia;">bahkan patah jika dikenai gaya berat yang besar (ada kendaraan raksasa yang lewat di atasnya) Derek bisa patah jika beban yang diangkat melebihi kapasitasnya. Mobil bisa bungkuk kalau gaya berat penumpang melebihi kapasitasnya. Dalam hal ini benda‐benda itu mengalami perubahan bentuk. Jika bentuk benda berubah, maka jarak antara setiap bagian pada benda itu tentu saja berubah alias benda menjadi tidak tegar lagi. Untuk menghindari hal ini, maka kita perlu mempelajari faktor‐faktor apa saja yang dibutuhkan agar sebuah benda tetap tegar</span><br /></p><p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><br /><strong></strong></p>desianaputripermanahttp://www.blogger.com/profile/18033096004955827275noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1636585790385590591.post-79728062962156780042010-03-14T14:52:00.017+07:002010-03-14T15:44:45.553+07:00Gerak dengan analisis vektor1. Gerak Lurus<br /><br />ARTI GERAK<br />-suatu benda dikatakan bergerak manakala kedudukan benda itu berubah terhadap benda lain yang dijadikan sebagai titik acuan.<br />-benda dikatakan diam (tidak bergerak) manakala kedudukan benda itu tidak berubah terhadap benda lain yang dijadikan sebagai titik acuan<br /><br />GERAK LURUS<br />-Gerak benda yang lintasannya lurus dinamakan gerak lurus.<br />-Gerak lurus suatu benda dalam kehidupan sehari-hari umumnya tidak beraturan.<br /><br />Gerak lurus dapat dikelompokkan menjadi gerak lurus beraturan dan gerak lurus berubah beraturan yang dibedakan dengan ada dan tidaknya <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Percepatan" title="Percepatan">percepatan</a><br /><br />A. Gerak lurus beraturan<br />Suatu benda dikatakan melakukan <a title="gerak lurus beraturan" href="http://www.gurumuda.com/gerak-lurus-beraturan-glb/">gerak lurus beraturan</a> jika kecepatannya selalu konstan. Kecepatan konstan artinya besar kecepatan alias kelajuan dan arah kecepatan selalu konstan. Karena besar kecepatan alias kelajuan dan arah kecepatan selalu konstan maka bisa dikatakan bahwa benda bergerak pada lintasan lurus dengan kelajuan konstan.<br /><br />Grafik Gerak lurus beraturan ...<br />Grafik sangat membantu kita dalam menafsirkan suatu hal dengan mudah dan cepat. Untuk memudahkan kita menemukan hubungan antara Kecepatan, perpindahan dan waktu tempuh maka akan sangat membantu jika digambarkan grafik hubungan ketiga komponen tersebut.<br /><br />Grafik kecepatan terhadap waktu<br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj397Y1qhszn5Wtj_bo3Xq3FvoLxUvNxWr6s3NEIEwQUZrW4UZ5CIkKQZdAGxAyjFmjf6ohDSDjaRflGhlwZKVL8JmtImP8_BD1CAiS7XoeRQxubUmuXgEtUwdvZBb-ndJsryki6tK63ZSr/s1600-h/gerak-lurus-beraturan-2.png"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 164px; height: 140px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj397Y1qhszn5Wtj_bo3Xq3FvoLxUvNxWr6s3NEIEwQUZrW4UZ5CIkKQZdAGxAyjFmjf6ohDSDjaRflGhlwZKVL8JmtImP8_BD1CAiS7XoeRQxubUmuXgEtUwdvZBb-ndJsryki6tK63ZSr/s320/gerak-lurus-beraturan-2.png" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5448395703437606850" border="0" /></a><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Berdasarkan grafik di atas, tampak bahwa besar kecepatan bernilai tetap pada tiap satuan waktu. Besar kecepatan tetap ditandai oleh garis lurus, berawal dari t = 0 hingga t akhir.<br /><br /><br />Grafik perpindahan terhadap waktu<br /><em>Grafik posisi terhadap waktu, di mana posisi awal x<sub>0</sub> berhimpit dengan titik acuan nol.</em><br /><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9uSSN7oQxvcyZfsiOclqa8h3E3rh60GQvcchDxi0-WDWY1UoGZnRdbHDvhspEdt8IZpZmviwG8DJsOcx8QitpYj7ig-ubsarawoP7-It8Tew1SYIN984mBa3MOyK8VlN36Ro8AQ3W9HoB/s1600-h/gerak-lurus-beraturan-4.png"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 168px; height: 160px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9uSSN7oQxvcyZfsiOclqa8h3E3rh60GQvcchDxi0-WDWY1UoGZnRdbHDvhspEdt8IZpZmviwG8DJsOcx8QitpYj7ig-ubsarawoP7-It8Tew1SYIN984mBa3MOyK8VlN36Ro8AQ3W9HoB/s320/gerak-lurus-beraturan-4.png" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5448396497361228850" border="0" /></a><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />B. gerak lurus berubah beraturan<br />Suatu benda dikatakan melakukan <a title="gerak lurus berubah beraturan" href="http://www.gurumuda.com/gerak-lurus-berubah-beraturan-glbb/">gerak lurus berubah beraturan</a> (<a title="GLBB" href="http://www.gurumuda.com/gerak-lurus-berubah-beraturan-glbb/">GLBB</a>) jika percepatannya selalu konstan. Percepatan merupakan <a title="besaran vektor" href="http://www.gurumuda.com/vektor-skalar/">besaran vektor</a> (besaran yang mempunyai besar dan arah). Percepatan konstan berarti besar dan arah percepatan selalu konstan setiap saat. Walaupun besar percepatan suatu benda selalu konstan tetapi jika arah percepatan selalu berubah maka percepatan benda tidak konstan. Demikian juga sebaliknya jika arah percepatan suatu benda selalu konstan tetapi besar percepatan selalu berubah maka percepatan benda tidak konstan.<br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUDCNl6SqYp2XVXtuVGNjkNo6xuGoq5MNeXGLxJq22vl98TB2ksDJtQS-JKpQVylbo31V8cNaDvzM9nocE4tG6u6D44hr8I-W5lkLnees8RNCV6mCBW97NwVlbJq8hTiz__MXG082tP4oq/s1600-h/glbb+1.jpg"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 109px; height: 16px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUDCNl6SqYp2XVXtuVGNjkNo6xuGoq5MNeXGLxJq22vl98TB2ksDJtQS-JKpQVylbo31V8cNaDvzM9nocE4tG6u6D44hr8I-W5lkLnees8RNCV6mCBW97NwVlbJq8hTiz__MXG082tP4oq/s320/glbb+1.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5410916320895123090" border="0" /></a><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhwscbA93mcuSoyD5bw9Sne7Et0oDOC_EyzwOJfqT2ugEZLOlsCi9dBrcHxEqksiGJaeFCJ6_-vFbGj42NOJAbao12HUcLMzGweWJdwVeythdGwOO62WKAxEJXCjHSR48cd8DM3EdrVaxZ/s1600-h/glbb+2.jpg"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 150px; height: 41px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhwscbA93mcuSoyD5bw9Sne7Et0oDOC_EyzwOJfqT2ugEZLOlsCi9dBrcHxEqksiGJaeFCJ6_-vFbGj42NOJAbao12HUcLMzGweWJdwVeythdGwOO62WKAxEJXCjHSR48cd8DM3EdrVaxZ/s320/glbb+2.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5410916588934981474" border="0" /></a><br /><br /><br /><br />dengan arti dan satuan dalam SI:<br /><br />* v0 = kecepatan mula-mula (m/s)<br />* a = percepatan (m/s2)<br />* t = waktu (s)<br /><br />2. Gerak melingkar<br /><strong style="font-weight: normal;"><br />Besaran-Besaran Fisis da</strong><strong style="font-weight: normal;">lam Gerak Melingkar </strong> <p style="text-align: justify;">Dalam gerak lurus mengenal tiga besaran utama yaitu perpindahan (linear), kecepatan (linear) dan Percepatan (linear). Gerak melingkar juga memiliki tiga komponen tersebut, yaitu <em>perpindahan sudut, kecepatan sudut dan percepatan sudut</em>. Pada gerak lurus juga mengenal <a title="Gerak Lurus Beraturan" href="http://www.gurumuda.com/gerak-lurus-beraturan-glb/">Gerak Lurus Beraturan</a> dan <a title="Gerak Lurus Berubah Beraturan" href="http://www.gurumuda.com/gerak-lurus-berubah-beraturan-glbb/">Gerak Lurus Berubah Beraturan</a>. Dalam gerak melingkar juga terdapat <a title="Gerak Melingkar Beraturan" href="http://www.gurumuda.com/gerak-melingkar-beraturan-gmb/">Gerak Melingkar Beraturan</a> (GMB) dan Gerak Melingkar Berubah Beraturan (GMBB).</p><strong style="font-weight: normal;"><em>* Perpindahan Sudut</em></strong><br />Ada tiga cara menghitung sudut. <em>Cara pertama </em>adalah menghitung sudut dalam derajat (<sup>o</sup>). Satu lingkaran penuh sama dengan 360<sup>o</sup>. <em>Cara kedua </em>adalah mengukur sudut dalam putaran. Satu lingkaran penuh sama dengan satu putaran. Dengan demikian, satu putaran = 360<sup>o</sup>. Cara ketiga adalah dengan radian. Radian adalah satuan Sistem Internasional (SI) untuk perpindahan sudut, sehingga satuan ini akan sering kita gunakan dalam perhitungan.<br /><br /><strong style="font-weight: normal; font-style: italic;">*Kecepatan Sudut</strong><br />Dalam gerak melingkar, bagian yang berbeda memiliki kecepatan yang berbeda. Misalnya gerak roda yang berputar. Bagian roda yang dekat dengan poros bergerak dengan kecepatan linear yang lebih kecil, sedangkan bagian yang jauh dari poros alias pusat roda bergerak dengan kecepatan linear yang lebih besar<p style="text-align: justify;">Pada gerak melingkar, kelajuan rotasi benda dinyatakan dengan <em>putaran per menit</em> (biasa disingkat <em>rpm</em> – <em>revolution per minute</em>). Kelajuan yang dinyatakan dengan satuan <em>rpm</em> adalah kelajuan sudut. Dalam gerak melingkar, kita juga dapat menyatakan arah putaran. misalnya kita menggunakan arah putaran jarum jam sebagai patokan. Oleh karena itu, kita dapat menyatakan kecepatan sudut, di mana selain menyatakan kelajuan sudut, juga menyatakan arahnya <em>(ingat perbedaan kelajuan dan kecepatan, mengenai hal ini sudah Gurumuda terangkan pada Pokok bahasan Kinematika). </em>Jika kecepatan pada gerak lurus disebut <em>kecepatan linear (benda bergerak pada lintasan lurus)</em>, maka kecepatan pada gerak melingkar disebut kecepatan sudut, karena benda bergerak melalui sudut tertentu.</p> <p style="text-align: justify;">Terdapat dua jenis kecepatan pada Gerak Lurus, yakni <em>kecepatan rata-rata dan kecepatan sesaat</em>. Kita dapat mengetahui <em>kecepatan rata-rata</em> pada Gerak Lurus dengan membandingkan besarnya perpindahan yang ditempuh oleh benda dan waktu yang dibutuhkan benda untuk bergerak . Nah, pada gerak melingkar, kita dapat menghitung <strong><em>kecepatan sudut rata-rata</em></strong> dengan membandingkan perpindahan sudut dengan selang waktu yang dibutuhkan ketika benda berputar. Secara matematis kita tulis :</p><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiihksg5aWdINahFBLBY1bbty7otRqVdmCUDBxZK0CsB20qy5GGW9_4TZtmovxk_YeezXt6OHxsoPWZcwx0wjHIXhVTf3JSt0_g-PoC3v7e0mEicbp8d4n_KYt654uBKqYqGn9yH-JoaxcR/s1600-h/besaran-besaran-gerak-melingkar-04.jpg"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 320px; height: 62px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiihksg5aWdINahFBLBY1bbty7otRqVdmCUDBxZK0CsB20qy5GGW9_4TZtmovxk_YeezXt6OHxsoPWZcwx0wjHIXhVTf3JSt0_g-PoC3v7e0mEicbp8d4n_KYt654uBKqYqGn9yH-JoaxcR/s320/besaran-besaran-gerak-melingkar-04.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5448402096283086546" border="0" /></a><br /><br /><br /><br /><strong style="font-weight: normal;"><em>Kecepatan sudut sesaat</em></strong> kita diperoleh dengan membandingkan <em>perpindahan sudut</em> dengan <em>selang waktu</em> yang sangat singkat. Secara matematis kita tulis :<br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjb7NHTvtPUq8-VFYM1GU5_1xSWA_HUOvPuupJjRyEoLziZrjapBVljoF3KzeSUgkcGctcLyKk9i5oFBd6C1cSk5T_KK8ftFBaAYWtgNbELpJxQ3zVDGMAhgB30z8ywfJvx241Z4hmv9LIl/s1600-h/besaran-besaran-gerak-melingkar-05.jpg"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 320px; height: 30px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjb7NHTvtPUq8-VFYM1GU5_1xSWA_HUOvPuupJjRyEoLziZrjapBVljoF3KzeSUgkcGctcLyKk9i5oFBd6C1cSk5T_KK8ftFBaAYWtgNbELpJxQ3zVDGMAhgB30z8ywfJvx241Z4hmv9LIl/s320/besaran-besaran-gerak-melingkar-05.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5448402882274502482" border="0" /></a><br /><br /><br />Sesuai dengan kesepakatan ilmiah, jika ditulis kecepatan sudut maka yang dimaksud adalah kecepatan sudut sesaat. Kecepatan sudut <!--[if gte vml 1]> < ![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> </xml>< ![endif]-->termasuk besaran vektor. Vektor kecepatan sudut hanya memiliki dua arah <em>(searah dengan putaran jarum jam atau berlawanan arah dengan putaran jarum jam),</em> dengan demikian notasi vektor <!--[if gte vml 1]> < ![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> </xml>< ![endif]-->omega dapat ditulis dengan huruf miring dan cukup dengan memberi tanda positif atau negatif. Jika pada Gerak Lurus arah kecepatan sama dengan arah perpindahan, maka pada Gerak Melingkar, arah kecepatan sudut sama dengan arah perpindahan sudut.<br /><br /><p style="text-align: justify;"><strong><em>*Percepatan Sudut</em></strong></p> <p style="text-align: justify;">Dalam gerak melingkar, terdapat percepatan sudut apabila ada perubahan kecepatan sudut. Percepatan sudut terdiri dari percepatan sudut sesaat dan percepatan sudut rata-rata. <strong><em>Percepatan sudut rata-rata</em></strong> diperoleh dengan membandingkan perubahan kecepatan sudut dan selang waktu. Secara matematis ditulis :</p><p style="text-align: justify;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2ZyPnvLj7rUpyEeo78M1Y1BZJZgbsFod1l6Mzgb009DOehtRow4Snig4hnDPlm3w_pJfR0i-UIRPZ5kb82FrOLqg3wx588Pcxx6efBOqIaVhzAGm8Zokgg4AhZ3I_ade113qm5eOcb74-/s1600-h/besaran-besaran-gerak-melingkar-06.jpg"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 320px; height: 70px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2ZyPnvLj7rUpyEeo78M1Y1BZJZgbsFod1l6Mzgb009DOehtRow4Snig4hnDPlm3w_pJfR0i-UIRPZ5kb82FrOLqg3wx588Pcxx6efBOqIaVhzAGm8Zokgg4AhZ3I_ade113qm5eOcb74-/s320/besaran-besaran-gerak-melingkar-06.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5448403818324014994" border="0" /></a></p><br /><br /><br /><br /><br /><br /><strong><em>Percepatan sudu</em></strong><strong><em>t sesaat</em></strong> diperoleh dengan membandingkan perubahan sudut dengan selang waktu yang sangat singkat. Secara matematis ditulis :<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipsg4WUtn6isoqVAc4L3qjbLmBiZv_DcZSa9NneQlkOSktjYTURBId_xrI5u5cBh5us_zY68XzpLms9uEBRnvFjz-HAld5pVGa7rb74MnRp85QR3En4VQ_ViqmSplfZbnyHNCuwQyqN9Ip/s1600-h/besaran-besaran-gerak-melingkar-07.jpg"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 320px; height: 30px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipsg4WUtn6isoqVAc4L3qjbLmBiZv_DcZSa9NneQlkOSktjYTURBId_xrI5u5cBh5us_zY68XzpLms9uEBRnvFjz-HAld5pVGa7rb74MnRp85QR3En4VQ_ViqmSplfZbnyHNCuwQyqN9Ip/s320/besaran-besaran-gerak-melingkar-07.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5448404195840805698" border="0" /></a><br /><br /><br /><br /><p style="text-align: justify;">3 .Gerak lurus dan gerak melingkar<br /></p> <p style="text-align: justify;"> </p> <p style="text-align: justify;">Dalam gerak melingkar, arah kecepatan linear dan percepatan linear selalu menyinggung lingkaran. Karenanya, dalam gerak melingkar, kecepatan linear dikenal juga sebagai <em>kecepatan tangensial</em> dan percepatan linear disebut juga sebagai <em>percepatan tangensial</em>.</p> <p style="text-align: justify;"> </p><p style="text-align: justify;"> </p><p style="text-align: justify;"><strong>Hubungan antara <em>Perpindahan Linear</em> dengan <em>Perpindahan sudut</em></strong></p> <p style="text-align: justify;"> </p>Pada gerak melingkar, apabila sebuah benda berputar terhadap pusat/porosnya maka setiap bagian benda tersebut bergerak dalam suatu lingkaran yang berpusat pada poros tersebut. Misalnya gerakan roda yang berputar atau bumi yang berotasi. Ketika bumi berotasi, kita yang berada di permukaan bumi juga ikut melakukan gerakan melingkar, di mana gerakan kita berpusat pada pusat bumi. Ketika kita berputar terhadap pusat bumi, kita memiliki kecepatan linear, yang arahnya selalu menyinggung lintasan rotasi bumi.<br /><br />Perhatikanlah gambar di bawah ini.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgI_HIKJp26swVX9LZlXuIYfQsB3AEYFxtSngUaLEiDdSTvQyVIHyq0IPYVbAJ-NUgSSRp3tQJsHqKO_swSR2YdKhJK5DVWwiVKacxJex-Eo6PrGt5iLhnzwV_qkFWn7bonHMaziIeepcid/s1600-h/besaran-besaran-gerak-melingkar-08.jpg"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 320px; height: 114px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgI_HIKJp26swVX9LZlXuIYfQsB3AEYFxtSngUaLEiDdSTvQyVIHyq0IPYVbAJ-NUgSSRp3tQJsHqKO_swSR2YdKhJK5DVWwiVKacxJex-Eo6PrGt5iLhnzwV_qkFWn7bonHMaziIeepcid/s320/besaran-besaran-gerak-melingkar-08.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5448404931570237218" border="0" /></a><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />ketika benda berputar terhadap poros O, titik A memiliki kecepatan linear (<em>v) </em> yang arahnya selalu menyinggung lintasan lingkaran. <p style="text-align: justify;">Hubungan antara <em>perpindahan linear</em> titik A yang menempuh lintasan lingkaran sejauh x dan perpindahan sudut <em>teta </em>(dalam satuan radian), dinyatakan sebagai berikut :</p><p style="text-align: justify;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMN6yi7DIxW-iXePzVs0RJpORWuAaTnbXYmrY1YWlF3nHcy5sQJBtAV19l9zKNx7Eyezr8CJBxRMxFfIRNjZQjD4_YM3JABC0TgHONqNgvbsYSZyOvRN3Sk2KXIs9DcoCV_1_ziX4NmMyS/s1600-h/besaran-besaran-gerak-melingkar-09.jpg"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 320px; height: 29px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMN6yi7DIxW-iXePzVs0RJpORWuAaTnbXYmrY1YWlF3nHcy5sQJBtAV19l9zKNx7Eyezr8CJBxRMxFfIRNjZQjD4_YM3JABC0TgHONqNgvbsYSZyOvRN3Sk2KXIs9DcoCV_1_ziX4NmMyS/s320/besaran-besaran-gerak-melingkar-09.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5448405259781733698" border="0" /></a></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><br /><p style="text-align: justify;">Di mana r merupakan jarak titik A ke pusat lingkaran/jari-jari lingkaran.</p> <p style="text-align: justify;"> </p><p style="text-align: justify;"> </p><p style="text-align: justify;"><strong>Hubungan antara <em>Kecepatan Tangensial</em> dengan <em>Kecepatan sudut</em></strong></p> <p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYjltHMzy3gHNLLnRsbxpJ2D-fqnWvJrkp3tnbegnNF6YvxBxTTkOlvS4EFmVRVC6u3ldCaIBITN35hgCAdMp_GUREOOMhX0JbNUg7YLfmnAl2YRtD8hPnslQ4nYQAJNt7Lgp1UdWWbtFg/s1600-h/besaran-besaran-gerak-melingkar-10.jpg"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 320px; height: 120px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYjltHMzy3gHNLLnRsbxpJ2D-fqnWvJrkp3tnbegnNF6YvxBxTTkOlvS4EFmVRVC6u3ldCaIBITN35hgCAdMp_GUREOOMhX0JbNUg7YLfmnAl2YRtD8hPnslQ4nYQAJNt7Lgp1UdWWbtFg/s320/besaran-besaran-gerak-melingkar-10.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5448405670341131202" border="0" /></a></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><span style="font-weight: bold;"></span>4. Gerak parabola (gerak peluru)<br /><p style="text-align: justify;"><strong>Pengertian Gerak Peluru</strong></p> <p style="text-align: justify;">Gerak peluru merupakan suatu jenis gerakan benda yang pada awalnya diberi kecepatan awal lalu menempuh lintasan yang arahnya sepenuhnya dipengaruhi oleh gravitasi.</p> <p style="text-align: justify;">Karena gerak peluru termasuk dalam pokok bahasan kinematika <em>(ilmu fisika yang membahas tentang gerak benda tanpa mempersoalkan penyebabnya), </em>maka pada pembahasan ini, Gaya sebagai penyebab gerakan benda diabaikan, demikian juga gaya gesekan udara yang menghambat gerak benda. Kita hanya meninjau gerakan benda tersebut setelah diberikan kecepatan awal dan bergerak dalam lintasan melengkung di mana hanya terdapat pengaruh gravitasi.</p> <p style="text-align: justify;">Mengapa dikatakan gerak peluru ? kata peluru yang dimaksudkan di sini hanya istilah, bukan peluru pistol, senapan atau senjata lainnya. Dinamakan gerak peluru karena mungkin jenis gerakan ini mirip gerakan peluru yang ditembakkan.</p> <p style="text-align: justify;"> </p><p style="text-align: justify;"><strong>Jenis-jenis Gerak Parabola</strong></p> <p style="text-align: justify;">Dalam kehidupan sehari-hari terdapat beberapa jenis gerak parabola.</p> <p style="text-align: justify;"><strong><em>Pertama</em></strong><em>,</em> gerakan benda berbentuk parabola ketika diberikan kecepatan awal dengan sudut <em>teta</em> terhadap garis horisontal, sebagaimana tampak pada gambar di bawah. Dalam kehidupan sehari-hari terdapat banyak gerakan benda yang berbentuk demikian. Beberapa di antaranya adalah gerakan bola yang ditendang oleh pemain sepak bola, gerakan bola basket yang dilemparkan ke ke dalam keranjang, gerakan bola tenis, gerakan bola volly, gerakan lompat jauh dan gerakan peluru atau rudal yang ditembakan dari permukaan bumi.</p>desianaputripermanahttp://www.blogger.com/profile/18033096004955827275noreply@blogger.com9tag:blogger.com,1999:blog-1636585790385590591.post-23655745244970069682009-12-08T13:39:00.003+07:002010-03-15T14:53:05.866+07:00Momentum, Impuls, dan TumbukanA. Pengertian Momentum.<br />Momentum suatu benda adalah hasil kali massa dan kecepatan.<br />Dirumuskan dengan persamaan:<br /><br />p = m.v m = massa ( kg)<br />v = kecepatan ( m/s )<br />p = momentum ( kg.m/s )<br />Momentum juga disebut jumlah gerak.<br />Momentum adalah besaran vector. Momentum 45 kgm/s ke utara berbeda dengan momentum 45 kgm/s ke selatan, walaupun nilai keduanya sama. Penjumlahan momentum mengikuti aturan penjumlahan vector. Misal momentum p1 dan p2 membentuk sudut α , maka resultan/ jumlah kedua momentum tersebut dapayt dituliskan dengan persamaan :<br />p1<br />p<br />p2<br />α –––––––––––––––––––––––––––––––<br />p = √ p12 + p22 + 2 p1 p2 cos α<br /><br /><br /><br /><br /><br />B. Pengetian Impuls.<br />Impuls adalah hasil kali antara gaya yang bekerja dan selang waktu gaya itu bekerja. Impuls juga sering disebut pukulan.<br />Dirumuskan dengan persamaan :<br /><br />I = F. ∆t F = gaya ( N )<br />∆t = selang waktu ( s )<br />I = Impuls ( Ns )<br />Impuls merupakan besaran vector.<br />C. Hubungan antara imupls dan momentum.<br />Sebuah benda massa m mula-mula bergerak dengan kecepatan v1, kemudian dipukul dengan gaya F hingga kecepatannya menjadi v2, seperti gambar di bawah, maka besarnya impuls yang bekerja pada benda tersebut adalah:<br />∆t<br />v1<br />v2<br />F<br /><br />m m<br /><br /><br />Sesuai dengan hukum II Newton:<br /><br />I = F. ∆t , karena<br />v2 – v1<br />F = m.a dan a = –––––––––––, maka :<br />∆t<br />v2 – v1<br />I = m.–––––– . ∆t<br />∆t<br />I = m (v2 – v1 ) –––––> I = m v2 – m v1 atau I = p2 – p1<br /><br /><br />Dapat juga dituls I = ∆p ( Impuls merupakan perubahan momentum benda )<br />Contoh Soal<br />Sebuah benda massa 5 kg bergerak dengan kecepatan 10m/s. Hitunglah momentum yang dimiliki benda!<br />Penyelesian : Diketahui : m = 5 kg; v = 10 m/s<br />Ditanya : p = …?<br />Jaab : p = m.v = 5.10 = 50 kgm/s<br /><br />Sebuah benda mula-mula bergerak ke utara dengan kecepatan 6 m/s, kemudian berbelok ke barat dengan kecepatan 8 m/s. Apabila massa benda 50 kg, berpakah momentum total yang dimiliki benda ?<br />Penyelesaian : Diketahui : v1 = 6 m/s; v2 = 8 m/s; m = 5 kg<br />Ditanya : p = …?<br />Jawab : p1 = m. v1 = 50.6 = 300 kgm/s<br />p1<br />p<br />P2 P2 = m. v2 = 50.8 = 400 kgm/s<br /><br /><br />––––––– –––––––––<br />p = √ p12 + p22 = √ 3002 + 4002 = 500 kgm/s<br /><br /><br />Sebuah gaya 25 N bekerja pada sebuah benda dalam selang waktu 0,2 sekon. Hitunglah impuls yang dikerjakan gaya tersebut pada benda<br />Penyelesaian : Diketahui : F = 25 N; ∆t = 0,2 s<br />Ditanya : I = …?<br />Jawab : I = F. ∆t = 25. 0,2 = 5 Ns<br /><br />Sebuah bola massanya 50 gram dilempar dengan kecepatan 10 m/s, kemudian dipukul dengan gaya F hingga kecepatannya 20 m/s berlawanan arah dengan kecepatan semula.<br />Hitunglah impuls yang dikerjakan oleh gaya tersebut!<br />Jika besarnya gaya F = 150 N, berapa lama pemukul menyentuh bola?<br />Penyelesaian : Diketahui : m = 50 gram = 50.10–3 kg; v1 = – 10 m/s;<br />v2 = 20 m/s<br />Ditanya : a. I = …?<br />b. Jika F = 150 N –––> ∆t = …?<br />Jawab : a. I = m.( v2 – v1 ) = 50.10–3 [20 – (-10)]<br />= 50.10–3. 30 = 1500.10–3 = 1,5 Ns<br />b. I = F. ∆t ––––> 1,5 = 150. ∆t –––> ∆t = 0,01 s<br />D. Hukum Kekekalan Momentum dan Tumbukan.<br />“Jumlah momentum suatu sistem sebelum dan sesudah tumbukan akan selalu tetap”<br />Pernyataan di atas disebut hukum kekekalan momentum dan ditulis dengan persamaan:<br /><br />m1.v1 + m2.v2 = m1.v1’ + m2.v2’ m1 = massa benda 1<br />m2 = massa benda 2<br />v1 = kecepatan benda 1 sebelum tumbukan<br />v2 = kecepatan benda 2 sebelum tumbukan<br />v1’ = kecepatan benda 1 sesudah tumbukan<br />v2’ = kecepatan benda 2 sesudah tumbukan<br /><br />Jenis-jenis Tumbukan<br />a. Tumbukan lenting sempurna (elastis sempurna)<br />Tumbukan lenting sempurna yaitu tumbukan dimana tidak ada energi kinetik yang hilang dari sistem. Dalam tumbukan ini berlaku hukum kekekalan momentum dan hukum kekekalan energi kinetik.<br />Dalam hal ini berlaku persamaan :<br />m1.v1 + m2.v2 = m1.v1’ + m2.v2’ ……………………….(1) dan<br />½ m1.v12 + ½ m2.v22 = ½ m1.(v1’)2 + ½ m2.(v2’)2 ……..(2)<br /><br />Dengan membagi persamaan (2) dengan persamaan (1), maka akan didapatkan<br /><br />persamaan : v1 + v1’ = v2 + v2’<br /><br />b. Tumbukan tidak lenting sama sekali<br />Pada tumbukan tidak lenting sama sekali, sesudah tumbukan kedua benda bergabung menjadi satu dan bergerak bersama-sama. Dengan demikian, maka kecepatan kedua benda setelah bertumbukan adalah sama.: v1’ = v2’ = v’<br />Pada tumbukan ini persamaan hukum kekekalan momentum dapat ditulis sbb:<br /><br />m1.v1 + m2.v2 = m1.v1’ + m2.v2’, karena v1’ = v2’ = v’, maka<br />m1.v1 + m2.v2 = m1.v’ + m2.v’<br />atau dapat juga ditulis :<br />m1.v1 + m2.v2 = (m1 + m2).v’<br /><br />v’ = kecepatan benda setelah tumbukan ( m/s )<br />Contoh Soal<br />1. Seorang penembak memegang sebuah senapan 3 kg dengan bebas sehingga membiarkan senapan bergerak secara bebas ketika menembakkan sebutir peluru bermassa 5 gram. Peluru itu keluar dari moncong senapan dengan kecepatan horisontal 300 m/s. Berapa kecepatan hentakan senapan ketika peluru ditembakkan?<br />Penyelesaian :<br />Diketahui : Benda 1 (senapan) m1 = 3 kg; v1 = 0<br />Benda 2 (peluru ) m2 = 5 g ; v2 = 0 ; v2’ = 300 m/s.<br />Ditanya : v1’ = …?<br />Jawab :Gunakanlah hukum kekekalan momentum!<br />m1.v1 + m2.v2 = m1.v1’ + m2.v2’<br />3.0 + 5.10–3.0 = 3. v1’ + 5.10–3. 300<br />0 = 3. v1’ + 1,5<br />–3. v1’ = 1,5 –––––––––> v1’ = 1,5/–3 = –0,5 m/s<br />2. Dua nelayan sedang berada di perahu yang bergerak dengan kecepatan 2 m/s. Massa perahu 200 kg dan massa tiap nelayan 50 kg. Berapa kecepatan perah sesaat sesudah :<br />a. Seorang nelayan terjatuh<br />b. Seorang nelayan melompat dari perahu dengan kecepatan 4 m/s searah dengan gerak perahu<br />c. Seorang nelayan melompat dari perahu dengan kecepatan 4 m/s berlawanan arah dengan gerak perahu<br />Penyelesaian :<br />Diketahui : m1 = massa perahu + massa satu orang<br />= 200 + 50 = 250 kg<br />m2 = massa satu orang = 50 kg<br />v1 = v2 = v = 2 m/s;<br />Ditanya : a. v1’ = …? Jika v2’ = 0<br />b. v1’ = …? Jika v2’ = 4 m/s<br />c. v1’ = …? Jika v2’ = – 4 m/s<br />Jawab : Gunakanlah hokum kekekalan momentum<br />a. m1.v1 + m2.v2 = m1.v1’ + m2.v2’<br />250.2 + 50.2 = 250. v1’ + 50. 0<br />500 + 100 = 250. v1’ + 0<br />250. v1’ = 600 –––––––––> v1’ = 600/250 = 2,4 m/s<br />b. m1.v1 + m2.v2 = m1.v1’ + m2.v2’<br />250.2 + 50.2 = 250. v1’ + 50. 4<br />500 + 100 = 250. v1’ + 200<br />250. v1’ = 400 –––––––––> v1’ = 400/250 = 1,6 m/s<br />c. m1.v1 + m2.v2 = m1.v1’ + m2.v2’<br />250.2 + 50.2 = 250. v1’ + 50.(– 4)<br />500 + 100 = 250. v1’ – 200<br />250. v1’ = 800 –––––––––> v1’ = 800/250 = 3,2 m/s<br /><br />3. Sebuah bola dengan massa 40 gram bergerak ke kanan dengan kelajuan 30 m/s menumbuk bola lain yang massanya 80 gram yang mula-mulla diam. Jika tumbukan lenting sempurna, berapakah kecepatan masing-masing bola setelah tumbukan?<br />Penyelesaian :<br />Diketahui : m1 = 40 gram; m2 = 80 gram;<br />v1 = 30 m/s; v2 = 0<br />Ditanya : v1’ = …? dan v2’ = …? (tumbukan lenting sempurna)<br />Jawab : Gunakanlah persamaan : v1 + v1’ = v2 + v2’<br />30 + v1’ = 0 + v2’ –––> v2’ = 30 + v1’<br />Hukum kekekalan momentum:<br />m1.v1 + m2.v2 = m1.v1’ + m2.v2’<br />40.30 + 80.0 = 40. v1’ + 80.( 30 + v1’)<br />1200 + 0 = 40. v1’ + 2400 + 80.v1’<br />1200 – 2400 = 120. v1’<br />–1200 = 120. v1’ ––––––> v1’ = –1200/120 = –10 m/s<br />Dari hasil v1’ = –10 m/s, maka v2’ = 30 + (–10) ––––> v2’ = 20 m/s<br />Tanda (–) menandakan bahwa arah kecepatan berlawanan arah dengan arah semula<br />4. Dua buah bola masing-masing massanya 2 kg dan 4 kg bergerak saling mendekati dengan kecepatan masing-masing 4 m/s dan 0,5 m/s, hingga saling bertumbukan. JIka tunbukan tidak lenting sama sekali, hitunglah kecepatan kedua bola setelah bertumbukan!<br />Penyelesaian :<br />Diketahui : m1 = 2 kg; m2 = 4 kg;<br />v1 = 4 m/s; v2 = –0,5 m/s<br />Ditanya : v1’ = …? dan v2’ = …? (tumbukan tidak lenting sama sekali)<br />Jawab : Gunakanlah persamaan : v1’ = v2’ = v’<br />Hukum kekekalan momentum:<br />m1.v1 + m2.v2 = m1.v1’ + m2.v2’<br />2. 4 + 4.(–0,5) = 2. v’ + 4.v’<br />8 – 2 = 6. v’ ––––––> 6. v’ = 6 ––––> v’ =6/6 = 1 m/s<br />Jadi kecepatan kedua benda setelah tumbukan adalah 1 m/s.<br /><br />Soal Latihan:<br />Hitung besarnya momentum sebuak truk yang massanya 2 ton yang bergerak dengan kecepatan 20 m/s.<br />Sebuah benda bergeak dengan kecepatan 72 km/jam. Momentum yang dimiliki benda tersebut adalah 2.105 kgm/s. Hitunglah massa benda!<br />ebuah bneda massa 4kg dijatuhkan tanpa kecepatan awal dari ketinggian 45 m. Berapa momentum bneda saat menumbuk tanah?<br />Sebuah benda massa 3 kg diberi gaya kontan 12 N sehingga kecepatannya betambah dari 10 m/s menjadi 18 m/s. Hitunglah :<br />Impuls yang bekerja pada benda<br />Lama gaya itu bereaksi/ bekerja<br />Sebuah benda massa 4 kg bergerak dengan kecepatan 20 m/s dihentikan oleh suatu gaya konstan 50 N dalam selang waktu ∆t. Hiutnglah :<br />Impuls gaya<br />Selang waktu gaya bekerja (∆t.)<br />Sebuah peluru bermassa 20 gram ditembakkan horizontal dengan kecepatan 250 m/s. Berapa kecepatan senapan endorong bahu penembak?<br />Sebuah bus massa 10 ton bergerak dengan kelajuan 4 m/s, menabrak sebuah truk massa 20 ton yang seang bergerak dengan arah berlawanan dan sesudah bertabrakan keduanya berhenti. Berapa kelajuan truk itu sesaat sebelum bertabrakan?<br />Sebuah balok massa 2 kg meluncur dengan kecepatan 10 m/s spanjang lantai licin danmenumbuk balok lain yang mula-mula diam. Jika tumbukan lenting sempurna, hitunglah kecepatan masing-masing balok setelah tumbukan!<br />Sebuah kereta dinamik massa 2 kg begerak ke kanan dengan kecepatan 4 m/s menumbuk lenting sempurna kereta dinamik lain massa 4 kg yang sedang bergerak ke kiri dengan kecepatan 1 m/s. Hitung kecepatan masing-masing keret sesudah bertumbukan!<br />Dua benda massanya sama yaitu 2 kg, bergerak berlawanan arah dengan kecepatan masing-masing 10 m/s dan 5 m/s. Sesudah tumbukan kedua benda menyatu. Tentukan :<br />Kecepatan kedua benda sesudah tumbukan.<br />Energy kinetic yang hilang selama proses tumbukan.<br /><br />ENIS-JENIS TUMBUKAN<br /><br />Perlu anda ketahui bahwa biasanya dua benda yang bertumbukan bergerak mendekat satu dengan yang lain dan setelah bertumbukan keduanya bergerak saling menjauhi. Ketika benda bergerak, maka tentu saja benda memiliki kecepatan. Karena benda tersebut mempunyai kecepatan (dan massa), maka benda itu pasti memiliki momentum (p = mv) dan juga Energi Kinetik (EK = ½ mv2).<br /><br />Nah, pada kesempatan ini kita akan mempelajari jenis-jenis tumbukan antara dua benda dan mencoba melihat hubungannya dengan Kekekalan Momentum dan Kekekalan Energi Kinetik. Napa yang ditinjau kekekalan momentum dan kekekalan energi kinetik-nya ? bukannya Cuma momentum dan energi kinetik ? yupz… maksudnya begini, ketika benda bergerak saling mendekati sebelum tumbukan, kedua benda itu memiliki Momentum dan Energi Kinetik. Yang menjadi persoalan, bagaimana dengan Momentum dan Energi Kinetik kedua benda tersebut setelah bertumbukan ? apakah momentum dan energi kinetik kedua benda ketika sebelum tumbukan = momentum dan energi kinetik benda setelah tumbukan ? agar dirimu semakin memahaminya, mari kita bahas jenis-jenis tumbukan satu persatu dan meninjau kekekalan momentum dan kekekalan energi kinetik pada kedua benda yang bertumbukan.<br /><br />Secara umum terdapat beberapa jenis tumbukan, antara lain Tumbukan lenting sempurna, Tumbukan lenting sebagian dan Tumbukan tidak lenting sama sekali.<br /><br />TUMBUKAN LENTING SEMPURNA<br /><br />Tumbukan lenting sempurna tu maksudnya bagaimanakah ? Dua benda dikatakan melakukan Tumbukan lenting sempurna jika Momentum dan Energi Kinetik kedua benda sebelum tumbukan = momentum dan energi kinetik setelah tumbukan. Dengan kata lain, pada tumbukan lenting sempurna berlaku Hukum Kekekalan Momentum dan Hukum Kekekalan Energi Kinetik.<br /><br />Hukum Kekekalan Momentum dan Hukum Kekekalan Energi Kinetik berlaku pada peristiwa tumbukan lenting sempurna karena total massa dan kecepatan kedua benda sama, baik sebelum maupun setelah tumbukan. Hukum Kekekalan Energi Kinetik berlaku pada Tumbukan lenting sempurna karena selama tumbukan tidak ada energi yang hilang. Untuk memahami konsep ini, coba jawab pertanyaan gurumuda berikut ini. Ketika dua bola billiard atau dua kelereng bertumbukan, apakah anda mendengar bunyi yang diakibatkan oleh tumbukan itu ? atau ketika mobil atau sepeda motor bertabrakan, apakah ada bunyi yang dihasilkan ? pasti ada bunyi dan juga panas yang muncul akibat benturan antara dua benda. Bunyi dan panas ini termasuk energi. Jadi ketika dua benda bertumbukan dan menghasilkan bunyi dan panas, maka ada energi yang hilang selama proses tumbukan tersebut. Sebagian Energi Kinetik berubah menjadi energi panas dan energi bunyi. Dengan kata lain, total energi kinetik sebelum tumbukan tidak sama dengan total energi kinetik setelah tumbukan.<br /><br />Nah, benda-benda yang mengalami Tumbukan Lenting Sempurna tidak menghasilkan bunyi, panas atau bentuk energi lain ketika terjadi tumbukan. Tidak ada Energi Kinetik yang hilang selama proses tumbukan. Dengan demikian, kita bisa mengatakan bahwa pada peritiwa Tumbukan Lenting Sempurna berlaku Hukum Kekekalan Energi Kinetik.<br /><br />Apakah tumbukan lenting sempurna dapat kita temui dalam kehidupan sehari-hari ? Tidak…. Tumbukan lenting sempurna merupakan sesuatu yang sulit kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Paling tidak ada ada sedikit energi panas dan bunyi yang dihasilkan ketika terjadi tumbukan. Salah satu contoh tumbukan yang mendekati lenting sempurna adalah tumbukan antara dua bola elastis, seperti bola billiard. Untuk kasus tumbukan bola billiard, memang energi kinetik tidak kekal tapi energi total selalu kekal. Lalu apa contoh Tumbukan lenting sempurna ? contoh jenis tumbukan ini tidak bisa kita lihat dengan mata telanjang karena terjadi pada tingkat atom, yakni tumbukan antara atom-atom dan molekul-molekul. Istirahat dulu ah…<br /><br />Sekarang mari kita tinjau persamaan Hukum Kekekalan Momentum dan Hukum Kekekalan Energi Kinetik pada perisitiwa Tumbukan Lenting Sempurna. Untuk memudahkan pemahaman dirimu, perhatikan gambar di bawah.<br /><br />Dua benda, benda 1 dan benda 2 bergerak saling mendekat. Benda 1 bergerak dengan kecepatan v1 dan benda 2 bergerak dengan kecepatan v2. Kedua benda itu bertumbukan dan terpantul dalam arah yang berlawanan. Perhatikan bahwa kecepatan merupakan besaran vektor sehingga dipengaruhi juga oleh arah. Sesuai dengan kesepakatan, arah ke kanan bertanda positif dan arah ke kiri bertanda negatif. Karena memiliki massa dan kecepatan, maka kedua benda memiliki momentum (p = mv) dan energi kinetik (EK = ½ mv2). Total Momentum dan Energi Kinetik kedua benda sama, baik sebelum tumbukan maupun setelah tumbukan.<br /><br />Secara matematis, Hukum Kekekalan Momentum dirumuskan sebagai berikut :<br /><br />Keterangan :<br /><br />m1 = massa benda 1, m2 = massa benda 2<br /><br />v1 = kecepatan benda sebelum tumbukan dan v2 = kecepatan benda 2 Sebelum tumbukan<br /><br />v’1 = kecepatan benda Setelah tumbukan, v’2 = kecepatan benda 2 setelah tumbukan<br /><br />Jika dinyatakan dalam momentum,<br /><br />m1v1 = momentum benda 1 sebelum tumbukan, m1v’1 = momentum benda 1 setelah tumbukan<br /><br />m2v2 = momentum benda 2 sebelum tumbukan, m2v’2 = momentum benda 2 setelah tumbukan<br /><br />Pada Tumbukan Lenting Sempurna berlaku juga Hukum Kekekalan Energi Kinetik. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut :<br /><br />Kita telah menurunkan 2 persamaan untuk Tumbukan Lenting Sempurna, yakni persamaan Hukum Kekekalan Momentum dan Persamaan Hukum Kekekalan Energi Kinetik. Ada suatu hal yang menarik, bahwa apabila hanya diketahui massa dan kecepatan awal, maka kecepatan setelah tumbukan bisa kita tentukan menggunakan suatu persamaan lain. Persamaan ini diturunkan dari dua persamaan di atas. Persamaan apakah itu ? nah, mari kita turunkan persamaan tersebut… dipahami perlahan-lahan ya<br /><br />Sekarang kita tulis kembali persamaan Hukum Kekekalan Momentum :<br /><br />Kita tulis kembali persamaan Hukum Kekekalan Energi Kinetik :<br /><br />Kita tulis kembali persamaan ini menjadi :<br /><br />Ini merupakan salah satu persamaan penting dalam Tumbukan Lenting sempurna, selain persamaan Kekekalan Momentum dan persamaan Kekekalan Energi Kinetik. Persamaan 3 menyatakan bahwa pada Tumbukan Lenting Sempurna, laju kedua benda sebelum dan setelah tumbukan sama besar tetapi berlawanan arah, berapapun massa benda tersebut.<br /><br />Koofisien elastisitas Tumbukan Lenting Sempurna<br /><br />Wah, istilah baru lagi ne… apaan sie koofisien elastisitas ? sebelum gurumuda menjelaskan apa itu koofisien elastisitas, mari kita obok2 lagi rumus fisika. Kali ini giliran persamaan 3…<br /><br />Kita tulis lagi persamaan 3 :<br /><br />Perbandingan negatif antara selisih kecepatan benda setelah tumbukan dengan selisih kecepatan benda sebelum tumbukan disebut sebagai koofisien elatisitas alias faktor kepegasan (dalam buku Karangan Bapak Marthen Kanginan disebut koofisien restitusi). Untuk Tumbukan Lenting Sempurna, besar koofisien elastisitas = 1. ini menunjukkan bahwa total kecepatan benda setelah tumbukan = total kecepatan benda sebelum tumbukan. Lambang koofisien elastisitas adalah e. Secara umum, nilai koofisien elastisitas dinyatakan dengan persamaan :<br /><br />e = koofisien elastisitas = koofisien restitusi, faktor kepegasan, angka kekenyalan, faktor keelastisitasan<br /><br />TUMBUKAN LENTING SEBAGIAN<br /><br />Pada pembahasan sebelumnya, kita telah belajar bahwa pada Tumbukan Lenting Sempurna berlaku Hukum Kekekalan Momentum dan Hukum Kekekakalan Energi Kinetik. Nah, bagaimana dengan tumbukan lenting sebagian ?<br /><br />Pada tumbukan lenting sebagian, Hukum Kekekalan Energi Kinetik tidak berlaku karena ada perubahan energi kinetik terjadi ketika pada saat tumbukan. Perubahan energi kinetik bisa berarti terjadi pengurangan Energi Kinetik atau penambahan energi kinetik. Pengurangan energi kinetik terjadi ketika sebagian energi kinetik awal diubah menjadi energi lain, seperti energi panas, energi bunyi dan energi potensial. Hal ini yang membuat total energi kinetik akhir lebih kecil dari total energi kinetik awal. Kebanyakan tumbukan yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari termasuk dalam jenis ini, di mana total energi kinetik akhir lebih kecil dari total energi kinetik awal. Tumbukan antara kelereng, tabrakan antara dua kendaraan, bola yang dipantulkan ke lantai dan lenting ke udara, dll.<br /><br />Sebaliknya, energi kinetik akhir total juga bisa bertambah setelah terjadi tumbukan. Hal ini terjadi ketika energi potensial (misalnya energi kimia atau nuklir) dilepaskan. Contoh untuk kasus ini adalah peristiwa ledakan.<br /><br />Suatu tumbukan lenting sebagian biasanya memiliki koofisien elastisitas (e) berkisar antara 0 sampai 1. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :<br /><br />Bagaimana dengan Hukum Kekekalan Momentum ? Hukum Kekekalan Momentum tetap berlaku pada peristiwa tumbukan lenting sebagian, dengan anggapan bahwa tidak ada gaya luar yang bekerja pada benda-benda yang bertumbukan.<br /><br /><br />HUKUM KEKEKALAN MOMENTUM<br /><br />momentum total sebelum tumbukan = momentum total setelah tumbukan. Hal ini berlaku apabila tidak ada gaya luar alias gaya eksternal total yang bekerja pada benda yang bertumbukan. Jadi analisis kita hanya terbatas pada dua benda yang bertumbukan, tanpa ada pengaruh dari gaya luar. Sekarang perhatikan gambar di bawah ini.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcRT7R_KCW2K4WcK1o6SYjcYpYQ89R5pmTxZf62SwqYEU4OoFaAnqnTljxQ9wCaG3oIEn8_l2nGWGAunLcxbHQarZhsI8e1rRUX10_t1EG_d8WN4_4u2QQ2Iewk9MmV_ous6iXM17YZIgO/s1600-h/hukum-kekekalan-momentum-a.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 285px; height: 184px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcRT7R_KCW2K4WcK1o6SYjcYpYQ89R5pmTxZf62SwqYEU4OoFaAnqnTljxQ9wCaG3oIEn8_l2nGWGAunLcxbHQarZhsI8e1rRUX10_t1EG_d8WN4_4u2QQ2Iewk9MmV_ous6iXM17YZIgO/s320/hukum-kekekalan-momentum-a.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5448760949260882066" border="0" /></a><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><p style="text-align: justify;">Jika dua benda yang bertumbukan diilustrasikan dengan gambar di atas, maka secara matematis, hukum kekekalan momentum dinyatakan dengan persamaan :</p> <p style="text-align: justify;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqLKM_tuKTc7lo8rj6HFuMipklbXe52QVLhys0bpQA5xBHagPTAZylz545uUv-6ZSVSu_UYMt2YB_SkBVWFkKcy4OQTuMZhZtYoVPQDxIZj8Cc1CcHRYczBy03efQaU9L-VsKqd05ve-K-/s1600-h/hukum-kekekalan-momentum-b.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 320px; height: 42px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqLKM_tuKTc7lo8rj6HFuMipklbXe52QVLhys0bpQA5xBHagPTAZylz545uUv-6ZSVSu_UYMt2YB_SkBVWFkKcy4OQTuMZhZtYoVPQDxIZj8Cc1CcHRYczBy03efQaU9L-VsKqd05ve-K-/s320/hukum-kekekalan-momentum-b.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5448761749862734386" border="0" /></a></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Keterangan :</p> <p style="text-align: justify;"><em>m<sub>1 </sub></em>= massa benda 1, <em>m<sub>2</sub></em> = massa benda 2, <strong>v</strong><sub>1</sub> = kecepatan benda 1 sebelum tumbukan, <strong>v</strong><sub>2</sub> = kecepatan benda 2 sebelum tumbukan, <strong>v’</strong><sub>1</sub> = kecepatan benda 1 setelah tumbukan, <strong>v’</strong><sub>2</sub> = kecepatan benda 2 setelah tumbukan</p> <p style="text-align: justify;"><em> </em></p> <p style="text-align: justify;"><em>Jika dinyatakan dalam momentum, maka :</em></p> <p style="text-align: justify;"><em>m<sub>1</sub></em><strong>v</strong><sub>1</sub> = momentum benda 1 sebelum tumbukan, <em>m<sub>2</sub></em><strong>v</strong><sub>2</sub> = momentum benda 2 sebelum tumbukan, <em>m<sub>1</sub></em><strong>v</strong>‘<sub>1</sub> = momentum benda 1 setelah tumbukan, <em>m<sub>2</sub></em><strong>v</strong>‘<sub>2</sub> = momentum benda 2 setelah tumbukan</p><p style="text-align: justify;">Perlu anda ketahui bahwa <em>Huk</em><em>um Kekekalan Momentum</em> ditemukan melalui percobaan pada pertengahan abad ke-17, sebelum eyang Newton merumuskan hukumnya tentang gerak <em>(mengenai <a title="Hukum II Newton" href="http://www.gurumuda.com/hukum-newton-2/">Hukum II Newton</a> versi momentum telah saya jelaskan pada pokok bahasan Momentum, Tumbukan dan Impuls)</em>. Walaupun demikian, kita dapat menurunkan persamaan Hukum Kekekalan Momentum dari persamaan hukum II Newton. Yang kita tinjau ini khusus untuk kasus tumbukan satu dimensi, seperti yang dilustrasikan pada gambar di atas.</p> <p style="text-align: justify;">Kita tulis kembali persamaan hukum II Newton :</p><p style="text-align: justify;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjdC4_stLdBnVAFKIr7x917MV4wD5iOvfowYaiDAHMPpJEsDKDoiGYUZpZ-JADP2QjKU9HRfbRVfFiSpLIHFoL8aNxKyq5IQhLs9vCoUD7m4PMJJGkXR7miLTMTkLUkhwr5zAaof1qU7pI6/s1600-h/hukum-kekekalan-momentum-c.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 320px; height: 119px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjdC4_stLdBnVAFKIr7x917MV4wD5iOvfowYaiDAHMPpJEsDKDoiGYUZpZ-JADP2QjKU9HRfbRVfFiSpLIHFoL8aNxKyq5IQhLs9vCoUD7m4PMJJGkXR7miLTMTkLUkhwr5zAaof1qU7pI6/s320/hukum-kekekalan-momentum-c.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5448762409415364434" border="0" /></a></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><br /><br /><br /><br /><br /><br />Ketika bola 1 dan bola 2 bertumbukan, bola 1 memberikan gaya pada bola 2 sebesar F<sub>21</sub>, di mana arah gaya tersebut ke kanan <em>(perhatikan gambar di bawah)<br /></em><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBzqfkX_TQjQ63mJnkKyHNjgzUz9eIYQva9jUuCTTwfy-G9EgtMqdJP4nqCfi5zDp3kFUQEBVDt5lZ7qlIMExfyqcCM99aeCQ5qGmgQ7sSZcmPKrxW-BcCiirPkWyEy_fBEhUj6_Cx5WU7/s1600-h/hukum-kekekalan-momentum-c2.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 281px; height: 93px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBzqfkX_TQjQ63mJnkKyHNjgzUz9eIYQva9jUuCTTwfy-G9EgtMqdJP4nqCfi5zDp3kFUQEBVDt5lZ7qlIMExfyqcCM99aeCQ5qGmgQ7sSZcmPKrxW-BcCiirPkWyEy_fBEhUj6_Cx5WU7/s320/hukum-kekekalan-momentum-c2.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5448763302007483074" border="0" /></a><br /><br /><br /><br /><br /><br />Momentum bola 2 dinyatakan dengan persamaan :<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipBfYF7vwqxItlqmYmdIpkpazvt0ODa0x8Dhd7e8v4RBXv6OPAkYFqdGWW9qCUO6HC39lF3cyXCNp3XtRhMPSX4I8yC5biN_H66futYgw779g1tIL91teWAapHesu3-5N4JIIf_ANjDzZU/s1600-h/hukum-kekekalan-momentum-d.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 320px; height: 81px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipBfYF7vwqxItlqmYmdIpkpazvt0ODa0x8Dhd7e8v4RBXv6OPAkYFqdGWW9qCUO6HC39lF3cyXCNp3XtRhMPSX4I8yC5biN_H66futYgw779g1tIL91teWAapHesu3-5N4JIIf_ANjDzZU/s320/hukum-kekekalan-momentum-d.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5448763799125307234" border="0" /></a><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><p style="text-align: justify;">Berdasarkan Hukum III Newton <em>(Hukum aksi-reaksi)</em>, bola 2 memberikan gaya reaksi pada bola 1, di mana besar F<sub>12</sub> = – F<sub>21</sub>. <em>(Ingat ya, besar gaya reaksi = gaya aksi. Tanda negatif menunjukan bahwa arah gaya reaksi berlawanan dengan arah gaya aksi)</em></p> <p style="text-align: justify;">Momentum bola 1 dinyatakan dengan persamaan :</p><p style="text-align: justify;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh24474v0edP4IqbECjRN408HCiqpBTNAmQAJStT9QGFvEEFxLWl01RRI_DM_8NnBfHKQX60RyNL0oWgzdOGva7zj4qhWUX4vQLzVSyQjkDxnSCvH_Elg9Gi2LOcB-TuvaXZT5bsyGxFiLl/s1600-h/hukum-kekekalan-momentum-e.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 320px; height: 87px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh24474v0edP4IqbECjRN408HCiqpBTNAmQAJStT9QGFvEEFxLWl01RRI_DM_8NnBfHKQX60RyNL0oWgzdOGva7zj4qhWUX4vQLzVSyQjkDxnSCvH_Elg9Gi2LOcB-TuvaXZT5bsyGxFiLl/s320/hukum-kekekalan-momentum-e.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5448764041022925170" border="0" /></a></p><br /><br /><br /><br /><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirASsOJPwRbjoBAiYqQRqacXKqYroM2pMz0w-pXxQZKgbA5IMQqR6DJkyAVQ3pH6Qsho4PpmezNI98LISPyT5qtK2rXSK5628y9lEKXwyG6X1Ex0OD43VHQ4IcKY4Gmb3ZKSXYsPy0A9pz/s1600-h/hukum-kekekalan-momentum-f.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 320px; height: 192px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirASsOJPwRbjoBAiYqQRqacXKqYroM2pMz0w-pXxQZKgbA5IMQqR6DJkyAVQ3pH6Qsho4PpmezNI98LISPyT5qtK2rXSK5628y9lEKXwyG6X1Ex0OD43VHQ4IcKY4Gmb3ZKSXYsPy0A9pz/s320/hukum-kekekalan-momentum-f.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5448764318412539922" border="0" /></a><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Ini adalah persamaan Hukum Kekekalan Momentum. Hukum Kekekalan Momentum berlaku jika gaya total pada benda-benda yang bertumbukan = 0. Pada penjelasan di atas, gaya total pada dua benda yang bertumbukan adalah <em>F<sub>12</sub> + (-F<sub>21</sub>)<sub> </sub>= 0.</em> Jika nilai <strong>gaya total</strong> dimasukan dalam persamaan momentum :<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhKGISLIyF2kFzteec9qvVsQKcpNmn1nBuOduIqjvq6lYpZo-y0jSGX6296GKwO0qTd9HoTRExo-WtOnsgOqLOPsTuQjtH0SWTuaD0ufv6NdNqiCf9cJ0l54vue2XyqpBpBuOPGTvoiGErM/s1600-h/hukum-kekekalan-momentum-g.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 320px; height: 82px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhKGISLIyF2kFzteec9qvVsQKcpNmn1nBuOduIqjvq6lYpZo-y0jSGX6296GKwO0qTd9HoTRExo-WtOnsgOqLOPsTuQjtH0SWTuaD0ufv6NdNqiCf9cJ0l54vue2XyqpBpBuOPGTvoiGErM/s320/hukum-kekekalan-momentum-g.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5448764665890834994" border="0" /></a><br /><br /><br /><br /><br /><br /><p style="text-align: justify;">Hal ini menunjukkan bahwa apabila gaya total pada sistem = 0, maka momentum total tidak berubah. Yang dimaksudkan dengan sistem adalah benda-benda yang bertumbukan. Apabila pada sistem tersebut bekerja gaya luar <em>(gaya-gaya yang diberikan oleh benda di luar sistem),</em> sehingga gaya total tidak sama dengan nol, maka hukum kekekalan momentum tidak berlaku.</p> <p style="text-align: justify;">Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan bahwa :</p> <p style="text-align: justify;"><em>Jika tidak ada gaya luar yang bekerja pada benda-benda yang bertumbukan, maka jumlah momentum benda-benda sebelum tumbukan sama dengan jumlah momentum benda-benda setelah tumbukan. </em></p> <p style="text-align: justify;">Ini adalah pernyataan hukum kekekalan momentum</p><br /><br />PRINSIP KERJA ROKET<br /><br /><span style="font-weight: bold;"></span>Dorongan roket dan jet merupakan penerapan yang menarik dari hukum III Newton dan Kekekalan momentum. Roket memiliki tangki yang berisi bahan bakar hodrogen cair dan oksigen cair. Bahan bakar tersebut dibakar dalam ruang pembakaran sehingga menghasilkan gas lalu dibuang melalui mulut pipa yang terletak dibelakang roket. Akibatnya terjadi perubahan momentum pada gas selama selang waktu tertentu. Berdasarkan hukum II Newton, perubahan momentum selama suatu selang waktu tertentu = gaya total. Jadi bisa dikatakan bahwa terdapat gaya total pada gas yang disemburkan roket ke belakang. Gaya total tersebut merupakan gaya aksi yang diberikan oleh roket kepada gas, di mana arahnya ke bawah. Sebagai tanggapan, gas memberikan gaya reaksi kepada roket, di mana besar gaya reaksi = gaya aksi, hanya arahnya berlawanan.desianaputripermanahttp://www.blogger.com/profile/18033096004955827275noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-1636585790385590591.post-12515598451071475282009-12-08T13:38:00.002+07:002010-03-15T14:56:15.760+07:00Usaha dan EnergiUSAHA<br /><br />Usaha alias Kerja yang dilambangkan dengan huruf W (Work-bahasa inggris), digambarkan sebagai sesuatu yang dihasilkan oleh Gaya (F) ketika Gaya bekerja pada benda hingga benda bergerak dalam jarak tertentu. Hal yang paling sederhana adalah apabila Gaya (F) bernilai konstan (baik besar maupun arahnya) dan benda yang dikenai Gaya bergerak pada lintasan lurus dan searah dengan arah Gaya tersebut.<br /><br />Secara matematis, usaha yang dilakukan oleh gaya yang konstan didefinisikan sebagai hasil kali perpindahan dengan gaya yang searah dengan perpindahan.<br /><br />usaha dan kerja-02<br /><br />Persamaan matematisnya adalah :<br /><br />W = Fs cos 0 = Fs (1) = Fs<br /><br />W adalah usaha alias kerja, F adalah besar gaya yang searah dengan perpindahan dan s adalah besar perpindahan.<br /><br />Apabila gaya konstan tidak searah dengan perpindahan, sebagaimana tampak pada gambar di bawah, maka usaha yang dilakukan oleh gaya pada benda didefinisikan sebagai perkalian antara perpindahan dengan komponen gaya yang searah dengan perpindahan. Komponen gaya yang searah dengan perpindahan adalah F cos teta<br /><br />usaha dan kerja-01<br /><br />Secara matematis dirumuskan sebagai berikut :<br /><br />usaha dan energi<br /><br />Hasil perkalian antara besar gaya (F) dan besar perpindahan (s) di atas merupakan bentuk perkalian titik atau perkalian skalar. Karenanya usaha masuk dalam kategori besaran skalar. Pelajari lagi perkalian vektor dan skalar kalau dirimu bingun… Persamaan di atas bisa ditulis dalam bentuk seperti ini :<br /><br />usaha dan kerja<br /><br />Satuan Usaha dalam Sistem Internasional (SI) adalah newton-meter. Satuan newton-meter juga biasa disebut Joule ( 1 Joule = 1 N.m). menggunakan sistem CGS (Centimeter Gram Sekon), satuan usaha disebut erg. 1 erg = 1 dyne.cm. Dalam sistem British, usaha diukur dalam foot-pound (kaki-pon). 1 Joule = 107 erg = 0,7376 ft.lb.<br /><br />Perlu anda pahami dengan baik bahwa sebuah gaya melakukan usaha apabila benda yang dikenai gaya mengalami perpindahan. Jika benda tidak berpindah tempat maka gaya tidak melakukan usaha. Agar memudahkan pemahaman anda, bayangkanlah anda sedang menenteng buku sambil diam di tempat. Walaupun anda memberikan gaya pada buku tersebut, sebenarnya anda tidak melakukan usaha karena buku tidak melakukan perpindahan. Ketika anda menenteng atau menjinjing buku sambil berjalan lurus ke depan, ke belakang atau ke samping, anda juga tidak melakukan usaha pada buku. Pada saat menenteng buku atau menjinjing tas, arah gaya yang diberikan ke atas, tegak lurus dengan arah perpindahan. Karena tegak lurus maka sudut yang dibentuk adalah 90o. Cos 90o = 0, karenanya berdasarkan persamaan di atas, nilai usaha sama dengan nol. Contoh lain adalah ketika dirimu mendorong tembok sampai puyeng… jika tembok tidak berpindah tempat maka walaupun anda mendorong sampai banjir keringat, anda tidak melakukan usaha. Kita dapat menyimpulkan bahwa sebuah gaya tidak melakukan usaha apabila gaya tidak menghasilkan perpindahan dan arah gaya tegak lurus dengan arah perpindahan.<br /><br />Contoh Soal 1 :<br /><br />Sebuah peti kemas bermassa 50 kg yang terletak pada lantai ditarik horisontal sejauh 2 meter dengan gaya 100 N oleh seorang buruh pelabuhan. Lantai tersebut agak kasar sehingga gaya gesekan yang diberikan pada karung beras sebesar 50 N. Hitunglah usaha total yang dilakukan terhadap karung berisi beras tersebut…<br /><br />usaha dan energi - 466<br /><br />Panduan jawaban :<br /><br />Sebelum menghitung usaha total, terlebih dahulu kita hitung usaha yang dilakukan oleh buruh karung dan usaha yang dilakukan oleh gaya gesekan. Kita tetapkan arah kanan bertanda positif sedangkan arah kiri negatif. (b = buruh, Fg = gaya gesekan, N = gaya normal, w = berat). Gaya gesekan berlawanan arah dengan arah gerakan benda sehingga bertanda negatif.<br /><br />Pada soal di atas, terdapat empat gaya yang bekerja pada peti kemas, yakni gaya tarik buruh (searah dengan perpindahan peti kemas), gaya gesekan (berlawanan arah dengan perpindahan peti), gaya berat dan gaya normal (tegak lurus arah perpindahan, sudut yang terbentuk adalah 90o).<br /><br />Untuk mengetahui usaha total, terlebih dahulu kita hitung besar usaha yang dilakukan masing-masing gaya tersebut.<br /><br />Usaha yang dilakukan oleh buruh pelabuhan :<br /><br />Wb = Fb.s = (100 N) (2 m) = 200 N.m<br /><br />Usaha yang dilakukan oleh Gaya gesekan :<br /><br />Wg = Fg.s =- (50 N) (2 m) = -100 N.m<br /><br />Usaha yang dilakukan oleh gaya berat :<br /><br />Ww = Fw.s = (mg) (2 m) cos 90o = 0<br /><br />Usaha yang dilakukan oleh gaya normal :<br /><br />WN = FN.s = (mg) (2 m) cos 90o = 0<br /><br />Usaha total = Wb + Wg + Ww + WN = (200 N.m) + (-100 N.m) + 0 + 0 = 100 N.m = 100 Joule<br /><br />Contoh Soal 2 :<br /><br />Seorang anak menarik mobil mainan menggunakan tali dengan gaya sebesar 20 N. Tali tersebut membentuk sudut 30o terhadap permukaan tanah dan besar gaya gesekan tanah dengan roda mobil mainan adalah 2 N. Jika mobil mainan berpindah sejauh 10 meter, berapakah usaha yang dilakukan anak tersebut ?<br /><br />usaha dan kerja-03<br /><br />Panduan jawaban :<br /><br />Pada dasarnya soal ini sama dengan contoh soal 1. Pada soal ini terdapat sudut yang dibentuk antara gaya dengan arah horisontal, sehingga komponen gaya tarik yang dipakai adalah F cos teta (sejajar dengan arah perpindahan)<br /><br />Untuk mengetahui usaha total, terlebih dahulu kita hitung besar usaha yang dilakukan masing-masing gaya : (A = anak, g = gesekan, w = berat dan N = normal)<br /><br />usaha dan kerja-04<br /><br />Usaha yang dilakukan oleh Gaya gesekan :<br /><br />Wg = Fg.s = (-2 N) (10 m) = -20 N.m<br /><br />Usaha yang dilakukan oleh gaya berat :<br /><br />Ww = Fw.s = (mg) (2 m) cos 90o = 0<br /><br />Usaha yang dilakukan oleh gaya normal :<br /><br />WN = FN.s = (mg) (2 m) cos 90o = 0<br /><br />Usaha total :<br /><br />ENERGI<br /><br />Segala sesuatu yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari membutuhkan energi. Untuk bertahan hidup kita membutuhkan energi yang diperoleh dari makanan. Setiap kendaraan membutuhkan energi untuk bergerak dan energi itu diperoleh dari bahan bakar. Hewan juga membutuhkan energi untuk hidup, sebagaimana manusia dan tumbuhan.<br /><br />Energi merupakan salah satu konsep yang paling penting dalam fisika. Konsep yang sangat erat kaitannya dengan usaha adalah konsep energi. Secara sederhana, energi merupakan kemampuan melakukan usaha. Definisi yang sederhana ini sebenarnya kurang tepat atau kurang valid untuk beberapa jenis energi (misalnya energi panas atau energi cahaya tidak dapat melakukan kerja). Definisi tersebut hanya bersifat umum. Secara umum, tanpa energi kita tidak dapat melakukan kerja. Sebagai contoh, jika kita mendorong sepeda motor yang mogok, usaha alias kerja yang kita lakukan menggerakan sepeda motor tersebut. Pada saat yang sama, energi kimia dalam tubuh kita menjadi berkurang, karena sebagian energi kimia dalam tubuh berubah menjadi energi kinetik sepeda motor. Usaha dilakukan ketika energi dipindahkan dari satu benda ke benda lain. Contoh ini juga menjelaskan salah satu konsep penting dalam sains, yakni kekekalan energi. Jumlah total energi pada sistem dan lingkungan bersifat kekal alias tetap. Energi tidak pernah hilang, tetapi hanya dapat berubah bentuk dari satu bentuk energi menjadi bentuk energi lain. Mengenai Hukum Kekekalan Energi akan kita kupas tuntas dalam pokok bahasan tersendiri. (tuh ada linknya di bawah)…..<br /><br />Dalam kehidupan sehari-hari terdapat banyak jenis energi. Energi kimia pada bahan bakar membantu kita menggerakan kendaraan, demikian juga energi kimia pada makanan membantu makhluk hidup bertahan hidup dan melakukan kerja. Dengan adanya energi listrik, kita bisa menonton TV atau menyalakan komputer sehingga bisa bermain game sepuasnya. Ini hanya beberapa contoh dari sekian banyak jenis energi dalam kehidupan kita. Misalnya ketika kita menyalakan lampu neon, energi listrik berubah menjadi energi cahaya. Energi listrik juga bisa berubah menjadi energi panas (setrika listrik), energi gerak (kipas angin) dan sebagainya. Banyak sekali contoh dalam kehidupan kita, dirimu bisa memikirkan contoh lainnya. Secara umum, energi bermanfaat bagi kita ketika energi mengalami perubahan bentuk, misalnya energi listrik berubah menjadi energi gerak (kipas angin), atau energi kimia berubah menjadi energi gerak (mesin kendaraan).<br /><br /><br />DAYA<br /><br />Dalam ilmu fisika, daya diartikan sebagai laju dilakukannya usaha atau perbandingan antara usaha dengan selang waktu dilakukannya usaha. Dalam kaitan dengan energi, daya diartikan sebagai laju perubahan energi. Sedangkan Daya rata-rata didefinisikan sebagai perbandingan usaha total yang dilakukan dengan selang waktu total yang dibutuhkan untuk melakukan usaha. Secara matematis, hubungan antara daya, usaha dan waktu dirumuskan sebagai berikut<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRXi9zc39ugXYzldtUe9LJIxXV3_r9BhZK3a4BHYbn6RYYv82pdGPcnzYqBJptAmc1h9uBmzL99wLEh1GpFh4IVQmCUjG0yd-COBAWVakzwmgLZA9LhUcgbaxqO0mPwR8bpuXCoISysWpT/s1600-h/5a.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 320px; height: 155px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRXi9zc39ugXYzldtUe9LJIxXV3_r9BhZK3a4BHYbn6RYYv82pdGPcnzYqBJptAmc1h9uBmzL99wLEh1GpFh4IVQmCUjG0yd-COBAWVakzwmgLZA9LhUcgbaxqO0mPwR8bpuXCoISysWpT/s320/5a.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5448766052505881666" border="0" /></a><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><p style="text-align: justify;">berdasarkan persamaan ini, dapat disimpulkan bahwa semakin besar laju usaha, semakin besar Daya. Sebaliknya, semakin kecil laju Usaha maka semakin kecil laju Daya. Yang dimaksudkan dengan laju usaha adalah seberapa cepat sebuah usaha dilakukan. Misalnya mobil A dan B memiliki massa yang sama menempuh suatu lintasan berjarak 1 km. Apabila mobil A menempuh lintasan tersebut dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan mobil B, maka ketika menempuh lintasan itu, daya mobil A lebih besar dari mobil B. Dengan kata lain, Mobil A memiliki laju perubahan energi kimia menjadi energi mekanik yang lebih besar dari pada mobil B.</p> <p style="text-align: justify;">Daya merupakan besaran skalar, besaran yang hanya mempunyai nilai alias besar, tidak mempunyai arah. Satuan Daya dalam Sistem Internasional adalah Joule/detik. Joule/detik juga biasa disebut Watt (disingkat W), untuk menghargai James Watt. Dalam sistem British, satuan daya adalah 1 pon-kaki/detik. Satuan ini terlalu kecil untuk kebutuhan praktis sehingga digunakan satuan lain yang lebih besar, yakni <em>dayakuda </em>atau <em>horse power</em> (disingkat hp). 1 <em>dayakuda</em> = 550 pon-kaki/detik = 764 watt = ¾ kilowatt.</p> <p style="text-align: justify;">Besaran Usaha juga bisa dinyatakan dalam satuan daya x waktu, misalnya <em>kilowatt-jam</em> alias KWH. Satu KWH adalah usaha yang dilakukan dengan laju tetap sebesar 1 Kilo Watt selama satu jam.</p>desianaputripermanahttp://www.blogger.com/profile/18033096004955827275noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1636585790385590591.post-81821456513566403232009-12-08T13:37:00.001+07:002009-12-08T13:38:47.130+07:00Gerak Harmonis SederhanaGERAK HARMONIS SEDERHANA<br /><br />Gerak Harmonis Sederhana adalah gerak bolak - balik suatu benda melewati titik keseimbangan. Contohnya, bandul jam yang bergerak ke kiri dan ke kanan, penggaris yang salah satu ujungnya dijepit di meja dan ujung lainnya digetarkan.<br />Dalam Gerak Harmonis Sederhana, benda terbagi menjadi tiga bagian. Dimana tiap benda yang bergerak secara harmonis akan memiliki simpangan, kecepatan ,dan percepatan. Ketiganya nanti akan dibahas secara lebih lanjut di halaman berikutnya. Termasuk pula akan dibahas mengenai sudut fase, fase, dan beda fase<br />Selanjutnya, akan dibahas pula mengenai gaya pegas yang erat hubungannya dengan gerak haromnis sederhana Dalam hal pegas ini, yang akan dibahas adalah Elastisitas dan Hukum Hooke. Selain itu, modulus elastisitas atau yang sering disebut juga dengan sebutan Modulus Young, yang artinya perbandingan antara tegangan dan regangan, juga akan dibahas secara lanjut di halaman berikutnya. Tegangan dan regangan itu sendiri juga akan dibahas scara satu persatu.<br />Hal lain yang akan dibahas adalah Gerakan benda di bawah pengaruh gaya pegas. Bila sebuah benda yang digantungkan pada pegas ditarik dan dilepas, pegas akan bergetar. Nah, percepatan getarnya itu dapat dihitung dan itulah yang menjadi pembahasan nanti<br /><br /><br /># Simpangan, Kecepatan, dan Percepatan GHS<br /><br />1. Simpangan GHS<br /><br />Untuk menghitung besarnya simpangan pada gerak harmonis sederhana digunakan rumus:<br />Simpangan atau Simpangan<br />Bila besarnya sudut awal (Θ 0) adalah 0 maka persamaan simpangannya menjadi:<br />Simpangan Sudut Awal 0<br />dengan:<br />y = simpangan (m)<br />A = amplitudo atau simpangan maksimum (m)<br />t = waktu getar (s)<br />w = kecepatan sudut (rad/s)<br /><br />Simpangan akan bernilai maksimum (ymaks) jika sin wt = 1 sehingga persamaannya menjadi:<br />Simpangan Maksimal<br /><br />2. Kecepatan GHS<br /><br />Besarnya kecepatan gerak harmonis dapat dicari dengan persamaan:<br />Kecepatan<br />Besarnya kecepatan akan mencapai nilai maksimun bila besarnya cos wt = 1, sehingga persamaannya menjadi:<br />Kecepatan Maksimal<br /><br />3. Percepatan GHS<br /><br />Besarnya percepatan pada gerak harmonis sederhana dapat dihitung dengan rumus:<br />Percepatan atau Percepatan<br />Dan besarnya percepatan akan mencapai nilai maksimal apabila besarnya sin wt = 1, sehingga:<br />Percepatan Maksimal<br />Besarnya percepatan bernilai negatif menunjukkan arah percepatan a berlawanan dengan arah perpindahan y (y adalah perpindahan dari titik keseimbangan)<br /><br /><br />Sudut Fase, Fase, dan Beda Fase GHS<br /><br />Berdasarkan dari persamaan simpangan:<br />Simpangan<br />bila diturunkan akan menjadi,<br />Sudut Fase<br />Faktor Θ disebut sudut fase, yaitu posisi sudut selama benda bergerak harmonis.<br /><br />Fase atau tingkat getar adalah sudut fase dibagi dengan sudut tempuh selama satu putaran penuh. Sehingga besarnya fase dapat dihitung dari persamaan:<br />Fase<br />Nilai fase biasanya hanya diambil bilangan pecahannya saja Misalkannya saja besarnya fase getaran adalah 1/4, 11/4, 21/4 maka besarnya fase cukup disebut 1/4 saja karena posisi partikel yang bergetar untuk ketiga fase getar tersebut sama. Bilangan bulat di depan pecahan, menunjukkan banyaknya getaran penuh yang terlewati.<br /><br />Pembahasan tentang fase dibagi menjadi dua, yaitu:<br />1. Beda fase getaran suatu titik dengan selang waktu t= t1 dan t= t2<br />Persamaan yang dipakai untuk menghitung besarnya beda fase dengan selang waktu dari t1 sampai t2 adalah:<br />Beda Fase dengan selang waktu<br />2. Beda fase dua getaran pada waktu sama<br />Kita juga dapat menghitung beda fase dua getaran pada waktu yang sama. Misalkan dua getaran masing - masing dengan periode T1 dan T2 maka beda fase keduanya setelah bergetar selama t sekon dapat dicari dengan persamaan:<br />Beda Fase dengan waktu yang bersamaan<br />Dua kedudukan tersebut akan dikatan sefase bila nilai beda fase merupakan bilangan cacah (tanpa pecahan ataupun desimal). Sebaliknya kedudukan akan dikatakan berlawanan fase apabila nilai beda fase berupa bilangan cacah+1/2(dengan pecahan ataupun desimal).<br /><br /># Superposisi Dua Simpangan Gerak Harmonis yang Segaris<br /><br />Jika ada dua persamaan simpangan yang dialami oleh suatu partikel pada saat yang sama, maka simpangan akibat kedua getaran dapat dicaari dengan dua cara, yaitu secara grafis dan secara maematis. Berikut adalah pembahasan mengenai kedua cara tersebut.<br /><br />1. Secara Grafis<br /><br />Berikut adalah gambar Superposisi dua gerak harmonis sederhana,<br />Grafik Superposisi<br /><br />2. Secara Matematis<br /><br />Dalam perhitungan secara matematis dua gerak harmonis memiliki simpangannya masing - masing. Untuk mencari simpangan superposisinya maka kedua simpangan itu dijumlahkan (y = y1 + y2) sehingga didapatkan persamaan sebagai berikut:<br />Superposisi secara Matematis<br /><br /># Penurunan Rumus Periode (T) dan Frekuensi (f)<br /><br />Dalam pembahasan suba bab ini, kita akan membahasa mengenai Periode (T) dan frekuensi (f). Dalam bahasan ini, akan membahas pula mengenai gaya pemulih. Karena itu, pembahasannya akan dibatasi hanya sampai pada pegas dan ayunan sederhana.<br /><br />1. Pegas<br /><br />Dalam pegas untuk perhitungan Periodenya digunakan rumus:<br />Periode Pegas<br />sedangkan besarnya frekuensi berbanding terbalik dengan periodenya ( f = 1/T), sehingga didapatkan rumus frekuensi sebagai berikut:<br />Frekuensi Pegas<br />dengan,<br />m = massa beban (kg)<br />k = konstanta pegas (N/m)<br />Sedangkan bila konstanta pegas belum diketahui, konstatanya dapat dihitung dengan persamaan:<br />Konstanta Pegas<br />dengan,<br />g = gaya gravitasi (9,8 N/kg atau 10 N/kg)<br />x = perpanjangan pegas (m)<br />Bila pegas yang dipakai lebih dari satu, maka untuk mencari konstantanya harus menggunakan konstanta total. Untuk menghitung konstanta total tergantung dari rangkaian pegas itu sendiri. Bila beberapa pegas dirangkai secara seri, maka untuk mencari konstanta totalnya mengunakan rumus:<br />Konstanta Pegas Total Seri<br />Sedangkan untuk pegas yang dirangkai paralel mengunakan rumus:<br />Konstanta Pegas Total Paralel<br /><br />2. Ayunan Sederhana<br /><br />Sedangkan dalam ayunan sederhana untuk mencari besarnya Periode digunakan rumus:<br />Periode Ayunan<br />Kemudian dalam mencari frekuensi, karena nilai frekuensi berbanding terbalik dengan periode maka didapatkan rumus:<br />Frekuensi Ayunan<br />dengan,<br />l = panjang tali (m)<br />g = gaya gravitasi bumi (m/s2)desianaputripermanahttp://www.blogger.com/profile/18033096004955827275noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1636585790385590591.post-15730269543288510242009-12-08T13:21:00.003+07:002009-12-08T13:37:26.695+07:00ElastisitasELASTISITAS<br /><br />Ketika dirimu menarik karet mainan sampai batas tertentu, karet tersebut bertambah panjang. silahkan dicoba kalau tidak percaya. Jika tarikanmu dilepaskan, maka karet akan kembali ke panjang semula. Demikian juga ketika dirimu merentangkan pegas, pegas tersebut akan bertambah panjang. tetapi ketika dilepaskan, panjang pegas akan kembali seperti semula. Apabila di laboratorium sekolah anda terdapat pegas, silahkan melakukan pembuktian ini. Regangkan pegas tersebut dan ketika dilepaskan maka panjang pegas akan kembali seperti semula. Mengapa demikian ? hal itu disebabkan karena benda-benda tersebut memiliki sifat elastis. Elastis atau elastsisitas adalah kemampuan sebuah benda untuk kembali ke bentuk awalnya ketika gaya luar yang diberikan pada benda tersebut dihilangkan. Jika sebuah gaya diberikan pada sebuah benda yang elastis, maka bentuk benda tersebut berubah. Untuk pegas dan karet, yang dimaksudkan dengan perubahan bentuk adalah pertambahan panjang.<br /><br />Perlu anda ketahui bahwa gaya yang diberikan juga memiliki batas-batas tertentu. Sebuah karet bisa putus jika gaya tarik yang diberikan sangat besar, melawati batas elastisitasnya. Demikian juga sebuah pegas tidak akan kembali ke bentuk semula jika diregangkan dengan gaya yang sangat besar. Jadi benda-benda elastis tersebut memiliki batas elastisitas. Batas elastis itu apa ? lalu bagaimana kita bisa mengetahui hubungan antara besarnya gaya yang diberikan dan perubahan panjang minimum sebuah benda elastis agar benda tersebut bisa kembali ke bentuk semula ? untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita berkenalan dengan paman Hooke.<br /><br />HUKUM HOOKE<br /><br />Hukum Hooke pada Pegas<br /><br />Misalnya kita tinjau pegas yang dipasang horisontal, di mana pada ujung pegas tersebut dikaitkan sebuah benda bermassa m. Massa benda kita abaikan, demikian juga dengan gaya gesekan, sehingga benda meluncur pada permukaan horisontal tanpa hambatan. Terlebih dahulu kita tetapkan arah positif ke kanan dan arah negatif ke kiri. Setiap pegas memiliki panjang alami, jika pada pegas tersebut tidak diberikan gaya. Pada kedaan ini, benda yang dikaitkan pada ujung pegas berada dalam posisi setimbang (lihat gambar a). Untuk semakin memudahkan pemahaman dirimu,sebaiknya dilakukan juga percobaan.<br /><br />Apabila benda ditarik ke kanan sejauh +x (pegas diregangkan), pegas akan memberikan gaya pemulih pada benda tersebut yang arahnya ke kiri sehingga benda kembali ke posisi setimbangnya (gambar b).<br /><br />Sebaliknya, jika benda ditarik ke kiri sejauh -x, pegas juga memberikan gaya pemulih untuk mengembalikan benda tersebut ke kanan sehingga benda kembali ke posisi setimbang (gambar c).<br /><br />Besar gaya pemulih F ternyata berbanding lurus dengan simpangan x dari pegas yang direntangkan atau ditekan dari posisi setimbang (posisi setimbang ketika x = 0). Secara matematis ditulis :<br /><br />Persamaan ini sering dikenal sebagai persamaan pegas dan merupakan hukum hooke. Hukum ini dicetuskan oleh paman Robert Hooke (1635-1703). k adalah konstanta dan x adalah simpangan. Tanda negatif menunjukkan bahwa gaya pemulih alias F mempunyai arah berlawanan dengan simpangan x. Ketika kita menarik pegas ke kanan maka x bernilai positif, tetapi arah F ke kiri (berlawanan arah dengan simpangan x). Sebaliknya jika pegas ditekan, x berarah ke kiri (negatif), sedangkan gaya F bekerja ke kanan. Jadi gaya F selalu bekeja berlawanan arah dengan arah simpangan x. k adalah konstanta pegas. Konstanta pegas berkaitan dengan elastisitas sebuah pegas. Semakin besar konstanta pegas (semakin kaku sebuah pegas), semakin besar gaya yang diperlukan untuk menekan atau meregangkan pegas. Sebaliknya semakin elastis sebuah pegas (semakin kecil konstanta pegas), semakin kecil gaya yang diperlukan untuk meregangkan pegas. Untuk meregangkan pegas sejauh x, kita akan memberikan gaya luar pada pegas, yang besarnya sama dengan F = +kx. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa x sebanding dengan gaya yang diberikan pada benda.<br /><br />Hukum Hooke untuk benda non Pegas<br /><br />Hukum hooke ternyata berlaku juga untuk semua benda padat, dari besi sampai tulang tetapi hanya sampai pada batas-batas tertentu. Mari kita tinjau sebuah batang logam yang digantung vertikal, seperti yang tampak pada gambar di bawah.<br /><br />Pada benda bekerja gaya berat (berat = gaya gravitasi yang bekerja pada benda), yang besarnya = mg dan arahnya menuju ke bawah (tegak lurus permukaan bumi). Akibat adanya gaya berat, batang logam tersebut bertambah panjang sejauh (delta L)<br /><br />Jika besar pertambahan panjang (delta L) lebih kecil dibandingkan dengan panjang batang logam, hasil eksperimen membuktikan bahwa pertambahan panjang (delta L) sebanding dengan gaya berat yang bekerja pada benda. Perbandingan ini dinyatakan dengan persamaan :<br /><br />Persamaan ini kadang disebut sebagai hukum Hooke. Kita juga bisa menggantikan gaya berat dengan gaya tarik, seandainya pada ujung batang logam tersebut tidak digantungkan beban.<br /><br />Besarnya gaya yang diberikan pada benda memiliki batas-batas tertentu. Jika gaya sangat besar maka regangan benda sangat besar sehingga akhirnya benda patah. Hubungan antara gaya dan pertambahan panjang (atau simpangan pada pegas) dinyatakan melalui grafik di bawah ini.<br /><br />Jika sebuah benda diberikan gaya maka hukum Hooke hanya berlaku sepanjang daerah elastis sampai pada titik yang menunjukkan batas hukum hooke. Jika benda diberikan gaya hingga melewati batas hukum hooke dan mencapai batas elastisitas, maka panjang benda akan kembali seperti semula jika gaya yang diberikan tidak melewati batas elastisitas. tapi hukum Hooke tidak berlaku pada daerah antara batas hukum hooke dan batas elastisitas. Jika benda diberikan gaya yang sangat besar hingga melewati batas elastisitas, maka benda tersebut akan memasuki daerah plastis dan ketika gaya dihilangkan, panjang benda tidak akan kembali seperti semula; benda tersebut akan berubah bentuk secara tetap. Jika pertambahan panjang benda mencapai titik patah, maka benda tersebut akan patah.<br /><br />Berdasarkan persamaan hukum Hooke di atas, pertambahan panjang (delta L) suatu benda bergantung pada besarnya gaya yang diberikan (F) dan materi penyusun dan dimensi benda (dinyatakan dalam konstanta k). Benda yang dibentuk oleh materi yang berbeda akan memiliki pertambahan panjang yang berbeda walaupun diberikan gaya yang sama, misalnya tulang dan besi. Demikian juga, walaupun sebuah benda terbuat dari materi yang sama (besi, misalnya), tetapi memiliki panjang dan luas penampang yang berbeda maka benda tersebut akan mengalami pertambahan panjang yang berbeda sekalipun diberikan gaya yang sama. Jika kita membandingkan batang yang terbuat dari materi yang sama tetapi memiliki panjang dan luas penampang yang berbeda, ketika diberikan gaya yang sama, besar pertambahan panjang sebanding dengan panjang benda mula-mula dan berbanding terbalik dengan luas penampang. Makin panjang suatu benda, makin besar besar pertambahan panjangnya, sebaliknya semakin tebal benda, semakin kecil pertambahan panjangnya. Jika hubungan ini kita rumuskan secara matematis, maka akan diperoleh persamaan sebagai berikut :<br /><br />Persamaan ini menyatakan hubungan antara pertambahan panjang (delta L) dengan gaya (F) dan konstanta (k). Materi penyusun dan dimensi benda dinyatakan dalam konstanta k. Untuk materi penyusun yang sama, besar pertambahan panjang (delta L) sebanding dengan panjang benda mula-mula (Lo) dan berbanding terbalik dengan luas penampang (A). Kalau dirimu bingung dengan panjang mula-mula atau luas penampang, coba amati gambar di bawah ini terlebih dahulu.<br /><br />Dah paham panjang mula-mula (Lo) dan luas penampang (A) ?... Lanjut ya …<br /><br />Besar E bergantung pada benda (E merupakan sifat benda). Secara matematis akan kita turunkan nanti… tuh di bawah<br /><br />Pada persamaan ini tampak bahwa pertambahan panjang (delta L) sebanding dengan hasil kali panjang benda mula-mula (Lo) dan Gaya per satuan Luas (F/A).<br /><br />Tegangan<br /><br />Gaya per satuan Luas disebut juga sebagai tegangan. Secara matematis ditulis :<br /><br />Satuan tegangan adalah N/m2 (Newton per meter kuadrat)<br /><br />Regangan<br /><br />Regangan merupakan perbandingan antara perubahan panjang dengan panjang awal. Secara matematis ditulis :<br /><br />Karena L sama-sama merupakan dimensi panjang, maka regangan tidak mempunyai satuan (regangan tidak mempunyai dimensi).<br /><br />Regangan merupakan ukuran perubahan bentuk benda dan merupakan tanggapan yang diberikan oleh benda terhadap tegangan yang diberikan. Jika hubungan antara tegangan dan regangan dirumuskan secara matematis, maka akan diperoleh persamaan berikut :<br /><br />Ini adalah persamaan matematis dari Modulus Elastis (E) alias modulus Young (Y). Jadi modulus elastis sebanding dengan Tegangan dan berbanding terbalik Regangan.desianaputripermanahttp://www.blogger.com/profile/18033096004955827275noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1636585790385590591.post-47736502561383394162009-12-03T15:21:00.002+07:002009-12-08T13:20:59.329+07:00HUKUM NEWTON2. HUKUM NEWTON<br /><br /> Hukum ini juga disebut Hukum Inertia atau Prinsip Galileo.<br /><br />Formulasi alternatif:<br /><br /> * Setiap pusat massa benda tetap berada dalam keadaan istirahat, atau gerak seragam lurus ke kanan, kecuali dipaksa berubah dengan menerapkan gaya ke benda tersebut.<br /> * Sebuah pusat massa benda tetap diam, atau bergerak dalam garis lurus (dengan kecepatan, v, sama), kecuali diberi gaya luar.<br />Dalam notasi kalkulus, dapat dikemukakan dengan <a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRChWUwPOCg72UUntXciPaneObedveYdzWRO2ApPpN0abmozQX2fVKeZ_UdTf7ovpHGaZ8raMXXZPcADG0aqKejcQIpB1nt7USUvCjN9QZo5Z7W7pGfslMtQ8e4rg2YmraRRuvAdzvZ-Hl/s1600-h/newton.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 69px; height: 41px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRChWUwPOCg72UUntXciPaneObedveYdzWRO2ApPpN0abmozQX2fVKeZ_UdTf7ovpHGaZ8raMXXZPcADG0aqKejcQIpB1nt7USUvCjN9QZo5Z7W7pGfslMtQ8e4rg2YmraRRuvAdzvZ-Hl/s320/newton.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5410922917886558418" /></a><br /><br />Meskipun hukum Newton pertama merupakan khasus spesial dari hukum Newton kedua (lihat bawah), hukum pertama menjelaskan frame referensi di mana kedua hukum lainnya dapat dibuktikan benar. Frame referensi ini disebut referensi frame inertial atau Galilean referensi frame, dan bergereak dengan kecepatan konstan, yaitu, tanpa percepatan.<br /><br /><br />A) Hukum 1 Newton<br /> Hukum I Newton menyatakan bahwa :<br /><br />Setiap benda tetap berada dalam keadaan diam atau bergerak dengan laju tetap sepanjang garis lurus, jika tidak ada gaya yang bekerja pada benda tersebut atau tidak ada gaya total pada benda tersebut.<br /><br />Secara matematis, Hukum I Newton dapat dinyatakan sebagai berikut :<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjAWP-uaNvw_O4At1F_rQnykYSbPr0m0bYrikL2SKcD-xSA6FnReLEWj7D1s9pjdT2pM5e0DTSVzdFB-seQmanir3aFFfJ4AlzjIm-EkXz8NwPGl6AGyakORlM2I0Lyqk6rT8U-DexG6wAg/s1600-h/1+nwton.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 276px; height: 28px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjAWP-uaNvw_O4At1F_rQnykYSbPr0m0bYrikL2SKcD-xSA6FnReLEWj7D1s9pjdT2pM5e0DTSVzdFB-seQmanir3aFFfJ4AlzjIm-EkXz8NwPGl6AGyakORlM2I0Lyqk6rT8U-DexG6wAg/s320/1+nwton.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5410925647857539554" /></a><br /><br />Hukum Pertama Newton telah dibuktikan oleh para astronout pada saat berada di luar angkasa. Ketika seorang astronout mendorong sebuah pensil (pensil mengambang karena tidak ada gaya gravitasi),pensil tersebut bergerak lurus dengan laju tetap dan baru berhenti setelah menabrak dinding pesawat luar angkasa. Hal ini disebabkan karena di luar angkasa tidak ada udara, sehingga tidak ada gaya gesek yang menghambat gerak pensil tersebut.<br /><br /><br />B) Hukum 2 Newton<br /> Percepatan sebuah objek berbanding terbalik dengan massa dan berbanding lurus dengan gaya eksternal<br />F = m * a<br /><br />ket : F = force (gaya)<br /> m = massa<br /> a = percepatan<br /><br />C) Hukum 3 Newton<br /> Jika suatu benda mengerjakan gaya pada benda kedua maka benda kedua tersebut mengerjakan juga gaya pada benda pertama, yang besar gayanya = gaya yang diterima tetapi berlawanan arah. Perlu diperhatikan bahwa kedua gaya tersebut harus bekerja pada dua benda yang berlainan.<br /><br />F aksi = - F reaksi<br /><br /><br /><br />D) Gaya Gesekan<br /> Gaya gesekan adalah gaya yang timbul akibat persentuhan langsung antara dua permukaan benda, arah gaya gesekan berlawanan dengan kecenderungan arah gerak benda. Besarnya gaya gesekan ditentukan oleh kehalusan atau kekasaran permukaan benda yang bersentuhan.<br /><br /> Gaya gesekan yang terjadi sewaktu benda tidak bergerak disebut gaya gesekan statis.<br /> <br /> Gaya gesekan yang terjadi sewaktu benda bergerak disebut gaya gesekan kinetis.<br /><br /> Besar gaya gesekan statis lebih besar dari gaya gesekan kinetis. <br /><br />Contoh gaya gesekan yang menguntungkan<br />* Gaya gesekan pada rem dapat memperlambat laju kendaraan<br />* Gaya gesekan pada alas sepatu dengan jalan, jika jalan licin orang yang berjalan bisa tergelincir<br /><br />Contoh gaya gesekan yang merugikan:<br />* Gaya gesekan antara udara dengan mobil dapat menghambat gerak mobil.<br />* Adanya gaya gesekan pada roda dan porosnya, sehingga dapat mengakibatkan aus<br /><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhtvg_t4FVS4l7AimmV0oE7-71fQCFn17VOAb_tQuUTZrkCaA4U9ctp1Ah23ZxJLXLMfXzluZH8fZ_SCOdmH9sKmEZCIrkC3ub-yQYUbuXV6gAwnueI5JfH6U_whDikhjx23-ZO7bAPgcQ/s1600-h/gesekan-a.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 162px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhtvg_t4FVS4l7AimmV0oE7-71fQCFn17VOAb_tQuUTZrkCaA4U9ctp1Ah23ZxJLXLMfXzluZH8fZ_SCOdmH9sKmEZCIrkC3ub-yQYUbuXV6gAwnueI5JfH6U_whDikhjx23-ZO7bAPgcQ/s320/gesekan-a.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5410989673725734978" /></a><br /><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-Ch8XFBvxp7F3LF0di4kAVe5forwiNwYlemuzfg18I226iWg0V9cBUoqEBzzco0StmvUIroqOz0-kfDR6rS6D_BEVPMPk_DnHzOZMBdAEvI32duaKDVDwaAG4mNGyQrRt8CdTeX_G0xWf/s1600-h/gesekan-b.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 153px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-Ch8XFBvxp7F3LF0di4kAVe5forwiNwYlemuzfg18I226iWg0V9cBUoqEBzzco0StmvUIroqOz0-kfDR6rS6D_BEVPMPk_DnHzOZMBdAEvI32duaKDVDwaAG4mNGyQrRt8CdTeX_G0xWf/s320/gesekan-b.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5410990031766994562" /></a><br /><br /><br /><br />E) Hukum Gravitasi Newton<br /><br />Sebelum mencetuskan Hukum Gravitasi Universal, eyang Newton telah melakukan perhitungan untuk menentukan besar gaya gravitasi yang diberikan bumi pada bulan sebagaimana besar gaya gravitasi bumi yang bekerja pada benda-benda di permukaan bumi. Sebagaimana yang kita ketahui, besar percepatan gravitasi di bumi adalah 9,8 m/s2. Jika gaya gravitasi bumi mempercepat benda di bumi dengan percepatan 9,8 m/s2, berapakah percepatan di bulan ? karena bulan bergerak melingkar beraturan (gerakan melingkar bulan hampir beraturan), maka percepatan sentripetal bulan dihitung menggunakan rumus percepatan sentripetal gerak melingkar beraturan<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhsY49rRVRiazq6msMT56TU9zC8eM8XZnT5_pmWncqJqgDtLkcnsY2N4hvcGJRB4dF21dSmuKPgHqB_TL5wjzNVaLJaZS3flO8YB44P06PxWDRo85jh3qLNjNZhQQCz5gLXA4AcxGn6tm9a/s1600-h/hukum-gravitasi-newton-1.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 45px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhsY49rRVRiazq6msMT56TU9zC8eM8XZnT5_pmWncqJqgDtLkcnsY2N4hvcGJRB4dF21dSmuKPgHqB_TL5wjzNVaLJaZS3flO8YB44P06PxWDRo85jh3qLNjNZhQQCz5gLXA4AcxGn6tm9a/s320/hukum-gravitasi-newton-1.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5410991201488927890" /></a><br /><br /><br />Secara matematis, besar gaya gravitasi antara partikel dapat ditulis sbb :<br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTaNpda416jDvKvE_O4XSoKiVr1asTK4DkrR9PbyWJa_As8qECZborPHkOXXv6AJO-sgPzXSPXQlr_WxlPuy56ss9dlk2uFuHkNXZV-Q1X-7JcYAq72CW20j_I49rp-0ZFgjaDuHp5Hxdr/s1600-h/hukum-gravitasi-newton-2.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 44px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTaNpda416jDvKvE_O4XSoKiVr1asTK4DkrR9PbyWJa_As8qECZborPHkOXXv6AJO-sgPzXSPXQlr_WxlPuy56ss9dlk2uFuHkNXZV-Q1X-7JcYAq72CW20j_I49rp-0ZFgjaDuHp5Hxdr/s320/hukum-gravitasi-newton-2.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5410991972768498786" /></a><br /><br /><br /><br /><br />F) Kuat Medan Gravitasi<br /> Kuat medan gravitasi(g) adalah gaya gravitasi per satuan massa.<br />Jadi jika sebuah benda terletak di setiap titik di dekat bumi, maka pada benda tersebut bekerja sebuah vektor g yang sama dengan percepatan yang akan dialami apabila benda itu dilepaskan. Vektor g tersebut dinamakan kekuatan medan gravitasi. Secara matematis, besar g dinyatakan sebagai berikut :<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQcyx9C2Fw2Y4i4C-I8MdBhd7JZP4jPXaRmpTgL_Y1FAEXDp_ViId3-i_dFS3p6jIGZx6NTo0aS7PniLj8vA4_CSZksivhVQrZToepCynjFXxRa7l9wLlY2SWIvZB0DwbVH8X2GSJiEaco/s1600-h/hukum-gravitasi-newton-3.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 37px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQcyx9C2Fw2Y4i4C-I8MdBhd7JZP4jPXaRmpTgL_Y1FAEXDp_ViId3-i_dFS3p6jIGZx6NTo0aS7PniLj8vA4_CSZksivhVQrZToepCynjFXxRa7l9wLlY2SWIvZB0DwbVH8X2GSJiEaco/s320/hukum-gravitasi-newton-3.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5410993731342925442" /></a><br /><br />Untuk persoalan gravitasi yang bekerja antara bumi dan benda-benda yang terletak di permukaan bumi, m1 pada persamaan di atas adalah massa bumi (mB), m2 adalah massa benda (m), dan r adalah jarak benda dari permukaan bumi, yang merupakan jari-jari bumi (rB). Gaya gravitasi yang bekerja pada bumi merupakan berat benda, mg. Dengan demikian, persamaan di atas kita ubah menjadi :<br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRpTMktgco1fb1DyxZ5mjwoyf21RrLadYxEFPkSxk37Zckujq4ZaSKlWHqaINyZQMSCDm1UHlGAx8MSXYkmQ4XmBypzU-U-SswlEinCNRagcfSfMMOuzTWqwRpG0IfTFGcn28YzGaF1gLz/s1600-h/hukum-gravitasi-newton-4.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 38px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRpTMktgco1fb1DyxZ5mjwoyf21RrLadYxEFPkSxk37Zckujq4ZaSKlWHqaINyZQMSCDm1UHlGAx8MSXYkmQ4XmBypzU-U-SswlEinCNRagcfSfMMOuzTWqwRpG0IfTFGcn28YzGaF1gLz/s320/hukum-gravitasi-newton-4.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5410994693637580418" /></a><br /><br /><br /><br /><br />G) Energi Potensial Gravitasi<br /> Energi potensial adalah energi yang ditimbulkan oleh posisi relatif atau konfigurasi objek pada suatu sistem fisik. Bentuk energi ini memiliki potensi untuk mengubah keadaan objek-objek lain di sekitarnya, contohnya, konfigurasi atau gerakannya. Contoh sederhana energi ini adalah jika seseorang membawa suatu batu ke atas bukit dan meletakkannya di sana, batu tersebut akan mendapat energi potensial gravitasi. Jika kita meregangkan suatu karet gelang, kita dapat mengatakan bahwa karet gelang tersebu mendapatkan energi potensial elastik<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgaPQ8Ef4k3HS3Q5RWSgMjI1zcIHuKwtSDr4uwoS_GLVhen0CKlhfm9iplqqAukeSe_sZTisR7DX1L2ukMPVsTH7namckxnwPN_U3PpQaHxfsUx5SuYyjxfjFGjGDax8ELCWfcUvcL9ub7C/s1600-h/Ep1.png"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 314px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgaPQ8Ef4k3HS3Q5RWSgMjI1zcIHuKwtSDr4uwoS_GLVhen0CKlhfm9iplqqAukeSe_sZTisR7DX1L2ukMPVsTH7namckxnwPN_U3PpQaHxfsUx5SuYyjxfjFGjGDax8ELCWfcUvcL9ub7C/s320/Ep1.png" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5411287332603076754" /></a><br /><br /><br />Gravitasi bumi, salah satu gaya yang menimbulkan energi potensial.<br /><br />Berbagai jenis energi dapat dikelompokkan sebagai energi potensial. Setiap bentuk energi ini dihubungkan dengan suatu jenis gaya tertentu yang bekerja terhadap sifat fisik tertentu materi (seperti massa, muatan, elastisitas, suhu, dll). Energi potensial gravitasi dihubungkan dengan gaya gravitasi yang bekerja terhadap massa benda; energi potensial elastik terhadap gaya elastik (gaya elektromagnetik) yang bekerja terhadap elastisitas objek yang berubah bentuk; energi potensial elektrikal dengan gaya coulomb; gaya nuklir kuat atau lemah yang bekerja terhadap muatan elektrik pada objek; energi potensial kimia, dengan potensial kimia pada suatu konfigurasi atomik atau molekular tertentu yang bekerja terhadap struktur atomik atau molekular zat kimia yang membentuk objek; energi potensial termal dengan gaya elektromagnetik yang berhubungan dengan suhu objek.<br /><br />Energi potensial bumi tergantung pada massa benda, gravitasi bumi dan ketinggian benda. Sehingga dapat dirumuskan:<br /><br />Ep = m.g.h<br /><br />dimana:<br />Ep = energi potensial gravitasi (joule)<br />m = massa benda (kg)<br />g = percepatan gravitasi (N/kg) atau (m/s2)<br />h = ketinggian benda (m)<br /><br /><br /><br />H) Hukum kepler I<br /><br />“Setiap planet bergerak dengan lintasan elips, matahari berada di salah satu fokusnya.”<br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6KkdgOwQP6lh7wPbtCAATTmaLMDhyphenhyphenztUpGxnFeHNc4T0XvPCbqhE-wu1-GAaZEWI1-NcQSmKyaAM_-Nd7RWOF18LaMmCwS7KdRWUjNib0giDh8w5EmK4iIxhFQIcsyEGu4j905NxHHr7J/s1600-h/180px-Ellipse_Kepler_Loi1.png"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 180px; height: 150px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6KkdgOwQP6lh7wPbtCAATTmaLMDhyphenhyphenztUpGxnFeHNc4T0XvPCbqhE-wu1-GAaZEWI1-NcQSmKyaAM_-Nd7RWOF18LaMmCwS7KdRWUjNib0giDh8w5EmK4iIxhFQIcsyEGu4j905NxHHr7J/s320/180px-Ellipse_Kepler_Loi1.png" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5412744256292223010" /></a><br /><br />I) Hukum Kepler II<br /><br />"Luas daerah yang disapu pada selang waktu yang sama akan selalu sama.”<br /><br />Secara matematis:<br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg37RrD9AvADoEvbBSSbNFJGUzRKiuDrBPVxKTNPsW2uoY6k_ZdpvzGqCsDYeIVUZuCKxH8aY2u9Uu2U3p6jxMAmtzOAGVxa1jgDQ-mHE18PPHeDaVysczMXMqic_Cjh3Q4Xo-4eDH4Yse-/s1600-h/cb512cc77528509f6e3322a93f64cb88.png"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 110px; height: 41px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg37RrD9AvADoEvbBSSbNFJGUzRKiuDrBPVxKTNPsW2uoY6k_ZdpvzGqCsDYeIVUZuCKxH8aY2u9Uu2U3p6jxMAmtzOAGVxa1jgDQ-mHE18PPHeDaVysczMXMqic_Cjh3Q4Xo-4eDH4Yse-/s320/cb512cc77528509f6e3322a93f64cb88.png" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5412745057515649618" /></a><br /><br />Dimana<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4sIUXSLX8ScQu5RhbPQK0EcntGCajHa_65XVuMdOKK5bt03oR32bEMYOEHiiL9VMJ-uw501cjTx2yCEPrIn61cNRHqYlRlUdtY8i5tmS-KgBrldjjGsV59tTTAGvIyao3PWJVWkMvoFGx/s1600-h/ac9a78882057ab457dcae6ee056b2e57.png"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 38px; height: 41px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4sIUXSLX8ScQu5RhbPQK0EcntGCajHa_65XVuMdOKK5bt03oR32bEMYOEHiiL9VMJ-uw501cjTx2yCEPrIn61cNRHqYlRlUdtY8i5tmS-KgBrldjjGsV59tTTAGvIyao3PWJVWkMvoFGx/s320/ac9a78882057ab457dcae6ee056b2e57.png" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5412745211064468066" /></a> adalah areal velocity<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhx-m3AMzPrcrhFQGRjr_EGB20pnqtNXp9nqmGDBk8b3lmknRbED2xqylyBFZ2k_lClO_8Y1Zbe82OldVYw5LfUjHVNJFw8rSisHeJxzk8s7yZRhjaM9VejNQ0gcPQRSmgrqWJWLmgtujU1/s1600-h/300px-Kepler_laws_diagram.png"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 300px; height: 257px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhx-m3AMzPrcrhFQGRjr_EGB20pnqtNXp9nqmGDBk8b3lmknRbED2xqylyBFZ2k_lClO_8Y1Zbe82OldVYw5LfUjHVNJFw8rSisHeJxzk8s7yZRhjaM9VejNQ0gcPQRSmgrqWJWLmgtujU1/s320/300px-Kepler_laws_diagram.png" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5412745513664994082" /></a><br /><br />J) Hukum kepler III<br /><br />"Perioda kuadrat suatu planet berbanding dengan pangkat tiga jarak rata-ratanya dari matahari.”<br />Secara matematis:<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEggtIM9b_wrJKoU2SYEDSvdq_dP6rUPeNx_5i5OzmPobYxOc-QLOt1Bdr9k4Q2fqHDfArGcigKp_5AYw8kt_zH2atAL4vP7BDjQLiA_6MDD3TSEiRmxqMH2YX-HFyYNLAagpFKiJsPPJ4fk/s1600-h/65f08b32175c264212cd24fa6f0ce6a4.png"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 66px; height: 18px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEggtIM9b_wrJKoU2SYEDSvdq_dP6rUPeNx_5i5OzmPobYxOc-QLOt1Bdr9k4Q2fqHDfArGcigKp_5AYw8kt_zH2atAL4vP7BDjQLiA_6MDD3TSEiRmxqMH2YX-HFyYNLAagpFKiJsPPJ4fk/s320/65f08b32175c264212cd24fa6f0ce6a4.png" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5412746123566289490" /></a><br /><br />dimana P adalah period orbit planet dan a adalah axis semimajor orbitnya.<br />Konstant proporsionalitasnya adalah semua sama untuk planet yang mengedar matahari.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZPR8jDqQa2YcynC3Qq-Co5luUZ8jDT1aIOk5qTE-wtSNuBNqqJzkf9QotPexjDkqpKsYItW5maDCBzreos8XNxpq_p7ZPDc6uRaW4d_Tt03qacrmYLmf7Hrg1gO_2diVdP-4s5tXOZtuJ/s1600-h/2b370270c6afa47961ae205f0b02bc2a.png"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 134px; height: 53px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZPR8jDqQa2YcynC3Qq-Co5luUZ8jDT1aIOk5qTE-wtSNuBNqqJzkf9QotPexjDkqpKsYItW5maDCBzreos8XNxpq_p7ZPDc6uRaW4d_Tt03qacrmYLmf7Hrg1gO_2diVdP-4s5tXOZtuJ/s320/2b370270c6afa47961ae205f0b02bc2a.png" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5412746315719227762" /></a><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixRYvnZfXUya5tkqybTlE0q1jyciN3PJEp-fbhIH2STm46yo_x70c2cGKZXud0bB4u90zS2ofkq0M0B7y5PP0mJRzOt-torHm1XoTCj0Vth2x_j_xclg1Noy6qPT7rH9qTVIRIwjNvLXpn/s1600-h/180px-Ellipse_Kepler_Loi2.png"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 180px; height: 150px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixRYvnZfXUya5tkqybTlE0q1jyciN3PJEp-fbhIH2STm46yo_x70c2cGKZXud0bB4u90zS2ofkq0M0B7y5PP0mJRzOt-torHm1XoTCj0Vth2x_j_xclg1Noy6qPT7rH9qTVIRIwjNvLXpn/s320/180px-Ellipse_Kepler_Loi2.png" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5412746422666266130" /></a>desianaputripermanahttp://www.blogger.com/profile/18033096004955827275noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1636585790385590591.post-77935013077771467592009-12-02T14:20:00.003+07:002010-03-14T15:45:11.025+07:00KINEMATIKA GERAK1) KINEMATIKA GERAK<br /><br /><br />A) Koordinat polar dan koordinat cartecius<br /><br />*) Koordinat Polar<br /> Dalam beberapa hal, lebih mudah mencari lokasi/posisi suatu titik dengan menggunakan koordinat polar. Koordinat polar menunjukkan posisi relatif terhadap titik kutub O dan sumbu polar (ray) yang diberikan dan berpangkal pada O.<br /><br />Titik P dengan koordinat polar (r, q) berarti berada diposisi:<br /><br />- q derajat dari sumbu-x (sb. polar)<br /><br />(q diukur berlawanan arah jarum-jam)<br /><br />- berjarak sejauh r dari titik asal kutub O.<br /><br />Perhatian:<br /><br />jika r <>, maka P berada di posisi yang<br /><br />berlawanan arah.<br /><br />r : koordinat radial<br /><br />q : koordinat sudut<br /><br /><br /><br /> *) Koordinat cartecius<br /> Sistem koordinat Kartesius dalam dua dimensi umumnya didefinisikan dengan dua sumbu yang saling bertegak lurus antar satu dengan yang lain, yang keduanya terletak pada satu bidang (bidang xy). Sumbu horizontal diberi label x, dan sumbu vertikal diberi label y. Pada sistem koordinat tiga dimensi, ditambahkan sumbu yang lain yang sering diberi label z.<br /> Gambar koordinat cartecius :<br /><br /> <a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXs4vyXm-hvwW890fbBCweO8WuP_mFe1xraLMi57Vw73YKNffUnODLJftNtS88Cf_Ey1uVlUHk7SdWj-JVpBst-T90osYn9iEqE-3G7Xh1DqVbA_eYQDIu4ZC8mWiPZF1c1iDB9_hhR2s2/s1600-h/bjkvbgvgvujvuivui.png"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 320px; height: 297px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXs4vyXm-hvwW890fbBCweO8WuP_mFe1xraLMi57Vw73YKNffUnODLJftNtS88Cf_Ey1uVlUHk7SdWj-JVpBst-T90osYn9iEqE-3G7Xh1DqVbA_eYQDIu4ZC8mWiPZF1c1iDB9_hhR2s2/s320/bjkvbgvgvujvuivui.png" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5410539658126184770" border="0" /></a><br /><br /><br /> Titik pertemuan antara kedua sumbu, titik asal, umumnya diberi label 0. Setiap sumbu juga mempunyai besaran panjang unit, dan setiap panjang tersebut diberi tanda dan ini membentuk semacam grid. Untuk mendeskripsikan suatu titik tertentu dalam sistem koordinat dua dimensi, nilai x ditulis (absis), lalu diikuti dengan nilai y (ordinat). Dengan demikian, format yang dipakai selalu (x,y) dan urutannya tidak dibalik-balik.<br /> Karena kedua sumbu bertegak lurus satu sama lain, bidang xy terbagi menjadi empat bagian yang disebut kuadran, yang pada Gambar 3 ditandai dengan angka I, II, III, dan IV. Menurut konvensi yang berlaku, keempat kuadran diurutkan mulai dari yang kanan atas (kuadran I), melingkar melawan arah jarum jam (lihat Gambar 3). Pada kuadran I, kedua koordinat (x dan y) bernilai positif. Pada kuadran II, koordinat x bernilai negatif dan koordinat y bernilai positif. Pada kuadran III, kedua koordinat bernilai negatif, dan pada kuadran IV, koordinat x bernilai positif dan y negatif<br /> <br /> <br />B) Vektor satuan<br /> Vektor adalah besaran yang memiliki besar/panjang dan arah<br /> <a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjw_CxZf-kMsQqvyv6WMhBp7EpTKmH4slXybm7szIzTjaOJGrUJ2OKA9IPZqtN06npaxIofPiR4xAvnBOX8SmoSIqLwccB1TmwIH6t9MqhHVB-BkW7BAM47Unq9iZmAoY4i2uF7iLqDXtIA/s1600-h/kuadran.jpg"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 192px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjw_CxZf-kMsQqvyv6WMhBp7EpTKmH4slXybm7szIzTjaOJGrUJ2OKA9IPZqtN06npaxIofPiR4xAvnBOX8SmoSIqLwccB1TmwIH6t9MqhHVB-BkW7BAM47Unq9iZmAoY4i2uF7iLqDXtIA/s320/kuadran.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5410545033868263186" border="0" /></a><br /><br />Lambang vektor : anak panah<br /> - Arah vektor sesuai arah panah<br /> -Panjang vektor sesuai panjang anak panah<br /><br />Notasi vektor : - Vektor A dinotasikan a atau a atau PQ<br /> - Panjang vektor a dinotasikan ôa ô atau ôPQô<br /><br />Vektor di Ruang Dua<br />Vektor di ruang dua adalah vektor yang terdiri dari dua komponen<br /><br /><br /><br />C) Persamaan Gerak<br /><br /> *) Gerak Lurus Beraturan<br /> Gerak lurus beraturan (GLB) adalah gerak lurus suatu obyek, dimana dalam gerak ini kecepatannya tetap atau tanpa percepatan, sehingga jarak yang ditempuh dalam gerak lurus beraturan adalah kelajuan kali waktu.<br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6nkr8RhnzSI8ZRdrMo6H8DdG5C9M5HvOceJsAyU68XrMxoRpvhpgArzkviYdnpVX2ZRLWjQCstsNnbckevC0yoGf0QVAEk33Qd1XfYXQeRmjUBwIMcn9BGEz-Nx-Z5HnXp2o4GNdE3qT4/s1600-h/glb+1.jpg"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 66px; height: 13px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6nkr8RhnzSI8ZRdrMo6H8DdG5C9M5HvOceJsAyU68XrMxoRpvhpgArzkviYdnpVX2ZRLWjQCstsNnbckevC0yoGf0QVAEk33Qd1XfYXQeRmjUBwIMcn9BGEz-Nx-Z5HnXp2o4GNdE3qT4/s320/glb+1.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5410915516925904690" border="0" /></a><br /><br />dengan arti dan satuan dalam SI:<br />• s = jarak tempuh (m)<br />• v = kecepatan (m/s)<br />• t = waktu (s)<br /><br /><br /> *) Gerak Lurus Berubah Beraturan<br /> Gerak lurus berubah beraturan (GLBB) adalah gerak lurus suatu obyek, di mana kecepatannya berubah terhadap waktu akibat adanya percepatan yang tetap. Akibat adanya percepatan rumus jarak yang ditempuh tidak lagi linier melainkan kuadratik.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUDCNl6SqYp2XVXtuVGNjkNo6xuGoq5MNeXGLxJq22vl98TB2ksDJtQS-JKpQVylbo31V8cNaDvzM9nocE4tG6u6D44hr8I-W5lkLnees8RNCV6mCBW97NwVlbJq8hTiz__MXG082tP4oq/s1600-h/glbb+1.jpg"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 109px; height: 16px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUDCNl6SqYp2XVXtuVGNjkNo6xuGoq5MNeXGLxJq22vl98TB2ksDJtQS-JKpQVylbo31V8cNaDvzM9nocE4tG6u6D44hr8I-W5lkLnees8RNCV6mCBW97NwVlbJq8hTiz__MXG082tP4oq/s320/glbb+1.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5410916320895123090" border="0" /></a><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhwscbA93mcuSoyD5bw9Sne7Et0oDOC_EyzwOJfqT2ugEZLOlsCi9dBrcHxEqksiGJaeFCJ6_-vFbGj42NOJAbao12HUcLMzGweWJdwVeythdGwOO62WKAxEJXCjHSR48cd8DM3EdrVaxZ/s1600-h/glbb+2.jpg"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 150px; height: 41px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhwscbA93mcuSoyD5bw9Sne7Et0oDOC_EyzwOJfqT2ugEZLOlsCi9dBrcHxEqksiGJaeFCJ6_-vFbGj42NOJAbao12HUcLMzGweWJdwVeythdGwOO62WKAxEJXCjHSR48cd8DM3EdrVaxZ/s320/glbb+2.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5410916588934981474" border="0" /></a><br /><br /><br />dengan arti dan satuan dalam SI:<br /><br /> * v0 = kecepatan mula-mula (m/s)<br /> * a = percepatan (m/s2)<br /> * t = waktu (s)<br /><br /><br /><br />D) Gerak melingkar beraturan dan Gerak melingkar berubah beraturan<br /><br /> *) Gerak melingkar beraturan<br /> Gerak Melingkar Beraturan (GMB) adalah gerak suatu benda yang membentuk lintasan berupa lingkaran mengelilingi suatu titik tetap. Agar suatu benda dapat bergerak melingkar ia membutuhkan adanya gaya yang selalu membelokkan-nya menuju pusat lintasan lingkaran. Gaya ini dinamakan gaya sentripetal. Suatu gerak melingkar beraturan dapat dikatakan sebagai suatu gerak dipercepat beraturan, mengingat perlu adanya suatu percepatan yang besarnya tetap dengan arah yang berubah, yang selalu mengubah arah gerak benda agar menempuh lintasan berbentuk lingkaran<br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2iJelwXFbWtHz05scVt7xBh_DG_zARJvXGEc50YQsLcgl_K_GI5iwF9Y7RPnG2jJOvYHPvs3jF-8wc7mmf-dbhoyn3RU7lsm34og8eB-ZZMoETag6tiwIpx3XEQKhZ_DAeemygGDzi-hV/s1600-h/GMB+1.jpg"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 255px; height: 268px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2iJelwXFbWtHz05scVt7xBh_DG_zARJvXGEc50YQsLcgl_K_GI5iwF9Y7RPnG2jJOvYHPvs3jF-8wc7mmf-dbhoyn3RU7lsm34og8eB-ZZMoETag6tiwIpx3XEQKhZ_DAeemygGDzi-hV/s320/GMB+1.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5410917882357875954" border="0" /></a><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEiptA0rxXotU1KnqfCcwGFjosdQM9iViKzM64Zgfp9NC1awLyOuxzDcPZDiLi5PadmuwnYEdBH_-kdYWsSPmGGc6yJqcxkjLW3uLuGZa587v-7OVyS8eYG50d7gcQs9T_6XuHiHHlsVIu/s1600-h/gmb+2.jpg"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 253px; height: 179px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEiptA0rxXotU1KnqfCcwGFjosdQM9iViKzM64Zgfp9NC1awLyOuxzDcPZDiLi5PadmuwnYEdBH_-kdYWsSPmGGc6yJqcxkjLW3uLuGZa587v-7OVyS8eYG50d7gcQs9T_6XuHiHHlsVIu/s320/gmb+2.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5410918339685032002" border="0" /></a><br /><br />Gerak Melingkar Beraturan (GMB) adalah gerak melingkar dengan besar kecepatan sudut tetap. Besar Kecepatan sudut diperolah dengan membagi kecepatan tangensial dengan jari-jari lintasan<br />Arah kecepatan linier dalam GMB selalu menyinggung lintasan, yang berarti arahnya sama dengan arah kecepatan tangensial . Tetapnya nilai kecepatan akibat konsekuensi dar tetapnya nilai . Selain itu terdapat pula percepatan radial yang besarnya tetap dengan arah yang berubah. Percepatan ini disebut sebagai percepatan sentripetal, di mana arahnya selalu menunjuk ke pusat lingkaran.<br /><br /><br /> *) Gerak melingkar berubah beraturan<br /> Gerak Melingkar Berubah Beraturan (GMBB) adalah gerak melingkar dengan percepatan sudut tetap. Dalam gerak ini terdapat percepatan tangensial (yang dalam hal ini sama dengan percepatan linier) yang menyinggung lintasan lingkaran (berhimpit dengan arah kecepatan tangensial<br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbTyn7RPhBZxZgpzLBfuO8NdogUYXPiDzg3791NvnmfvtDiVLXvDX7XDaz5hvs2-gFhkJD8SVbJyg_nRuqboihSlSIPIrHf1LZZ13cBEWJHnWTUJ7_tZbGZmFVLF3CI0Yy5xw91aVSdpcW/s1600-h/gmbb+1.png"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 62px; height: 37px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbTyn7RPhBZxZgpzLBfuO8NdogUYXPiDzg3791NvnmfvtDiVLXvDX7XDaz5hvs2-gFhkJD8SVbJyg_nRuqboihSlSIPIrHf1LZZ13cBEWJHnWTUJ7_tZbGZmFVLF3CI0Yy5xw91aVSdpcW/s320/gmbb+1.png" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5410919381043643842" border="0" /></a><br /><br /><br />E) Gerak parabola<br /> Jenis-jenis Gerak Parabola<br /><br />Dalam kehidupan sehari-hari terdapat beberapa jenis gerak parabola.<br /><br />Pertama, gerakan benda berbentuk parabola ketika diberikan kecepatan awal dengan sudut teta terhadap garis horisontal, sebagaimana tampak pada gambar di bawah. Dalam kehidupan sehari-hari terdapat banyak gerakan benda yang berbentuk demikian. Beberapa di antaranya adalah gerakan bola yang ditendang oleh pemain sepak bola, gerakan bola basket yang dilemparkan ke ke dalam keranjang, gerakan bola tenis, gerakan bola volly, gerakan lompat jauh dan gerakan peluru atau rudal yang ditembakan dari permukaan bumi.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiChyphenhyphen3mj8Jxc9nH4_GGaUzy4iHBNrhmD_9Fqj57iZTqo87wr3nHnQMwoa27hLRFs4Uo5_g2bK7FPfubmoOuIYRLBSjIB0V8mqrG3HUcXIaCTH5GOZRnmYKwXumn46U22QSkQCA3ilITrjVv/s1600-h/gerak-parabola-01.jpg"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 320px; height: 116px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiChyphenhyphen3mj8Jxc9nH4_GGaUzy4iHBNrhmD_9Fqj57iZTqo87wr3nHnQMwoa27hLRFs4Uo5_g2bK7FPfubmoOuIYRLBSjIB0V8mqrG3HUcXIaCTH5GOZRnmYKwXumn46U22QSkQCA3ilITrjVv/s320/gerak-parabola-01.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5410920418249784114" border="0" /></a><br /><br /><br />Kedua, gerakan benda berbentuk parabola ketika diberikan kecepatan awal pada ketinggian tertentu dengan arah sejajar horisontal, sebagaimana tampak pada gambar di bawah. Beberapa contoh gerakan jenis ini yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari, meliputi gerakan bom yang dijatuhkan dari pesawat atau benda yang dilemparkan ke bawah dari ketinggian tertentu.<br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjX9l4CWM-MNpjE5efqUxylWk5WkOoi4lYHdeiza8_KMQtowMeTOjzm1pBK6Me2DVF5MVAhd6zZErDYtiCfGoiBsDAFXh5Bmm1HIh6bLRAPVFgo1EOJ4ZGKBwEQFto10VwthSdVDZsbVCBa/s1600-h/gerak-parabola-02.jpg"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 320px; height: 102px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjX9l4CWM-MNpjE5efqUxylWk5WkOoi4lYHdeiza8_KMQtowMeTOjzm1pBK6Me2DVF5MVAhd6zZErDYtiCfGoiBsDAFXh5Bmm1HIh6bLRAPVFgo1EOJ4ZGKBwEQFto10VwthSdVDZsbVCBa/s320/gerak-parabola-02.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5410920744397680738" border="0" /></a><br /><br /><br />Ketiga, gerakan benda berbentuk parabola ketika diberikan kecepatan awal dari ketinggian tertentu dengan sudut teta terhadap garis horisontal, sebagaimana tampak pada gambar di bawah.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhKkuve4Ns9UB_qkVvjCPaOBYGaSqI9VAy8C-DWMBSBI7FmqByAM-o1QDpDpTqtpzJBbqoEJTta3wAZDaGo82I6Tf3ts-f-T2Kv8KneXBIQ_y_GdSOPLKBcXJMCyR5PdtISZZx7nj8go20W/s1600-h/gerak-parabola-03.jpg"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 320px; height: 115px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhKkuve4Ns9UB_qkVvjCPaOBYGaSqI9VAy8C-DWMBSBI7FmqByAM-o1QDpDpTqtpzJBbqoEJTta3wAZDaGo82I6Tf3ts-f-T2Kv8KneXBIQ_y_GdSOPLKBcXJMCyR5PdtISZZx7nj8go20W/s320/gerak-parabola-03.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5410921183906695554" border="0" /></a><br /><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSRwMKMXnpMy5QKM0PCjAayQlNyIEvmLjENLstdVWetznCzeQ2cGRa4J2NwORzmQtbb50YADxwjOWa4tleFtWtmY1ydZeVhlu4vOgFSsLaJ_nT9C27aYGiHomxoGx4ln5oN_R5vrj6wMx_/s1600-h/gerak-parabola-04.jpg"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 320px; height: 135px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSRwMKMXnpMy5QKM0PCjAayQlNyIEvmLjENLstdVWetznCzeQ2cGRa4J2NwORzmQtbb50YADxwjOWa4tleFtWtmY1ydZeVhlu4vOgFSsLaJ_nT9C27aYGiHomxoGx4ln5oN_R5vrj6wMx_/s320/gerak-parabola-04.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5410921451313074050" border="0" /></a>desianaputripermanahttp://www.blogger.com/profile/18033096004955827275noreply@blogger.com0